Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembentukan Badan Intelijen Pertahanan Diminta Jangan karena Ikuti Negara Lain

Kompas.com - 10/06/2016, 14:26 WIB
Fachri Fachrudin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Pengamat militer dan intelijen Susaningtyas Kertopati mempertanyakan keinginan Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu mengenai adanya satuan intelijen di bawah Kemenhan.

Menurut perempuan yang akrab disapa Nuning itu, membentuk sebuah lembaga intelijen baru harus benar-benar berdasarkan kebutuhan dan diawali analisis yang objektif.

Jangan sampai pembentukan intelijen pertahanan itu hanya berdasarkan keinginan subjektif atau sekadar mengikuti konsep pertahanan negara lain.

"Dipertanyakan apakah itu analisis obyektif atas kebutuhan Menhan khususnya atau Indonesia sebagai negara umumnya," ujar Nuning saat dihubungi, Jumat (10/6/2016).

"Enggak semata mata pokoke-pokoke. Enggak bisa dong menginginkan sesuatu seperti itu, ini kan bicara soal negara," kata dia.

Setiap negara, kata Nuning, mempunyai aturan, moral, kultur karakter, dan sistem pertahanan yang berbeda-beda. Perbedaan itu juga mencerminkan kepribadian masing-masing bangsa.

"Masa kita berpandangan, mengacu pada negara lain. Hancur dong negara kalau tidak punya kepribadian apalagi sampai menabrak undang-undang," ujar Nuning.

Karena itu, kata Nuning, dasar akademik dan hukum dari munculnya ide pembentukan satgas intelijen tersebut juga harus dijelaskan oleh Ryamizard.

Hal itu penting agar pembentukan intelijen pertahanan nantinya tidak menabrak undang-undang yang sudah ada sebelumnya.

"UU Intelijen Negara Nomor 17/2011 tentang Intelijen Negara, UU Nomor 3/2002 tentang Pertahanan negara, UU 34 Nomor 2004 tentang TNI," kata politisi Partai Hanura itu.

(Baca: Pembentukan Lembaga Intelijen Kemhan Dinilai Langgar UU

Sebelumnya, Ryamizard menilai bahwa saat ini Indonesia membutuhkan suatu lembaga intelijen pertahanan yang berada di bawah Kementerian Pertahanan.

Menurut dia, keberadaan intelijen pertahanan menjadi sangat penting melihat saat ini ancaman dari luar terhadap negara semakin besar.

(Baca: Menhan: Kementerian Pertahanan Harus Punya Lembaga Intelijen)

Ryamizard juga menyebut bahwa negara besar seharusnya memiliki empat lembaga intelijen, yakni intelijen luar negeri, dalam negeri, pertahanan, dan hukum.

Menurut Ryamizard, ide tersebut sudah disampaikan kepada Presiden Joko Widodo dan sedang dalam proses pembentukan.

"Sekarang sedang diproses. Diatur oleh Presiden. Lembaga intelijen pertahanan itu harus ada. Negara besar itu minimal ada empat intelijen. Intelijen luar negeri, dalam negeri, pertahanan, ditambah lagi intel masalah hukum, di setiap negara ada. Di sini tidak ada, itu tidak benar," ujar Ryamizard, Senin (6/6/2016).

Kompas TV Pamer SK BIN, Banyu Biru Dicibir
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Gagasan Overseas Citizenship Indonesia: Visa Seumur Hidup bagi Diaspora

Gagasan Overseas Citizenship Indonesia: Visa Seumur Hidup bagi Diaspora

Nasional
Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian II-Habis)

Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian II-Habis)

Nasional
[POPULER NASIONAL] Titik Temu Mewujudkan Koalisi PKS dan PDI-P di Jakarta | KPK Benarkan Bansos Presiden yang Diduga Dikorupsi Dibagikan Jokowi

[POPULER NASIONAL] Titik Temu Mewujudkan Koalisi PKS dan PDI-P di Jakarta | KPK Benarkan Bansos Presiden yang Diduga Dikorupsi Dibagikan Jokowi

Nasional
Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian I)

Data PDNS Gagal Pulih karena Ransomware: Siapa Bertanggung Jawab? (Bagian I)

Nasional
Tanggal 1 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 1 Juli 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Antisipasi Serangan Siber, Imigrasi Siapkan Sistem 'Back Up' Data Cepat

Antisipasi Serangan Siber, Imigrasi Siapkan Sistem "Back Up" Data Cepat

Nasional
Puncak Hari Bhayangkara Digelar 1 Juli 2024 di Monas, Jokowi dan Prabowo Diundang

Puncak Hari Bhayangkara Digelar 1 Juli 2024 di Monas, Jokowi dan Prabowo Diundang

Nasional
4 Bandar Judi 'Online' Terdeteksi, Kapolri: Saya Sudah Perintahkan Usut Tuntas

4 Bandar Judi "Online" Terdeteksi, Kapolri: Saya Sudah Perintahkan Usut Tuntas

Nasional
Usai Bertemu Jokowi, MenPAN-RB Sebut Jumlah Kementerian Disesuaikan Kebutuhan Prabowo

Usai Bertemu Jokowi, MenPAN-RB Sebut Jumlah Kementerian Disesuaikan Kebutuhan Prabowo

Nasional
Imigrasi Ancam Deportasi 103 WNA yang Ditangkap karena Kejahatan Siber di Bali

Imigrasi Ancam Deportasi 103 WNA yang Ditangkap karena Kejahatan Siber di Bali

Nasional
Imigrasi Akui Sudah Surati Kominfo untuk 'Back Up' Data Sejak April, tapi Tak Direspons

Imigrasi Akui Sudah Surati Kominfo untuk "Back Up" Data Sejak April, tapi Tak Direspons

Nasional
Disebut Tamak, SYL Klaim Selalu Minta Anak Buah Ikuti Aturan

Disebut Tamak, SYL Klaim Selalu Minta Anak Buah Ikuti Aturan

Nasional
Bantah Hasto Menghilang Usai Diperiksa KPK, Adian Pastikan Masih Berada di Jakarta

Bantah Hasto Menghilang Usai Diperiksa KPK, Adian Pastikan Masih Berada di Jakarta

Nasional
Dirjen Imigrasi Enggan Salahkan Siapapun Soal Peretasan: Sesama Bus Kota Enggak Boleh Saling Menyalip

Dirjen Imigrasi Enggan Salahkan Siapapun Soal Peretasan: Sesama Bus Kota Enggak Boleh Saling Menyalip

Nasional
Adian Sebut PDI-P Siap jika Jokowi 'Cawe-cawe' di Pilkada 2024

Adian Sebut PDI-P Siap jika Jokowi "Cawe-cawe" di Pilkada 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com