Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Keliling Asia Tenggara Hanya dengan 4,5 Juta, Memang Bisa?

Kompas.com - 26/04/2017, 21:09 WIB
Yudha Pratomo

Penulis

Berjalan-jalan ke luar negeri biasanya identik dengan biaya yang cukup tinggi. Namun, jika bisa mengatur budget sedemikian rupa, nyatanya bisa dengan anggaran hanya 4,5 juta selama 30 hari berkeliling Asia Tenggara.

Selain artikel mengenai detail anggaran liburan "irit" yang dihabiskan oleh salah seorang backpacker itu, terdapat artikel lain mengenai orang biasa yang bangga memiliki haters serta bahan bakar minyak Indonesia yang akan habis selama 12 tahun mendatang. Berikut lima artikel headline pilihan Kompasiana.

1. Ongkos murah keliling Asia Tenggara

Penulis bercerita tentang pengamalamannya mengelilingi Asia Tenggara dengan budget hanya mencapai 4,5 jutaan selama 30 hari. Walaupun ada beberapa hambatan dalam tripnya, ia dan istri berhasil backpaker-an ke lima negara di Asia Tenggara.

Sejumlah rute yang telah dilalui Husaini adalah Bandung – Singapora – Johor Bahru – Melaka – Kuala Lumpur – Putrajaya – Ho Chi Minh City – Mui Ne – Ho Chi Minh City – Phnom Penh – Siem Riep – Bangkok – Pattaya – Koh Larn Island – Bangkok – Phuket – Phi Phi Island – Hatyai – Penang – Kuala Lumpur – Jakarta – Bandung.

Detail mengenai budget termasuk transportasi, tiket masuk wisata, dan hostel dapat dibaca selengkapnya di artikel berjudul "4,5 Jutaan Keliling Asia Tenggara Selama 30 Hari".

2. Bangga punya haters

Di zaman sekarang ini rasanya sudah umum mendengar kata haters. Biasanya haters identik dengan kehidupan selebritis. Namun, menurut penulis artikel ini, seiring dengan berjalannya waktu dan arus globalisasi, semakin banyak fenomena haters di kalangan orang biasa. Apalagi banyak dijual kaus atau snapback di kalangan anak muda bertuliskan "Haters make me famous".

Biasanya semakin banyak prestasi seseorang, semakin banyak juga orang yang berusaha menjatuhkannya termasuk haters. Namun semakin ke sini, hal ini bergeser makna dari prestasi menjadi sensasi. Dari sensasi itulah orang tersebut menjadi "terkenal" sehingga memiliki banyak haters.

Lucunya, orang-orang tersebut bangga akan sensasi yang mereka buat di media sosial, bahkan tidak dibarengi prestasi apapun dan cenderung melakukan hal negatif. Ini menciptakan sebuah kebanggaan tersendiri untuk mereka. Selengkapnya bisa dibaca di tulisan bertajuk "Ketika Orang Biasa Bangga Memiliki Banyak Haters".

3. Indonesia darurat minyak?

Berawal dari pertanyaan seorang anak kecil kepada ayahnya mengenai apakah mungkin pasokan BBM di Indonesia akan habis, Kompasianer Motulz Anto kemudian mencari sendiri info atau referensi mengenai pertanyaan tersebut.

Kemudian Anto menemukan artikel beberapa bulan lalu yang ditulis oleh wakil menteri ESDM, Arcandra Tahar. Estimasi dari beliau, cadangan persediaan bahan bakar minyak di Indonesia akan perlahan habis dalam 12 tahun ke depan saja.

Prediksi ini tentu disebabkan oleh beberapa hal. Salah satunya adalah menurunnya usaha-usaha eksplorasi sumber tambang minyak di Indonesia.  Aktivitas eksplorasi sumber minyak saat ini menurun sangat drastis, dari 70 menjadi 16 aktivitas.

Tentu hal ini patut dijadikan concern terbesar oleh pemerintah atau pengusaha migas untuk masalah krisis penyediaan bahan bakar minyak. Selengkapnya bisa dibaca pada tautan berjudul "Benarkah Bahan Bakar Minyak Indonesia Habis dalam 12 Tahun?".

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anggap Wajar Prabowo Wacanakan 41 Kementerian, Demokrat: Untuk Respons Tantangan Bangsa

Anggap Wajar Prabowo Wacanakan 41 Kementerian, Demokrat: Untuk Respons Tantangan Bangsa

Nasional
PAN Gelar Rakornas Pilkada Serentak, Prabowo Subianto Bakal Hadir

PAN Gelar Rakornas Pilkada Serentak, Prabowo Subianto Bakal Hadir

Nasional
KPK Ancam Pidanakan Pihak yang Halangi Penyidikan TPPU Gubernur Malut

KPK Ancam Pidanakan Pihak yang Halangi Penyidikan TPPU Gubernur Malut

Nasional
KPK Sita Aset Gubernur Malut Rp 15 Miliar dari Nilai TPPU Rp 100 Miliar Lebih

KPK Sita Aset Gubernur Malut Rp 15 Miliar dari Nilai TPPU Rp 100 Miliar Lebih

Nasional
Mantu Jokowi Akan Maju Pilkada Sumut, PDI-P Singgung Jangan Ada 'Abuse of Power'

Mantu Jokowi Akan Maju Pilkada Sumut, PDI-P Singgung Jangan Ada "Abuse of Power"

Nasional
Menantu Jokowi Bakal Maju Pilkada Sumut, PDI-P: Jangan Terjadi Intervensi

Menantu Jokowi Bakal Maju Pilkada Sumut, PDI-P: Jangan Terjadi Intervensi

Nasional
Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

Isu Tambah Kementerian dan Bayang-bayang Penambahan Beban Anggaran

Nasional
Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Eks Wakil Ketua DPR RI Azis Syamsuddin Mangkir dari Panggilan KPK

Nasional
Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Kementan Era SYL Diduga Beri Auditor BPK Rp 5 Miliar demi Opini WTP, Anggota DPR: Memalukan

Nasional
Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Sekjen DPR Indra Iskandar Minta KPK Tunda Pemeriksaan

Nasional
Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Pansel Capim KPK Masih Digodok, Komposisinya 5 Unsur Pemerintah dan 4 Wakil Masyarakat

Nasional
Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Bukan Pengurus Pusat PDI-P, Ganjar Disarankan Bikin Ormas agar Tetap Eksis di Politik

Nasional
Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Korlantas Polri Kerahkan 1.530 Personel BKO untuk Agenda World Water Forum Bali

Nasional
Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Program Deradikalisasi BNPT Diapresiasi Selandia Baru

Nasional
Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

Kirim Surat Tilang Lewat WA Disetop Sementara, Kembali Pakai Pos

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com