Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Evaluasi Dua Tahun Pemerintahan, ICW Nilai Jokowi Dukung KPK Setengah Hati

Kompas.com - 20/10/2016, 22:12 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Selama dua tahun masa pemerintahan, Indonesia Corruption Watch (ICW) menilai Presiden Joko Widodo hanya setengah hati dalam memberikan dukungan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Peneliti Divisi Hukum dan Monitoring Peradilan ICW, Lalola Easter mengatakan, meskipun Jokowi menyatakan sikapnya dan posisi pemerintah terkait krisis antara KPK dan kepolisian, namun sikap tersebut dianggap terlambat untuk menyelamatkan KPK.

"Presiden dinilai setengah hati dalam memberikan perhatian ke KPK. Saat terjadi karut-marut pada 2015, langkah Jokowi sangat lambat," ujar Lalola di kantor ICW, Jakarta, Kamis (20/10/2016).

"Dia pun tidak tegas yang berbuntut pada panjangnya masa vakum komisioner KPK," kata dia.

Lalola menjelaskan, Presiden Jokowi tidak mengambil langkah yang tegas untuk menyelesaikan krisis yang menimpa KPK. Saat itu, dua dari empat komisionernya ditetapkan sebagai tersangka dan dinonaktifkan sementara dari jabatannya.

Kekosongan kepemimpinan KPK baru direspon oleh Presiden dengan mengangkat dan menetapkan tiga orang sebagai pelaksana tugas pimpinan KPK.

Ketiga orang tersebut adalah, Taufiqurrahman Ruki, Indriyanto Seno Adji, dan Johan Budi SP.

Sayangnya, menurut Lalola, pengangkatan ketiga orang itu justru kontraproduktif dengan upaya penanganan perkara korupsi yang diduga melibatkan Komjen Pol Budi Gunawan. Sebab, akhirnya perkara tersebut dihentikan penyidikannya oleh Kepolisian Republik lndonesia.

"Padahal, penanganan perkara korupsi tersebut harus dianggap sebagai salah satu upaya reformasi birokrasi Kepolisian Republik lndonesia," kata Lalola.

Lalola juga menuturkan, dalam menyikapi kriminalisasi terhadap Bambang Widjojanto dan Abraham Samad ketika menjadi komisioner KPK, Jokowi kerap berlindung di balik proses hukum.

Jokowi dinilai Lalola tidak mengambil sikap tegas, sebagaimana yang dilakukan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ketika menghadapi peristiwa Cicak vs Buaya Jilid II.

Sikap tidak tegas juga diperlihatkan Jokowi saat wacana revisi UU KPK mencuat ke publik.

Meski menolak revisi, namun Presiden hanya mengambil jalan tengah dengan menunda revisi tanpa mencabutnya dari Program Legislasi Nasional.

(Baca: Jokowi dan Pimpinan DPR Sepakat Tunda Revisi UU KPK)

Dukungan setengah hati juga jelas terlihat saat pemerintah melakukan pemotongan anggaran bagi KPK.

(Baca juga: Basaria: Kalau Boleh Jujur, Kami Tidak Mau Anggaran KPK Dipotong)

Kompas TV Menjelang 2 Tahun Jokowi-JK (Bag 1)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

Nasional
Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

Nasional
Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

Nasional
Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Sekjen PBB: Yusril Akan Mundur dari Ketum, Dua Nama Penggantinya Mengerucut

Nasional
Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Sekjen DPR Gugat Praperadilan KPK ke PN Jaksel

Nasional
Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Gaduh Kenaikan UKT, Pengamat: Jangan Sampai Problemnya di Pemerintah Dialihkan ke Kampus

Nasional
15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, 'Prof Drone UI' Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

15 Tahun Meneliti Drone AI Militer, "Prof Drone UI" Mengaku Belum Ada Kerja Sama dengan TNI

Nasional
Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan 'Hardware'

Pengembangan Drone AI Militer Indonesia Terkendala Ketersediaan "Hardware"

Nasional
Indonesia Harus Kembangkan 'Drone AI' Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Indonesia Harus Kembangkan "Drone AI" Sendiri untuk TNI Agar Tak Bergantung ke Negara Lain

Nasional
Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Tak Kunjung Tegaskan Diri Jadi Oposisi, PDI-P Dinilai Sedang Tunggu Hubungan Jokowi dan Prabowo Renggang

Nasional
Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Tingkatkan Kapasitas SDM Kelautan dan Perikanan ASEAN, Kementerian KP Inisiasi Program Voga

Nasional
9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

9 Eks Komisioner KPK Surati Presiden, Minta Jokowi Tak Pilih Pansel Problematik

Nasional
Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Tak Undang Jokowi di Rakernas, PDI-P Pertegas Posisinya Menjadi Oposisi

Nasional
Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Bea Cukai: Pemerintah Sepakati Perubahan Kebijakan dan Pengaturan Barang Impor

Nasional
Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Setelah Mahasiswa, DPR Buka Pintu untuk Perguruan Tinggi yang Ingin Adukan Persoalan UKT

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com