JAKARTA, KOMPAS.com - Sudah sepekan terakhir, Simon (35) berada di Jakarta untuk memperbaiki kehidupannya.
Pria asal Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat itu merupakan salah satu tenaga honorer K2 yang ikut berunjuk rasa di depan Istana Negara, beberapa waktu terakhir.
Dalam unjuk rasa itu, Simon beserta ribuan tenaga honorer lainnya, meminta kejelasan kepada pemerintah atas nasib mereka yang belum diangkat sebagai pegawai negeri sipil.
Simon sendiri sudah 12 tahun terakhir bekerja sebagai tenaga administrasi di Dinas Perindustrian, Energi dan Sumber Daya Kabupaten Mamasa.
"Kami ingin agar janji Menpan RB pada 15 September 2015 lalu untuk mengangkat kami sebagai PNS ditetapi. Tapi belakangan tahu-tahunya pada 20 Januari 2016 janji itu dibatalkan," tutur Simon dalam sebuah diskusi bertajuk "Mengejar Takdir Tenaga Honorer" di Jakarta, Sabtu (13/2/2016).
Bukan hal yang mudah bagi Simon untuk mencapai Ibu Kota. Dengan penghasilan sekitar Rp 300 ribu per bulan, Simon harus mengumpulkan sedikit demi sedikit uang untuk biaya akomodasi ke Jakarta.
Bahkan, untuk menghemat biaya akomodasi tersebut, ia harus rela menginap di Wisma PGRI, Jakarta.
"Honor kami habis untuk perjuangan. Kami berangkat dari hasil donor dari teman-teman daerah. Ada yang Rp 20 ribu (donornya). Ini semua demi memperjuangkan nasib," kata dia.
Panggilan jiwa
Simon merupakan ayah dari tiga anak. Anaknya yang pertama saat ini sedang mengenyam pendidikan di sekolah menengah atas.
Sementara, anaknya yang kedua kini sedang menempuh pendidikan sekolah dasar.
"Yang terakhir baru berusia tiga tahun," kata dia.
Honor yang kecil membuat Simon dan rekan kerjanya yang lain harus putar otak agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
"Saya buka counter (toko), ada yang lain ngojek juga," kata dia.
Meski demikian, hal tersebut tidak serta merta membuat Simon ingin keluar dari pekerjaannya saat ini.
Ia masih berharap agar pemerintah memiliki niat baik untuk mengangkat dirinya dan ribuan tenaga honorer lainnya di seluruh Indonesia sebagai pegawai negeri sipil.
"Panggilan jiwa. Alasan saya masih terus bertahan," tuturnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.