Pungutan akan lebih mahal jika pindah dari Blok A ke Blok A yang mencapai Rp 5 juta.
"Sebelum bayar kami terbenam di kamar transit. Makanan tidak layak, tempat makan berjamur. Air di sini dicekek," ujar seorang tahanan lagi.
Video itu juga menunjukkan kondisi kamar mandi yang menyatu dengan sel tahanan, dengan kondisi nyaris terbuka.
Ada pula napi yang mengaku diberi makanan tak utuh.
"Kalau di kasih ikan kepalanya (saja), ikan lele. Enggak pernah dikasih dagingnya," ujar napi dalam video tersebut.
(Baca: Beri Pengarahan, Menkumham Luapkan Kekesalan soal Kondisi Rutan di Pekanbaru)
Tak manusiawi
Sebelumnya, Yasonna mengatakan, tahanan di rutan tersebut diperlakukan tidak manusiawi.
"Itu yang bikin saya marah. Memberi makan seperti anjing. Ini zaman 70 setelah Indonesia merdeka," kata Yasonna.
Ia juga menunjukan adanya pembiaran terhadap tahanan yang menderita luka kaki. Tahanan tersebut dibiarkan hidup di rutan tanpa dibantu pengobatan ke rumah sakit.
Yasonna menyesalkan tidak adanya inisiatif pihak rutan untuk membawa tahanan itu berobat ke rumah sakit pemda dengan BPJS.
"Coba lihat orang yang kakinya korengan itu enggak dibawa berobat," ujar Yasonna.
Demikian pula soal praktik pungutan liar.
"Kalau enggak bayar, di situ terus sampai berbulan-bulan. Sadis banget. Oleh karena itu manusia seperti itu (yang pungli) tidak layak, harus dipecat," ujar Yasonna.
"Bahwa kita over kapasitas iya, sudah pasti itu. Tapi kalau kita masukkan sistem itu dan jadikan alat eksploitasi, no!," kata dia.