Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita di Balik Peci Pimpinan DPR

Kompas.com - 21/11/2016, 09:18 WIB
Rakhmat Nur Hakim

Penulis

Fahri mengungkapkan waktu awal kali menjadi pimpinan DPR, Salim memintanya mengenakan peci agar terlihat lebih kalem.

"Tapi Sekalem-kalemnya yang kita usahakan enggak bisa juga ubah karakter kita sejak lahir. Saya pertahankan pecinya, kalau kalemnya enggak janji. karena ini juga simbol nasional. Bung Karno yang temukan peci kita ini, jadi ada dua alasan," kata Fahri saat ditemui di ruangannya di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta.

(Baca: Ke Istana Pakai Dasi dan Peci, Jusuf Kalla Ingin Membuat Foto Resmi)

Fahri menilai Bung Karno sejak awal mengenakan peci untuk menunjukan identitas resmi Indonesia.

Saat itu, kata Fahri, di tahun 1940an hingga 1950an, para pemimpin di kancah internasional kerap menunjukan identitas kebangsaan.

"U Nu dari Myanmar dengan sarung khas Burmanya, Nehru dari India dengan peci putih lancipnya, Nah akhirnya peci hitam ini sebagai simbol kebangsaan. Dan ini disebut peci nasional," tutur Fahri.

Selain itu, Fahri menganggap peci juga menjadi penanda bagi seseorang yang sedang berada dalam situasi resmi, salah satunya di saat menjalankan roda pemerintahan seperti yang ia alami sekarang.

"Cuma karena ada asosiasi relijiusnya, saya ini kan bukan ustadz dan kadang pikirannya dirasa modern atau liberal. Nah, orang kadang bilang enggak cocok sama pecinya," seloroh Fahri.

"Padahal enggak ada masalah. Sebagai peci nasional, Muchtar Pakpahan tokoh buruh nasional yang nonmuslim aja pakai peci," lanjut dia.

Meski Ade dan Fahri memiliki alasan yang berbeda saat pertama kali mengenakan peci, keduanya punya jawaban yang sama saat ditanya apakah terus mengenakan peci bila nantinya tak lagi menjabat sebagai pimpinan DPR.

(Baca: Yudi Latif: PPP Pengikut Setia Bung Karno karena Sering Pakai Peci)

"Kalau jadi pejabat dan tokoh masyarakat saya kira sebagai tokoh masyarakat kita terikat dengan peci juga. Karena kalau masyarakat ngundang kan bagus pakai peci. Saya kira enggak ada masalah. Dalam peran apapun saya kira kita menarik pakai peci," kata Fahri.

"Masih pakai dan saya enggak nyalon lagi di DPR, sudah merasa tua," kata Ade secara terpisah.

Kompas TV Fahri Hamzah: Kabinet Jokowi Cuma Kerja Tanpa Berpikir
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com