Ribuan orang disentuhnya sebagai anak didik, kawan seperjuangan, mitra intelektual, partner penelitian, rekan berkesenian, atau sekedar sahabat untuk bertukar canda tawa.
Jejak pemikiran dan pengaruh Kakung dapat dirasakan tidak hanya di nusantara namun juga secara internasional. Bu Tia juga pernah mengatakan pada saya bahwa dunia akademik Psikologi Indonesia pertama kali go international karena kiprah Kakung.
Dan, bidang ilmu psikologi sendiri, tidak akan menjadi mainstream seperti sekarang ini jika puluhan tahun lalu Kakung tidak bersikeras bahwa psikologi harus dapat disajikan secara populer untuk diterima masyarakat luas.
Saat itu Kakung mendapat pertentangan yang keras dari pihak kampus dan kalangan akademisi sendiri karena pendekatannya terhadap ilmu psikologi terlalu nge-pop dan cenderung dianggap kurang empirik.
Kakung sempat menjadi penyiar di Prambors bersama Kak Seto untuk mengasuh sesi curhat tentang anak muda dan seksualitasnya. Kepedulian Kakung terhadap seksualitas dan hak reproduksi tercermin dalam partisipasi aktifnya di PKBI (Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia) yang kemudian mendorong pula dibentuknya BKKBN.
Beliau menulis begitu banyak buku yang masih dijadikan pegangan wajib mahasiswa psikologi di Indonesia sampai sekarang; Psikologi Remaja, Psikologi Lingkungan, Psikologi Lintas Budaya, Psikologi Sosial, dll.
Beliau salah satu yang berada di garda terdepan dalam proses reformasi Polri ketika orang kebanyakan hanya bisa mengeluh tentang buruknya budaya dan kinerja polisi.
Sejak bertahun-tahun silam, sepulang mengajar di program pascasarjana IlmuKepolisian UI, saya sudah mendengar Kakung bercerita tentang seorang polisi muda yang brilian dan amat menjanjikan. Namanya Tito Karnavian.
Terlepas dari semua pencapaiannya di ranah publik, saya mengagumi Kakung karena alasan-alasan yang lebih privat. Bapak saya meninggal sejak tahun 2005. Kakung mengambil alih peran bapak bagi saya.
Bersamanya, saya tidak perlu berbasa basi unggah ungguh yang tak perlu. Ia orang yang amat humoris dan egaliter. Beliau mengetahui salah satu kesalahan terbesar yang pernah saya buat, kemudian memaafkannya.
Di depan keluarga besar, beliau pernah menyebut saya sebagai menantu yang ‘bebas dan liar’. Namun ia mengucapkannya dengan penuh canda dan kasih sayang. Hal tersebut diamini oleh Ibunda beliau, Eyang Sophie Sarwono, yang mengatakan, "yes you are naughty, but thats part of your charm".
Saya merasa amat kehilangan karakter mereka. Orang-orang dengan pikiran dan jiwa terbuka, yang tidak mudah dikecoh oleh bungkus-bungkus citra, karena sibuk berfokus pada substansi. Mereka selamanya berjiwa muda.
Diantara senda gurau kami, kami sering berdiskusi tentang isu-isu politik terkini, baik dalam dan luar negeri.
Pada hari-hari terakhir hidupnya, ketika saya pulang lewat tengah malam setelah menungguinya di ruang ICU, Kakung sempat bertanya pada saya, "Chida, tunggu sebentar, bagaimana Jokowi? Bagaimana lanjutan sejak Trump terpilih ini?".
Dengan mata mengantuk saya menatapnya tidak percaya, namun Kakung serius dengan pertanyaannya. Ia tidak membolehkan saya pulang sebelum saya muncul dengan jawaban.
Dengan menghela nafas panjang saya berkata, "Jokowi baik-baik saja Kung, insya Allah ia pendekar yang mahir. Kakung tidur dulu ya."