Masih ada satu lagi, kalaulah tidak bergabung dengan partai politik, masih ada satu opsi bagi Fahri untuk menyelamatkan dirinya, berjuang menjadi kepala daerah. Dia bisa kembali ke tanah kelahirannya di Nusa Tenggara Barat menjadi gubernur atau bupati.
Jika Fahri memaknai menjadi anggota legislatif bukan sebagai pekerjaan mencari nafkah, melainkan pengabdian kepada masyarakat, kembali ke daerah adalah pilihan pengabdian yang sama mulianya.
Tiga kali mengikuti pemilu, Fahri selalu memperoleh suara terbanyak dibandingkan calon anggota legislatif PKS lainnya. Pada Pemilu 2014, ia menangguk suara lebih dari 125.000 di Nusa Tenggara Barat.
Kalaulah tak ada partai yang mendukung, masih ada jalur independen. Soal apakah konstituennya mau memilihnya kembali atau tidak, itu soal yang lain.
Namun, politik toh tidak hitam putih. Tak pernah ada musuh abadi dalam politik, yang ada hanya kepentingan. Kalau kepentingan Fahri bertemu dengan kepentingan partai yang sama, ia pasti melupakan istilah beloon yang pernah keluar dari mulutnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.