Presiden ke-5 RI ini juga menyayangkan isu suku, agama, ras, dan antar-golongan yang mulai muncul dan kerap digunakan untuk menyerang Ahok.
Padahal, lanjut Megawati, dasar bernegara kita adalah empat pilar. Pancasila mengajarkan untuk bertoleransi.
(Baca: Megawati Sedih Isu SARA Warnai Pilkada DKI)
Ia berharap media massa tidak ikut memprovokasi isu SARA. "Kalau media ikut melakukan demikian, kemunduran bagi demokrasi Indonesia," kata dia.
Megawati pun mengenang saat media berjuang pada era orde baru menuju reformasi. Jika media menyuarakan isu berbau SARA, menurut dia, itu sama dengan kemunduran.
Ia mengaku tak masalah apabila media memihak kepada salah satu pasangan calon seperti Pilpres 2014 lalu, selama tidak menyampaikan isu SARA.
"Jangan sampai ada tabloid Obor yang isu SARA itu berjangkit dengan tidak sehat. Jokowi dikatakan orang Chinese (China), agamanya ada yang bilang Nasrani," ucap dia.
Gaya bicara Ahok
Selesai berziarah di makam Bung Karno, Megawati bersama Ahok-Djarot dan rombongan lain mampir sejenak di rumah dinas Bupati Blitar yang juga kader PDI-P, Rijanto.
Di sana, Megawati kembali memberikan keterangan pers kepada media. Salah satunya soal gaya bicara Ahok.
(Baca: Saat Megawati Bercerita ke Jokowi soal Gaya Bicara Ahok)
Megawati mengaku sempat curhat ke Presiden Joko Widodo soal Ahok yang kerap bicara kasar. "Banyak orang sentimen emosional mengatakan Ahok mulutnya agak kelewatan. Lalu, saya bilang ke Pak Jokowi, kalau Ahok mulutnya enggak begitu dia bukan orang Bangka," kata Megawati.
Ahok yang duduk tepat di samping Megawati pun hanya tertawa mendengar itu. Begitu pula para kepala daerah dan para pengurus PDI-P yang hadir di lokasi.
Megawati mengaku bisa memaklumi jika Ahok kerap berkata kasar. Ia menilai Ahok hanya tampil apa adanya, tidak dibuat-buat.
"Kalau orang Jawa memang ngomong-nya halus. Kalau orang Batak, nyanyi saja dikira teriak. Kenapa harus dimasukkan ke sentimen emosional yang negatif," ucap Megawati.