Ayah saya menyembelih ayam menggunakan silet. Beberapa saat setelah itu, ayam yang telah mati disembelih diletakkan di baskom besar dan kemudian ibu saya menyiramkan air mendidih ke dalamnya.
Nah, setelah itu, telah menjadi tugas saya dan kakak saya untuk mencabut bulu ayam yang sudah diseduh tadi satu per satu.
Tentu saja saya dan kakak saya tidak mampu mencabut seluruh bulu ayam hingga bersih, dan tetap saja ibu saya yang kemudian membereskannya karena masih banyak bulu-bulu ayam yang halus yang tidak mampu dibersihkan oleh saya dan kakak saya.
Di rumah, kami memang hanya tinggal ayah, ibu dan saya serta kakak saya serta adik yang masih kecil. Tidak ada pembantu atau orang lain.
Saya menyaksikan betapa lebih kurang satu minggu menjelang Lebaran, ibu saya seakan tidak ada istirahat dari sejak sahur hingga menjelang berbuka puasa. Sesekali terlihat juga di siang hari merebahkan tubuhnya sebentar di tempat tidur.
Yang sangat mengagumkan dan hingga kini saya masih tidak habis pikir, bahwa ibu saya sendirian dapat mampu mengerjakan sekian banyak pekerjaan seorang diri.
Saya dan kakak saya dapat membantu di bulan puasa karena kami libur sekolah, dan ibu membagi beberapa pekerjaan yang dapat dilakukan oleh saya dan kakak saya.
Ibu saya masak sendiri, mencuci pakaian sendiri, menyetrika pakaian sendiri. Ayah saya sibuk di kantor yang terkadang hingga sore dan malam hari.
Terkadang saya atau kakak saya diajak belanja menjelang lebaran ke Pasar Baru, ke toko De Zon dan ke toko sepatu Bata. Sesekali ke Pasar Senen untuk belanja membeli bahan baju dan keperluan lainnya, antara lain ke toko Baba Gemuk.
Sebenarnya di dekat rumah ada toko sepatu Hanna di Jalan Nusantara, akan tetapi saat itu sepatu Bata jauh lebih populer karena mungkin harganya yang lebih murah.
Baju baru bagi saya dan kakak saya dijahit sendiri oleh ibu saya. Saya masih ingat ibu selalu membuat patroon (pola ukuran baju) terlebih dahulu dengan menggunakan kertas koran bekas. Dengan patroon itulah, kemudian ibu memotong bahan yang akan dibuat menjadi celana dan baju lebaran. Setiap Lebaran, saya dan kakak saya mendapat baju baru hasil jahitan ibu sendiri.
Di bulan puasa itu, saya dan kakak saya harus membantu banyak hal untuk persiapan Lebaran. Ibu antara lain selalu membuat kacang bawang, yang prosesnya kacang tanah direndam air mendidih dan setelah agak dingin menjadi tugas saya dan kakak saya mengupas kulitnya untuk kemudian di goreng menjadi kacang bawang.
Ibu juga selalu membuat rendang. Nah, kala itu tidak ada yang menjual santan atau kelapa yang sudah diparut, saya dan kakak saya bertugas mengukur kelapa dengan alat yang sekarang sudah tidak ada lagi. Sebuah bangku yang agak panjang yang di ujungnya ditanam besi melengkung yang di ujungnya terdapat lengkungan bergerigi tempat kelapa dikukur.
Kelapa masih dengan batoknya dibelah dua dan masing-masing kemudian digoyang-goyang pada ujung bergerigi dari alat parut yang di bawahnya ditampung dengan baskom.