JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Dewan Perwakilan Rakyat Fahri Hamzah menyesalkan kritik yang dilayangkan seorang kolumnis sebuah media massa Hongkong Jake Van Der Kemp terhadap Presiden RI Joko Widodo (Jokowi).
Kritik itu disampaikan menanggapi pertanyaan Presiden bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tertinggi ketiga di dunia.
Menurut Fahri, ada dua hal yang disoroti dari pernyataan Jokowi soal itu.
Pertama, tim ekonomi tidak memberikan data valid kepada Presiden. Kedua, cara Jokowi membaca data keliru.
"Saya terus terang menyesalkan tim ekonomi kita yang sekarang. Mereka memberikan data-data ke Presiden, data yang dangkal dan kadang-kadang itu digunakan dalam rapat-rapat resmi dengan lembaga-lembaga negara," kata Fahri, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Kamis (4/5/2017).
(Baca: Istana Sebut Kolumnis Ekonomi yang Kritik Jokowi Salah Paham)
Fahri mengatakan, Presiden Jokowi juga pernah menyampaikan data serupa ketika rapat dengan lembaga-lembaga negara yang membahas sosialisasi reforma agraria.
"Kesan saya waktu itu, tidak saja bahwa datanya salah dan sekarang mulai dikritik orang. Tetapi, cara membaca datanya juga salah. Nah, ini ekonom-ekonomnya mana?" kata Fahri.
"Saya hanya menyayangkan tim ekonominya yang menyampaikan data tidak valid kepada Presiden," ujar Fahri.
Pertumbuhan ekonomi Indonesia
Sebelumnya, Presiden Jokowi menyebutkan, pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah yang terbaik ketiga setelah China dan India.
Pernyataan itu diungkapkan Presiden saat kunjungan kerja ke Hongkong. Pernyataan Jokowi itu dikritik Jake.
Ia lantas menulis opini di media berbahasa Inggris terbesar di Hong Kong dengan judul: "Sorry President Widodo, GDP Rankings are Economists Equivalent of Fake News".
Jake mempertanyakan klaim peringkat ketiga dalam hal pertumbuhan ekonomi seperti yang disampaikan Jokowi.
(Baca: Pernyataan Jokowi soal Pertumbuhan Ekonomi Disebut "Hoax", Ini Penjelasan Sri Mulyani)
Sebab, di Asia, banyak negara yang pertumbuhan ekonominya lebih tinggi daripada Indonesia. Misalnya Vietnam 6,2 persen, Timor Leste 5,5 persen, Papua Nugini 5,4 persen dan Myanmar 7,3 persen.
Diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2016 mencapai 5,02 persen.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengklarifikasi bahwa yang dimaksud Presiden Jokowi adalah pertumbuhan ekonomi ketiga terbaik di antara negara-negara G20.
"Kalau seluruh dunia kan banyak negara-negara yang income-nya lebih rendah dari Indonesia tapi gross-nya tinggi. Di ASEAN saja kalau kita lihat Kamboja dan Laos itu lebih tinggi dari kita," ujar mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini.
Sementara itu, pihak Istana menyebut, kolumnis Jake Van Der Kemp telah salah paham terhadap pernyataan Presiden Joko Widodo.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.