JAKARTA, KOMPAS.com - Koordinator Divisi Korupsi Politik ICW Donal Fariz meyakini bahwa politik dinasti di suatu daerah kental dengan korupsi.
Menurut dia, ada dua faktor yang memicu perilaku koruptif pada praktik dinasti politik.
Faktor pertama yakni motivasi untuk menguasai dan melanggengkan posisi politik di daerah. "Itu jadi alat bagi dinasti untuk mengakses dan menguasai sumber daya ekonomi," ujar Donal di sekretariat ICW, Jakarta, Jumat (13/1/2017).
Menjadi pejabat membuat seseorang bisa dengan mudah mengakses sumber daya ekonomi. Semisal, sektor barang dan jasa, perizinan tambang atau alih fungsi hutan.
(Baca: Kasus Korupsi di Klaten dan Banten Dianggap Contoh Sempurna Dinasti Politik)
Kedua, kata Donal, dinasti politik butuh dana besar untuk merawat kekuasaan dan jaringan. Baik di partai maupun organisasi masyarakat.
"Dinasti politik punya ongkos politik yang tinggi karena punya dinasti juga di partai politik," kata Donal.
Setidaknya ada enam kepala daerah yang ditangkap KPK yang dianggap bagian dari dinasti politik di daerah.
Seorang di antaranya adalah Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah kerabatnya tersebar sebagai pejabat di eksekutif maupun legislatif.
Lalu, Wali Kota nonaktif Cimahi Atty Suharti yang merupakan tersangka dalam kasus korupsi proyek pembangunan Pasar Atas Cimahi.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.