Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Chappy Hakim
KSAU 2002-2005

Penulis buku "Tanah Air Udaraku Indonesia"

Bulan Puasa 60 tahun lalu

Kompas.com - 14/06/2017, 08:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorLaksono Hari Wiwoho

Beberapa waktu setelah itu, ada alat parut yang lebih maju, yaitu sebilah papan dengan banyak paku pada satu sisinya. Kelapa di kupas terlebih dahulu kemudian baru diparut.

Biasanya, karena ingin berhemat agar kelapa dapat diparut hingga sisa terakhirnya, tidak jarang telah menyebabkan tangan yang memegang turut terparut dan berdarah. Ada kalanya pada sisa akhir yang dianggap tidak bisa diparut lagi akan menjadi rebutan karena boleh dimakan. Tidak ada jalan lain, bila tidak memarut kelapa, maka tidak akan ada rendang untuk Lebaran.

Setiap malam takbiran, ibu saya tidak tidur menyiapkan ketupat untuk lebaran di pagi harinya. Ibu saya memasak ketupat seorang diri, saya dan kakak saya diajarkan membantu mengisi beras ke dalam bungkus ketupat yang terbuat dari daun kelapa. Bungkus ketupat daun kelapa itu di beli di Pasar Petojo bersama dengan kebutuhan dapur lainnya menjelang Lebaran.

Saya masih ingat pelajaran mengisi beras ke dalam bungkus ketupat yang harus berisi tiga perempatnya saja karena ibu saya bilang setelah dikukus nanti beras akan membesar dan menjadi nasi ketupat yang padat dalam bungkusannya.

Demikian pula kue lebaran, ibu saya membuat sendiri dari mulai adonan untuk membuat kue kering hingga memanggangnya di oven yang masih sangat sederhana. Oven diletakkan di atas kompor dan di atas oven ada tatakan kaleng untuk menempatkan arang yang dinyalakan agar kue yang dipanggang mendapat panas juga dari atasnya.

Arang-arang ini juga digunakan untuk menyetrika pakaian. Alat setrika di kala itu memang masih menggunakan arang.

Ketupat dikukus dengan dandang yang diisi air di dalam tempat kukusan terbuat dari anyaman bambu. Adapun rendang dibuat dalam penggorengan besar yang harus diaduk-aduk terus-menerus agar tidak gosong di bagian bawahnya.

Setengah jalan saat sudah matang akan diangkat sebagian menjadi "kelio" adonan yang masih banyak kuahnya. Sebagian lainnya terus dipanggang sambil diaduk-aduk hingga kering dan menjadi "rendang".

Nah, dalam mengaduk-aduk inilah, saya dan kakak saya bertugas bergantian dari sejak awal hingga menjelang matang dan kering menjadi rendang yang kemudian diambil alih oleh ibu saya.

Kenangan manis yang tak terlupakan dari kegiatan di bulan puasa lebih kurang 60 tahun lalu. Kegiatan yang tidak lagi dialami anak-anak sekarang yang sudah banyak dilengkapi peralatan yang serba listrik, modern dan praktis. Peralatan yang jauh lebih memudahkan sebagai hasil dari kemajuan teknologi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Soal Tawaran Masuk Parpol, Sudirman Said: Belum Ada karena Saya Bukan Anak Presiden

Nasional
Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan 'Amicus Curiae' seperti Megawati

Sudirman Said Beberkan Alasan Tokoh Pengusung Anies Tak Ajukan "Amicus Curiae" seperti Megawati

Nasional
Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah 'Nyapres' Tidak Jadi Gubernur Jabar

Soal Peluang Anies Maju Pilkada DKI, Sudirman Said: Prabowo Kalah "Nyapres" Tidak Jadi Gubernur Jabar

Nasional
Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Beda Sikap PSI: Dulu Tolak Proporsional Tertutup, Kini Harap Berlaku di Pemilu 2029

Nasional
Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Banjir “Amicus Curiae”, Akankah Lahir “Pahlawan” Pengadilan?

Nasional
Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 22 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

TNI Tembak 2 Anggota OPM yang Serang Pos Prajurit di Paro Nduga, tapi Berhasil Melarikan Diri

Nasional
Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Sebut Jaksa TI Tak Punya Mercy, KPK: Foto di Rumah Tetangga

Nasional
Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Kasus Korupsi Timah, Kejagung Dalami Kepemilikan Jet Pribadi Harvey Moeis

Nasional
Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Prabowo Minta Pendukung Tak Gelar Aksi saat MK Bacakan Putusan Sengketa Pilpres 2024

Nasional
Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Demokrat Sampaikan Kriteria Kadernya yang Bakal Masuk Kabinet Mendatang

Nasional
Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited  Capai Rp 17,43 Miliar

Antam Fokus Eksplorasi 3 Komoditas, Pengeluaran Preliminary Unaudited Capai Rp 17,43 Miliar

Nasional
KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

KPK Akan Panggil Kembali Gus Muhdlor sebagai Tersangka Pekan Depan

Nasional
Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Gibran Dikabarkan Ada di Jakarta Hari Ini, TKN: Agenda Pribadi

Nasional
Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Unjuk Rasa di Patung Kuda Diwarnai Lempar Batu, TKN Minta Pendukung Patuhi Imbauan Prabowo

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com