Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wawancara Asvi Warman Adam, Soekarno Tidak Hanya Dilemahkan...

Kompas.com - 12/03/2016, 07:07 WIB
Kristian Erdianto

Penulis

Apa ada indikasi lain terkait upaya menggerus kekuasaan Soekarno?

Jadi, jangan lupa juga bahwa sebelum 11 Maret itu sudah ada upaya lain yang dilakukan. Tanggal 6 atau 10 Maret 1966, pengiriman dua orang pengusaha, Dasaad dan Hasjim Ning yang diminta oleh Asisten VII Menpangad Mayjen Alamsjah Ratu Prawiranegara. Dia salah satu aspri Soeharto.

Kedua orang itu membawa surat dari Soeharto. Dengan berbekal surat dari Soeharto, mereka berdua datang ke Bogor dan meminta supaya Soekarno tetap presiden, tetapi urusan pemerintahan sehari-hari diserahkan kepada Soeharto.

Soekarno sangat marah waktu itu dan menurut Hasjim Ning, Soekarno sempat melemparkan asbak. Proses itu diceritakan dalam biografi Hasjim Ning dan Alamsyah walaupun mereka memberikan tanggal yang berbeda.

Artinya, upaya untuk membujuk sudah dilakukan melalui orang-orang terdekat Soekarno, melalui dua pengusaha. Jika itu gagal, dicoba lebih keras lagi melalui demonstrasi dari mahasiswa dan tentara

Soekarno sudah tidak bisa lagi mengatasi situasi saat itu?

Iya, dia kepepet, dalam arti didesak terus. Jika dilihat dari peristiwa sebelumnya, tanggal 11 datang tiga jenderal, ada satu paket terlihat bahwa upaya menghancurkan kekuasaan Soekarno itu terencana dan sistematis.

Setelah G30S, Soekarno dipandang sudah tidak mampu lagi memimpin Indonesia?

Alasannya selalu Soekarno tidak mau membubarkan PKI. Soekarno sudah menjawab itu dalam pidato Nawaksara. Nawaksara itu ditolak pada tahun 1966, kemudian ditolak lagi tahun 1967 oleh MPRS. Dalam pidato itu, Soekarno mengatakan ini merupakan pertemuan dari tiga aspek.

Pertama, pimpinan PKI yang keblinger. Soekarno tetap mengatakan pimpinan yang keblinger, bukan PKI-nya. Merujuk ke biro khusus PKI Syam Kamaruzaman. Biro yang sifatnya tertutup, bertanggung jawab kepada Aidit. Tujuannya melakukan pendekatan dan pengaruh di kalangan tentara.

Kedua, ada subversif Nekolim. Ada pihak-pihak asing seperti CIA yang masuk ke Indonesia. Ketiga, ada oknum yang tidak bertanggung jawab, entah ini maksudnya adalah Soeharto atau siapa itu tidak dikatakan oleh Soekarno.

Kenapa Soekarno mengatakan pimpinan PKI itu keblinger?

Menurut saya, keblinger terkait dengan peristiwa G30S, kenapa sampai ada pembunuhan enam jenderal itu.

Kenapa yang dikirim dua pengusaha itu?

Karena dua pengusaha itu yang dekat dengan Soekarno. Alamsjah tahu betul siapa saja orang-orang yang dekat dengan Soekarno, untuk membujuk perlu memakai orang-orang yang dekat dengan Soekarno.

Bahkan, tiga orang jenderal yang datang pada 11 Maret itu adalah orang-orang yang dekat dengan Soekarno. Dianggap dekat artinya tidak dianggap musuh oleh Soekarno.

Jelas itu orang-orang dekat, Amirmachmud itu Pangdam Jaya, tidak mungkin dianggap berbahaya oleh Soekarno. M Jusuf itu menteri dan Basoeki Rahmat setelah pulang dari Australia menjadi staf Bung Karno di KOTI.

Walaupun kita lihat juga ada peristiwa menarik terkait Jusuf. Pada tanggal 1 Oktober 1965 itu ada di Beijing dan ketika mendengar berita G30S, dan dia langsung memutuskan untuk pulang ke Jakarta. Tetapi, ketika pulang ke Jakarta, dia mengatakan dia langsung melapor ke Kostrad, ke Soeharto. Dia bilang, "Saya ini menteri, tapi bagaimana pun juga saya juga tentara". Kan aneh, jadi dia melapor ke Soeharto.

