TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com - Sosok almarhum Guru Besar Fakultas Psikologi Universitas Indonesia Sarlito Wirawan Sarwono sangat melekat di benak Komisari Besar Khrisna Murti.
Sarlito adalah salah satu pengajar semasa Khrisna mengenyam pendidikan di Perguruan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) tahun 1991 silam.
Khrisna yang kini menjabat Kepala Bagian Pengembangan Kapasitas Biro Misi Internasional Divisi Hubungan Internasional Polri itu mengaku, ilmu-ilmu yang diberi Sarlito sangat implementatif.
(Baca: Kapolri Kehilangan Pemikir Deradikalisasi Napi Teroris)
"Beliau mengajarkan penanganan konflik sosial, selain itu antropologi sosial. Itu sangat berguna, khususnya bagi saya saat menjadi Kapolsek," ujar Khrisna kepada Kompas.com di rumah duka, Kompleks Dosen UI, Ciputat, Selasa (15/11/2016).
Ilmu-ilmu yang disampaikan Sarlito pun diterapkannya. Misalnya, saat menjadi Kapolsek Penjaringan, Khrisna mengklaim mampu meminimalisasi tawuran pelajar di wilayahnya.
Khrisna mengingat teori pendekatan massa yang diajarkan Sarlito. Teori itu kemudian dikombinasikan dengan penegakkan hukum.
"Jadi saya datangi sekolah-sekolah yang tawuran itu. Saya bilang, kalau tawuran lagi, saya akan tangkap, tapi tidak saya pidana. Tapi saya kembalikan ke sekolah untuk dikeluarkan dari sekolah," kenang Khrisna.
Upaya itu, menurut Khrisna ampuh meminimalisasi tawuran. Sebab, pelajar saat itu malah tidak takut kepada Polisi dan lebih takut jika berurusan dengan sekolah dan orangtua.
(Baca: Sarlito Berpulang, Kapolri Sebut Polisi Kehilangan Pemikir dan Konsultan)
Saat Khrisna naik jabatan, komunikasi dengan Sarlito tak putus. Sebaliknya, semakin intens. Terlebih saat Khrisna menjabat Direktur Kriminal Umum Polda Metro Jaya dan mengusut kasus pembunuhan yang fenomenal, Wayan Mirna Salihin.
Bahkan, menurut Khrisna, tidak ada sosok psikolog lain di Indonesia yang dapat disetarakan dengan Sarlito.
"Beliau itu mahaguru di bidang psikologi dan dia sangat peduli terhadap ilmu kepolisian. Banyak psikolog lainnya tapi yang sangat peduli ke ilmu Kepolisian baru beliau saja," ujar Khrisna.
Oleh sebab itu, Khrisna setuju dengan pernyataan Kepala Polri Jenderal Tito Karnavian bahwa Polri kehilangan sosok pemikir.
Sarlito, pria kelahiran Purwokerto, wafat diusianya yang ke 73 tahun di Rumah Sakit PGI Cikini, Senin pukul 22.18 WIB.
Almarhum menjalani perawatan selama sepekan karena menderita luka pada saluran pencernaan Sarlito meninggalkan seorang istri, Sri Prastiwi dan tiga orang anak, Untung Adha Saryanto, Astrid Novianti, dan Aditya Suryatin Sarwono.
Jenazah Sarlito dimakamkan di TPU Giri Tama Tonjong, Parung, Bogor, Selasa siang.