Pendapat berbeda disampaikan pakar dan praktisi pendidikan, Arief Rachman. Ia menilai, gagasan itu merupakan hal positif, khususnya bagi siswa yang memiliki orangtua sibuk yang bekerja hingga sore atau bahkan malam hari.
Dengan serangkaian kegiatan yang mengundang minat siswa dan diadakan di lingkungan sekolah, kata Arief, cara ini menjadi alternatif agar menghindarkan anak-anak dari kegiatan negatif.
"Daripada anak-anak itu berada di suatu lingkungan yang tidak bertanggung jawab, kan lebih baik di sekolah," kata Arief saat dihubungi Kompas.com.
Namun, Arief mengimbau, sebelum program itu diterapkan, perlu terlebih dahulu dilakukan penelitian secara mendalam. Ini diperlukan untuk mengetahui hal-hal apa saja yang dibutuhkan siswa selama berada di sekolah.
Berbagai sarana dan prasarana juga harus dipersiapkan secara matang sebelum diterapkan. (Baca: Pakar Pendidikan Arief Rachman Dukung Program Kokurikuler, tetapi...)
Mendikbud Muhadjir Effendy pun kemudian mengaku tidak bermasalah jika program kokurikuler batal diterapkan. Muhadjir mengatakan akan mencari program lain yang lebih tepat untuk masyarakat.
"Kalau tidak (diterapkan) ya enggak apa-apa, kami tarik (programnya) saya coba cari pendekatan lain," ujar Muhadjir di bilangan SCBD, Jakarta Selatan, Selasa (9/8/2016).
(Baca: Mendikbud: Mending Di-"bully" Sekarang daripada Ribet Nantinya...)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.