Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kekerasan: Hasil Kerjasama Lokal, Nasional dan Global

Kompas.com - 19/01/2016, 01:54 WIB

Arahmaiani: Iya karya seni itu macam-macam medianya. Pesan siapa? Kan masing2 seniman menghadapi penontonya sendiri.

Tanya: Kan pesan yg mau disampaikan ole Jakarta Bienale di antaranya tentang isu lingkungan, gender, ekonomi, dll. Sampai kah pesan-pesan itu ke masyarakat?

Arahmaiani: Tp seni biasanya disukai banyak org. Atau menarik minat org paling tidak. Maka jika seniman menyampaikan "pesan" dalam karyanya biasanya komunikasinya gak terlalu sulit. Tapi ya tergantung si senimanya sih...Ada yang pengen karyanya mudah dipahami tapi ada juga yang gak.

Tanya: Anda sendiri jenis seniman yang karyanya mudah dipahami atau tidak?

Arahmaiani: O kalau soal pesan dari eventnya, apakah sampai atau tidak ke masyarakat, harusnya ditanyakan pada penontonya dong. Kalau saya selalu berusaha untuk menjelaskan karya saya (selain lewat visualisai juga lewat tulisan - saya kan juga penulis). Dan kalau melihat respon penonton ataupun pengamat sampai sejauh ini, saya bisa menarik kesimpulan kalau karya-karya saya gak terlalu sulit untuk dipahami tuh...

Tanya: Begini, menurut pengamatan saya, anak-anak muda mulai menyukai karya2-karya yang digelar di Jakarta Bienale. Ada kesan, mereka menjadikan event ini sebagai gaya hidup. Anda merasakan gejala ini pula kah?

Arahmaiani: Iya saya lihat penonton anak muda banyak sekali. Juga teman-teman yang di panitia cerita.
Ayo kita bicara lg soal kekerasan ....ini budaya masa kini (dan dari dulu) yg harus dilawan!

Tanya: Bagaimana anda melihat peristiwa pemboman yang terjadi di Thamrin?

Arahmaiani: Ya ini salah satu bukti atas budaya kekerasan dalam kehidupan kita tentunya. Agak sulit untuk berkomentar panjang lebar karena data atas fakta belum lengkap. Siapa pelakunya kan belum diketahui toh... Tapi ya yang jelas laku tak beradab seperti ini kok kayaknya sudah jadi biasa ya...

Tanya: Sejak 98, kekerasan menampakkan wujudnya, baik yg dilakukan oleh perorangan maupun kelompok. Anda tau penyebabnya?

Arahmaiani: Sebetulnya sejak tahun 65 toh... Penyebabnya ambisi penguasa utk menjaga kekuasaanya & bisa terus mengendalikan keadaan. Dan ini hasil "kerjasama" penguasa lokal/nasional & global

Tanya: Iya ya, sudah sejak lama. Cuma naik turun gitu ya?

Arahmaiani: Iya begitulah...dalam skala global pun seperti knapa ada ISIS atau Alkaeda gak terlepas dari skenario dasar ini kok. Yah, dalam kenytaanya memang semua saling terkait! Hanya sayangnya budaya dominan adalah keserakahan dan gila kuasa yg digapai dg cara kekerasan! Dan ini bukan hal baru - sudah terjadi sejak dahulu kala. Di sisi lain manusia-manusia yang rindu hidup damai, tentram & bahagia tentunya betusaha mencari kemungkinan lain: jalan hidup cinta & welas asih tanpa kekerasan. Para nabi, Yesus, Sidharta Gautama, dan pemimpin-pemimpin spiritual dari dulu hingga zaman modern (seperti Gandhi misalnya)  berusaha membebaskan manusia dari cengkraman ego & nafsunya. Lalu hidup bersama dalam persaudaraan dan persahabatan. Begitulah impian mereka.... Tapi nyatanya memag untuk mewujudkan impian indah itu tak gampang!

Tanya: Atau mungkin karena kian berat dan besar tuntutan hidup, sehingga manusia tambah gila utk saling sikut dan pukul. Yg penting bisa mempertahankan hidup, apapun risikonya.

Arahmaiani: Ya begitulah ...kehidupan yg makin konsumtif & materialistis memang memacu kegilaan & keserakahan manusia.

@JodhiY

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Ahli Ketenagakerjaan

May Day 2024, Kapolri Tunjuk Andi Gani Jadi Staf Ahli Ketenagakerjaan

Nasional
Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Jumlah Menteri dari Partai di Kabinet Prabowo-Gibran Diprediksi Lebih Banyak Dibanding Jokowi

Nasional
Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran 'Game Online' Mengandung Kekerasan

Menparekraf Ikut Kaji Pemblokiran "Game Online" Mengandung Kekerasan

Nasional
Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi 'May Day', Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Jokowi di NTB Saat Buruh Aksi "May Day", Istana: Kunker Dirancang Jauh-jauh Hari

Nasional
Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi 'May Day' di Istana

Jokowi di NTB Saat Massa Buruh Aksi "May Day" di Istana

Nasional
Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

"Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

Nasional
Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Nasional
Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Nasional
Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Nasional
Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com