JAKARTA, KOMPAS.com - Kepala Divisi Humas Polri Irjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan, uang yang disita dari padepokan Dimas Kanjeng milik Taat Pribadi tak seluruhnya asli.
Uang asli yang ditemukan di sana hanya berjumlah Rp 4 juta.
"Uang aslinya, informasinya empat jutaan. Jumlahnya tidak banyak," ujar Boy, di Kompleks Mabes Polri, Jakarta, Selasa (11/10/2016).
Polri menduga, uang yang diperlihatkan Taat Pribadi dalam foto dan video yang beredar adalah palsu.
Polisi telah mencoba mencari bungker yang diduga berada di padepokan itu. Namun, hasilnya nihil.
"Ada yang bilang dalam bungker, ada yang bilang di gudang. Tapi polisi sudah lakukan upaya pencarian itu," kata Boy.
(Baca: Rindu Arni kepada Ayah yang 4 Tahun Tak Pulang karena Ikut Dimas Kanjeng)
Sementara itu, uang palsu yang "digandakan" oleh Taat Pribadi dititipkan ke sejumlah pengikutnya.
Beberapa pengikut Taat Pribadi yang diperiksa polisi pun sudah dikorek informasinya dan dilakukan penggeledahan di rumahnya.
"Di Makassar misalnya, itu sedang dijemput. Siapa korban-korbannya sedang disatukan oleh Bareskrim," kata Boy.
Saat ini, Bareskrim Polri berkoordinasi dengan Polda Jawa Timur dalam penanganan kasus Taat Pribadi.
Hingga saat ini, setidaknya ada lima laporan dugaan penipuan yang masuk ke polisi.
Dalam laporan ke Bareskrim Polri, korban mengaku merugi Rp 25 miliar.
Sementara, untuk laporan ke Polda Jatim, para korban mengaku tertipu masing-masing senilai Rp 800 juta, Rp 900 juta, dan Rp 1,5 miliar.
Korban merasa tertipu dengan iming-iming Taat Pribadi yang disebutnya bisa melipatgandakan uang.
Rekrutmen korban Taat Pribadi menyerupai multilevel marketing, di mana para korbannya mencari "pelanggan" lain untuk mempercayakan uangnya kepada Taat Pribadi.
Selain dijerat kasus penipuan, Taat Pribadi diduga sebagai dalang di balik oembunuhan mantan santrinya bernama Abdul Ghani.
Ghani merupakan mantan pengikut Taat Pribadi yang diduga mengetahui praktik penipuan yang dilakukan pemilik padepokan itu.