Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Heru Margianto
Managing Editor Kompas.com

Wartawan Kompas.com. Meminati isu-isu politik dan keberagaman. Penikmat bintang-bintang di langit malam. 

Menanti "Nyawa Cadangan" Fahri Hamzah

Kompas.com - 06/04/2016, 06:36 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini
EditorWisnubrata

Ketua Dewan Tingkat Wilayah (DPTW) PKS Nusa Tenggara Barat Abdul Hadi, daerah pemilihan Fahri, juga mengungkapkan, putusan pemberhentian Fahri telah melalui proses panjang. Ia mengaku beberapa kali berupaya melakukan mediasi antara Fahri dan DPP PKS. Keputusan pemecatan Fahri adalah akhir dari kebuntuan mediasi.

Pengalaman sebelumnya, mereka yang melawan partai dan kandas adalah Effendi Choirie dan Lily Chadijah Wahid. Dua anggota Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa DPR periode 2009-2014 juga dipecat lantaran sering berseberangan dengan keputusan partai.

Rasanya, "nyawa" Fahri sudah sulit diselamatkan di PKS. Kalaulah Fahri menang, ia mungkin akan jadi semacam kerikil dalam sepatu PKS yang jelas-jelas tidak menyukainya lagi.

Kemungkinan kedua, Fahri pindah partai. Ke mana? Ini yang menarik.

Sebagai politisi yang lahir dan tumbuh dari rahim PKS, Fahri mengekalkan corak pribadinya sebagai politisi dengan warna religius. Tengoklah kicauannya di Twitter. Jika mengikuti akun Fahri, warna kicauan seperti ini akan sering kita jumpai di linimasanya.

Jika Fahri tak ingin menggadaikan corak religiusitasnya, pilihannya ada pada PPP atau PKB. PPP bukan pilihan yang menguntungkan. Partai berlambang Kabah itu sedang terbelah. Fahri mau ikut gerbong siapa? Hubungannya dengan politisi PPP sepertinya juga tidak ramah. (Baca: Politisi PPP Ini Akui Tak Cocok dengan Fahri Hamzah) Sementara itu, di PKB, corak religiusitas Fahri jelas berbeda dengan kaum Nahdliyin. 

Lalu, akankah Fahri bergabung dengan partai-partai "sekuler"? Ada PDI-P, Golkar, Gerindra, Demokrat, PAN, Hanura, dan Nasdem.

Kecuali Gerindra dan Demokrat, semua partai "sekuler" itu berada di kubu pemerintah.

Akankah Fahri mengorbankan mukanya dengan bergabung dengan partai pendukung pemerintah yang Presidennya pernah disebutnya "sinting" karena menggagas hari santri nasional? (Baca: Soal Kicauan "Sinting", Fahri Hamzah Bantah Menghina Jokowi)

Tidak hanya Presidennya "sinting", pemerintahannya pun disebut Fahri lemah dan bodoh.
Lucu betul memang negeri ini di mata Fahri. Pemerintahnya lemah dan bodoh, sementara anggota DPR-nya banyak yang beloon. (Baca: Sebut Anggota DPR "Rada-rada Beloon", Fahri Hamzah Ditegur MKD)  

Demokrat? Apakah SBY yang terkenal santun itu mau menerima Fahri yang tersandung oleh masalah kesantunan?

Yang paling aman tentu saja Gerindra. Politisi Gerindra yang juga wakil ketua DPR Fadli Zon adalah sahabatnya yang setia. Meski tak segaris dengan partainya, Fahri seia sekata dengan koleganya itu.

Fahrilah yang membela Fadli dan juga Setya Novanto yang kala itu masih menjabat sebagai Ketua DPR kala keduanya tersandung perkara etik soal menghadiri kampanye Donal Trump di Amerika. (Baca: Kata Fahri, Anggota DPR Wajar Bertemu Trump seperti Jokowi Temui Pengusaha Asing)

Sebaliknya, Fadli-lah yang membela Fahri di tengah situasi sulit Fahri saat ini. Menurut Fadli, jika yang dipermasalahkan adalah gaya bicara Fahri, memang sudah jadi tugas DPR untuk mengkritik pemerintah. (Baca: Fadli Zon Bela Fahri Hamzah yang Dipecat PKS

Satu lagi

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

Pemilihan Calon Pimpinan KPK yang Berintegritas Jadi Kesempatan Jokowi Tinggalkan Warisan Terakhir

Nasional
Saat 'Food Estate' Jegal Kementan Raih 'WTP', Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

Saat "Food Estate" Jegal Kementan Raih "WTP", Uang Rp 5 Miliar Jadi Pelicin untuk Auditor BPK

Nasional
Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

Usai Prabowo Nyatakan Tak Mau Pemerintahannya Digangggu...

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Berangkat, Menag: Luruskan Niat Jaga Kesehatan

Kloter Pertama Jemaah Haji Berangkat, Menag: Luruskan Niat Jaga Kesehatan

Nasional
Ketua KPU yang Tak Jera: Perlunya Pemberatan Hukuman

Ketua KPU yang Tak Jera: Perlunya Pemberatan Hukuman

Nasional
Nasib Pilkada

Nasib Pilkada

Nasional
Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Nasional
Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Nasional
Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Nasional
Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

Nasional
Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi 'King Maker'

Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi "King Maker"

Nasional
Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Nasional
Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Nasional
Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com