Tak jarang mereka membandingkan kemampuan finansial para kandidat sambil menghitung pundi-pundi yang mereka peroleh selama berlangsungnya munas.
Fenomena serupa diduga tetap akan berlangsung dalam Munaslub Golkar di Bali mendatang, kendati sebelumnya panitia mengancam untuk mendiskualifikasi kandidat yang menggunakan politik uang.
Karena itu, amat disayangkan jika ajang munaslub parpol sebesar Golkar hanya diramaikan soal politik uang dan syarat setor mahar minimum Rp 1 miliar.
Publik sebenarnya menunggu, tawaran ide atau gagasan apa yang hendak diusung para calon ketua umum untuk Indonesia yang lebih baik.
Sebagai parpol ”kekaryaan” yang besar karena ideologi ”pembangunan”, para elite Golkar semestinya merumuskan solusi dan strategi alternatif bagi bangsa kita agar percepatan pembangunan, seperti yang dicanangkan pemerintah benar-benar dapat diwujudkan.
Delapan kandidat ketua umum Golkar semestinya bisa melahirkan sekurang-kurangnya delapan visi dan pandangan alternatif tentang berbagai soal strategis bangsa kita di bidang ekonomi, hukum, pertahanan keamanan, sosial budaya, dan seterusnya.
Dengan begitu, Munaslub Golkar tak sekadar panen ”gizi” bagi pengurus daerah, tetapi justru menjadi ajang panen gagasan bagi kita semua.
Syamsuddin Haris, Profesor Riset LIPI
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.