Saya juga sudah pernah menulis tentang "Kurir Supersemar" itu yang ternyata orang dekat Soekarno, tetapi yang tahu juga bahwa musim sudah berganti. Mereka mengalihkan kesetiaannya kepada Soeharto. Jadi, mereka tahu betul saat yang tepat.

Pengakuan Jusuf itu menurut saya sangat jujur yang memperlihatkan bahwa dia Menteri Soekarno, tetapi bagaimana pun saya juga tentara. Ternyata pilihan dia itu tepat. Kalau dia melapor ke Soekarno.

Bisa dibilang oportunis?

Menurut saya tidak sampai segitu. Mereka hanya tepat melihat musim yang akan mulai berganti.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

JK Nilai Negara Harus Punya Rencana Jangka Panjang sebagai Bentuk Kontrol Kekuasaan

JK Nilai Negara Harus Punya Rencana Jangka Panjang sebagai Bentuk Kontrol Kekuasaan

Nasional
JK Respons Jokowi yang Tak Diundang Rakernas: Kan Bukan Lagi Keluarga PDI-P

JK Respons Jokowi yang Tak Diundang Rakernas: Kan Bukan Lagi Keluarga PDI-P

Nasional
Istri hingga Cucu SYL Bakal Jadi Saksi di Persidangan Pekan Depan

Istri hingga Cucu SYL Bakal Jadi Saksi di Persidangan Pekan Depan

Nasional
KPK Akan Hadirkan Sahroni jadi Saksi Sidang SYL Pekan Depan

KPK Akan Hadirkan Sahroni jadi Saksi Sidang SYL Pekan Depan

Nasional
Projo Sarankan Jokowi Gabung Parpol yang Nasionalis Merakyat

Projo Sarankan Jokowi Gabung Parpol yang Nasionalis Merakyat

Nasional
Soal Potensi PAN Usung Anies di Jakarta, Zulhas: Kami kan Koalisi Indonesia Maju

Soal Potensi PAN Usung Anies di Jakarta, Zulhas: Kami kan Koalisi Indonesia Maju

Nasional
Sukanti 25 Tahun Kerja di Malaysia Demi Hajikan Ayah yang Tunanetra

Sukanti 25 Tahun Kerja di Malaysia Demi Hajikan Ayah yang Tunanetra

Nasional
Zulhas Sebut 3 Nama Kader untuk Pilkada DKI Jakarta, Ada Eko Patrio, Zita Anjani, dan Pasha Ungu

Zulhas Sebut 3 Nama Kader untuk Pilkada DKI Jakarta, Ada Eko Patrio, Zita Anjani, dan Pasha Ungu

Nasional
Biaya Kuliah Mahal, Wapres: Pemerintah Belum Bisa Tanggung Seluruhnya

Biaya Kuliah Mahal, Wapres: Pemerintah Belum Bisa Tanggung Seluruhnya

Nasional
Keinginan JK Agar Pemilu di Masa Depan Lebih Efisien...

Keinginan JK Agar Pemilu di Masa Depan Lebih Efisien...

Nasional
Jusuf Kalla: Rekonsiliasi Tidak Berarti Semua Masuk Pemerintahan

Jusuf Kalla: Rekonsiliasi Tidak Berarti Semua Masuk Pemerintahan

Nasional
Presiden Iran Wafat, Wapres: Kita Kehilangan Tokoh Perdamaian

Presiden Iran Wafat, Wapres: Kita Kehilangan Tokoh Perdamaian

Nasional
Menkominfo Lapor ke Jokowi, Sudah Turunkan 1,9 Juta Konten Judi Online

Menkominfo Lapor ke Jokowi, Sudah Turunkan 1,9 Juta Konten Judi Online

Nasional
PDI-P Anggap Pertemuan Puan dan Jokowi di WWF Bagian Tugas Kenegaraan

PDI-P Anggap Pertemuan Puan dan Jokowi di WWF Bagian Tugas Kenegaraan

Nasional
Projo Sebut Jokowi Sedang Kalkulasi untuk Gabung Parpol

Projo Sebut Jokowi Sedang Kalkulasi untuk Gabung Parpol

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com