Gemuruh dukungan kader partai terdengar. Bersamaan dengan diulangnya ucapan terima kasih AHY seperti awal sambutannya, SBY bergerak ke samping panggung.
Didampingi Roy Suryo yang pernah menjadi pembantu SBY karena menggantikan Andi Mallarangeng yang terjerat kasus korupsi, SBY berbicara kepada pemain kibor.
Menyaksikan komunikasi singkat SBY dengan pemain kibor ini, Roy Suryo lantas bergerak ke sisi lain. Dengan kode jempol dan kelingking diacungkan, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga ini meminta pelantang untuk dipakai SBY.
Setelah memegang pelantang, SBY lantas berbicara sesaat setelah AHY berhenti. SBY mengaku ada yang memintanya menutup acara dengan menyanyikan satu lagu.
SBY lantas menyebut akan menyanyikan "Munajat Cinta" yang digubah refrain-nya seperti sambutan AHY tentang perlunya gubernur baru yang mencintai rakyat apa adanya.
Usai lagu ciptaan Ahmad Dhani itu dinyanyikan penuh oleh SBY, rangkaian acara peringatan hari lahir Partai Demokrat berakhir. Sudut-sudut JCC penuh dengan orang berpakaian biru yang berhamburan hendak pergi.
Dalam keriuhan orang berseragam yang hendak pergi itu, saya kembali ke kantor. Di perjalanan, saya membandingkan pengalaman sekitar 10 tahun lalu meliput SBY hampir setiap hari dengan pengalaman malam itu. SBY tidak banyak berubah.
SBY yang tidak berubah
Apa yang tidak berubah? Tidak sulit menyebutnya.
Pertama, yang melekat pada SBY selama satu jam lebih beberapa menit yaitu podium. Podium yang dipakai SBY berpidato sama dengan podium yang dipakainya selama 10 tahun menjabat sebagai Presiden ke-6 RI.
Saya tidak melihat bedanya selain logo yang melekat di depan podium. Jika dulu logo yang melekat adalah Garuda Pancasila, semalam logo yang melekat adalah logo Partai Demokrat yang mirip logo Mercedes Benz itu.
Kedua, pelantang. Podium di era Presiden ke-6 RI selalu melekat dengan pelantangnya. Malam itu, saya mendapati dua pelantang yang sama di podium itu.
Pelantang tambahan juga selalu disediakan seperti yang malam itu dipakai SBY menyanyi dan diberikan Roy Suryo.
Bedanya, jika di masa Presiden ke-6 RI, podium dan pelantang itu dibawa-bawa ke seluruh Indonesia dan dijaga oleh beberapa petugas khusus, malam itu saya tidak menemukan petugas khusus itu.
Saya hanya melihat Roy Suryo membantu memberikan pelantang ke SBY dan Roy Suryo pasti bukan petugas khusus itu.