Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saat Suara Partai Pemerintah Terbelah karena "Presidential Threshold"

Kompas.com - 16/06/2017, 09:19 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pembahasan Rancangan Undang-Undang Pemilu (RUU Pemilu) terus mengalami penundaan. Dalam satu pekan terakhir saja, setidaknya ada dua kali penundaan dalam penentuan keputusan lima isu krusial.

Poin ambang batas pencalonan presiden (presidential threshold) disebut-sebut menjadi yang paling alot. Enam paket opsi isu krusial pun dikeluarkan.

Presidential threshold yang berbeda-beda disiapkan dan dipadukan dengan empat isu krusial lainnya. Hal itu dilakukan agar pengambilan keputusan semakin mudah dan dengan harapan tak berujung pada voting di sidang paripurna.

Presidential threshold mengerucut pada tiga opsi, yakni 0 persen, 10-15 persen dan 20-25 persen. Menjadi hal yang menarik, ketika partai-partai pendukung pemerintah rupanya tak kompak dalam isu ini.

Pemerintah mengusulkan 20-25 persen, yakni 20 persen kursi dan 25 suara nasional. Tiga partai yang satu suara dengan pemerintah, yakni PDI Perjuangan, Golkar dan Nasdem.

Partai pendukung pemerintah lainnya cenderung memilih opsi 10-15 persen, yakni PKB, PPP, Hanura, dan PAN. Selain empat partai tersebut, Gerindra dan PKS juga memilih opsi yang sama, yaitu 10-15 persen. Adapun Demokrat memilih opsi 0 persen.

Ketidakkompakan partai pemerintah dalam isu presidential threshold mengundang tanya salah satunya dari partai oposisi pemerintah, yakni Partai Demokrat.

Wakil Ketua Pansus RUU Pemilu dari Fraksi Partai Demokrat Benny K Harman menilai, perdebatan seharusnya bisa segera diakhiri jika partai pendukung pemerintah satu suara.

Sebab, jumlah partai pemerintah lebih banyak dari partai oposisi sehingga akan dengan mudah menang jika voting dilakukan.

"Ini aneh toh. Partai-partai pemerintah kan (bermasalah). Di hak angket begitu, di pemilu juga begitu. Lonely Jokowi ini," kata Benny di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (16/6/2017).

Sementara itu, Ketua Pansus RUU Pemilu Lukman Edy berharap semua pihak bisa menyepakati keputusan lewat musyawarah.

Penentuan keputusan lima isu krusial bisa kembali buntu atau deadlock jika setiap pihak saling tak mau mengalah. Hal itu berlaku tak hanya bagi fraksi-fraksi namun juga bagi Pemerintah.

"Bisa deadlock kalau semua pihak ngotot-ngototan," tuturnya.

Sindiran ketidakkompakan partai pemerintah bahkan datang dari menteri Kabinet Kerja sendiri, yaitu Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo yang selalu ikut dalam proses pembahasan RUU Pemilu.

Dalam hal ini, baru tiga partai pendukung pemerintah yang satu suara soal presidential threshold.

Halaman:
Baca tentang


Terkini Lainnya

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus Jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Demokrat Harap Tak Semua Parpol Merapat ke Prabowo Supaya Ada Oposisi

Nasional
Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Bingung dengan Objek Gugatan PDI-P di PTUN, KPU Belum Tahu Mau Jawab Apa

Nasional
Gugat Dewas ke PTUN hingga 'Judicial Review' ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Gugat Dewas ke PTUN hingga "Judicial Review" ke MA, Wakil Ketua KPK: Bukan Perlawanan, tapi Bela Diri

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Sengketa Pileg, PPP Klaim Suara Pindah ke Partai Lain di 35 Dapil

Nasional
Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Pemerintah Akan Bangun Sekolah Aman Bencana di Tiga Lokasi

Nasional
KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

KPK Pertimbangkan Anggota DPR yang Diduga Terima THR dari Kementan jadi Saksi Sidang SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com