Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Algooth Putranto

Pengajar Ilmu Komunikasi Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI).

"Angsa Emas" Ridwan Kamil

Kompas.com - 29/03/2017, 16:30 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorBambang Priyo Jatmiko

Tahun lalu aksi Kang Emil bahkan diganjar penghargaan Social Award 2016 kategori Kepala daerah yang mendapatkan sentimen positif dari dua lembaga riset independen Media Wave dan Survey One yang melakukan survei di lima kota besar: Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan Makassar.

Kang Emil memang pemimpin daerah yang sociable. Lewat sosial media, Kang Emil kerap mengunggah informasi program, laporan kerja, pengumuman, kegiatan pribadi bahkan tak jarang banyolan khas Kang Emil.

Popularitas Ridwan Kamil bisa ditilik dari akun Instagram-nya yang sampai 25 Maret 2017 sudah memiliki 5,8 juta followers, sementara akun Twitter-nya mencapai 2,12 juta sedangkan Facebook-nya sudah di-like oleh 2,8 juta orang.

Tak heran, lepasnya Ridwan Emil dari genggaman PKS dan Gerindra serupa folklore angsa emas yang disia-siakan pemiliknya. Tak baik-baik dirawat dan diperhatikan akhirnya hilang aset penting bagi PKS dan Gerindra. 

Padahal semua tahu, kedua partai tersebut tentu memiliki target jangka panjang merebut Jawa Barat yang vital bagi Pemilu 2019. Sebagai contoh pada Pemilu 2014, jumlah pemilih yang mencoblos di Jabar mencapai sekitar 23,7 juta atau 71,3 persen dari total 33,3 juta suara yang masuk dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) di provinsi itu. Angka pemilih ini terbesar di Indonesia, yang artinya sangat penting dalam Pilpres.

Menariknya, lepasnya Ridwan Kamil dari dekapan PKS dan Gerindra membuat peta persaingan menuju Jabar 1 semakin seru. Setidaknya sampai saat ini sudah ada Bupati Purwakarta Dedi Mulyadi, petahana Wakil Gubernur Jabar Deddy Mizwar dan tentu saja Netty Prasetiyani (istri Gubernur Jabar Ahmad Heryawan).

Dedi Mulyadi adalah satu-satunya calon gubernur dengan modal paling kuat. Sebagai Ketua DPP Golkar Jabar, Dedi telah memiliki modal 17 kursi. Cukup dengan menggandeng Ridwan Kamil yang didukung Nasdem yang memiliki lima kursi, pasangan Dedi-Ridwan sudah bisa maju Pilgub.

Calon gubernur berikutnya adalah Netty Prasetiyani, istri petahana Gubernur dalam perhitungan saya adalah sebuah enigma bagi PKS yang tak malu-malu menjual isu agama dan pemimpin perempuan, meskipun dalam politik lokal Jabar ada juga contoh calon perempuan yang didukung PKS dan menang yaitu Bupati Karawang, Cellica Nurrachadiana.

Sedangkan calon terakhir Deddy Mizwar hingga saat ini serupa perannya sebagai Naga Bonar: sosok yang tak diunggulkan berkat kinerjanya sebagai Wakil Gubernur yang tak semengkilap dibandingkan kegesitannya mencari tambahan rejeki sebagai bintang iklan.

Dengan modal keartisannya, Deddy serupa Dede Yusuf dalam Pilgub 2008, bisa menjadi salah satu figur yang bisa dipilih untuk berjuang mencari peruntungan bagi sejumlah partai di luar Golkar, PKS dan Nasdem yang masih percaya diri menghadapi Ridwan Kamil.

Di luar sejumlah figur yang mulai terlihat, tak bisa diabaikan adalah partai pemilik kursi terbesar di Jabar, PDI Perjuangan. Dengan modal 20 kursi, ironisnya PDI mengulang kisah di Pilkada Jakarta. Punya modal kuat namun minus calon kuat.

Namun, jika kita mau menengok ke belakang, satu orang yang berhasil membuat Kang Emil batal bertarung ke Pilkada DKI adalah Presiden Joko Widodo. Fakta bahwa tiket PDI Perjuangan ada di tangan Megawati Sukarnoputri, namun dalam kasus Pilkada DKI, akhirnya tiket itu berhasil didapat Ahok yang sempat bersitegang dengan kaum Banteng.

Dengan skema ideal tiket PDI akhirnya ada di tangan Ridwan Kamil pertarungan akan menarik ketika Partai Golkar sebagai mitra koalisi PDI memilih untuk bertarung sendirian. Sesuatu yang rasanya kurang taktis jika mengingat basis Golkar di Jawa Barat tak sebesar dan semerata PDI Perjuangan. Apalagi figur Dedi, dilihat dari sisi mana pun masih kalah populer dibanding Ridwan Kamil. Koalisi? Mestinya begitu jika ingin menang.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Ganjar Serahkan ke PDI-P soal Nama yang Bakal Maju Pilkada Jateng

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, Ini Kata Ganjar

Nasional
Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Bertemu Calon-calon Kepala Daerah, Zulhas Minta Mereka Tiru Semangat Jokowi dan Prabowo

Nasional
7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

7 Jenis Obat-obatan yang Disarankan Dibawa Jamaah Haji Asal Indonesia

Nasional
Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Visa Terbit, 213.079 Jemaah Haji Indonesia Siap Berangkat 12 Mei

Nasional
Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Soal Usulan Yandri Susanto Jadi Menteri, Ketum PAN: Itu Hak Prerogatif Presiden

Nasional
Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Di Australia, TNI AU Bahas Latihan Bersama Angkatan Udara Jepang

Nasional
BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

BPK Buka Suara usai Auditornya Disebut Peras Kementan Rp 12 Miliar

Nasional
Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Chappy Hakim: Semua Garis Batas NKRI Punya Potensi Ancaman, Paling Kritis di Selat Malaka

Nasional
Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Prabowo Diminta Cari Solusi Problem Rakyat, Bukan Tambah Kementerian

Nasional
Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Zulhas: Anggota DPR dan Gubernur Mana yang PAN Mintai Proyek? Enggak Ada!

Nasional
Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Usul Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Sinyal Kepemimpinan Lemah

Nasional
Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Dubes Palestina Sindir Joe Biden yang Bersimpati Dekat Pemilu

Nasional
Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Di Hadapan Relawan, Ganjar: Politik Itu Ada Moral, Fatsun dan Etika

Nasional
Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Ide Prabowo Tambah Kementerian Dianggap Tak Sejalan dengan Pemerintahan Efisien

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com