Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Antasari: Saya Tahu Persis yang Merekayasa, tetapi Saya Tidak Mau Republik Ini Gaduh

Kompas.com - 18/01/2016, 07:31 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Tujuh tahun silam, republik ini digegerkan dengan pemberitaan Antasari Azhar yang dianggap sebagai otak intelektual di balik pembunuhan pengusaha Nasrudin Zulkarnaen.

Tuduhan itu datang ketika pria kelahiran Pangkal Pinang, Bangka Belitung, 18 Maret 1953, ini sedang berada pada masa keemasannya memimpin Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

KPK ketika itu tak pandang bulu memenjarakan sejumlah tokoh penting negeri ini, mulai dari jaksa hingga besan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Dalam sebuah wawancara dalam program Aiman di Kompas TV yang tayang pada Sabtu (16/1/2015) lalu, Antasari kembali mengenang kasus yang membuat dirinya divonis 18 tahun penjara oleh hakim itu.

Dia meyakini, seluruh kasusnya hanya sebuah rekayasa.

Google Pengusaha Nasrudin Zulkarnaen
"Saya tidak dendam kepada siapa pun, walaupun saya tahu sosok Si A dan Si B, saya tahu siapa yang rekayasa, siapa yang menembak sesungguhnya, saya tahu," ucap Antasari.

Saat ditanya mengenai orang-orang yang merekayasa kasusnya, Antasari menolak menceritakannya.

Dia mengaku sudah mempunyai komitmen tidak akan mengungkit lagi kasusnya.

"Kalau saya cerita, saya tidak komitmen namanya. Saya tidak mau negeri ini gaduh lagi," kata mantan Kepala Kejaksaan Negeri Jakarta Selatan itu.

Meski demikian, Antasari sedikit mengungkit soal sejumlah fakta yang masih menyisakan tanda tanya, seperti pesan singkat yang dijadikan bukti kuat keterkaitannya dalam kasus pembunuhan.

Pesan singkat dari Antasari kepada Nasrudin itu disampaikan jaksa dalam persidangan dengan bunyi, "Maaf mas, masalah ini cukup kita berdua saja yg tahu, kalau smapai terblow up, tahu sendiri konsekuensinya".

Antasari menyatakan tidak pernah mengirimkan pesan itu. Hal tersebut dikuatkan dengan kesaksian ahli serta bukti call data record yang tak pernah menunjukkan adanya pesan singkat itu.

Dia pun menganggap motif cinta segitiga antara dirinya, caddy golf Rani Juliani, dan Nasrudin adalah kebohongan.

Halaman 2: Kesaksian mengejutkan

Kesaksian mengejutkan

Menilik ke belakang, jalannya persidangan Antasari di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan menjadi sorotan semua media di Indonesia.

Kejanggalan demi kejanggalan mulai terungkap di muka persidangan. Salah satunya adalah pengakuan mengejutkan dari Kombes Williardi Wizard yang diperintahkan membuat skenario untuk menjatuhkan Antasari.

Dia mengaku diminta oleh Direktur dan Wakil Direktur Reserse Kepolisian Daerah Metro Jaya serta tiga kepala satuan untuk membuat berita acara pemeriksaan (BAP) yang harus menjerat Antasari sebagai pelaku utama pembunuhan Nasrudin.

Kompas Images Antasari Azhar
"Waktu itu dikondisikan, sasaran kami cuma Antasari. (lalu BAP saya) disamakan dengan BAP Sigid (Haryo Wibisono), dibacakan kepada saya," ujar Williardi pada tahun 2009.

Williardi dijanjikan akan dibebaskan dari penjara apabila menandatangani BAP itu. Akan tetapi, Williardi ternyata tetap dijebloskan ke tahanan.

Dia pun mencabut BAP itu pada persidangan dan meminta maaf kepada Antasari karena telah menyetujui BAP yang penuh rekayasa itu. Mendengar pernyataan itu, Antasari tak henti-hentinya menitikkan air mata di dalam persidangan.

Walau demikian, hakim tetap memvonis Antasari 18 tahun penjara, lebih ringan dari tuntutan jaksa, yakni hukuman mati.

"Tujuan mereka (buat saya) itu kuburan.... Saya ini bukan koruptor. Namun, saya jalani hukuman yang tidak seharusnya saya terima. Saya ikhlas," kata Antasari kepada Aiman Witjaksono.

Untuk membuktikan dirinya tidak bersalah, Antasari melakukan sejumlah upaya, mulai dari praperadilan, banding, kasasi, hingga peninjauan kembali. Namun, semua upaya yang dilakukannya gagal.

Kini, Antasari sedang mengajukan gugatan ke Mahkamah Konstitusi terkait pengajuan grasi. Dia berharap, jika gugatan dikabulkan, Presiden Jokowi mau membebaskannya dari semua vonis yang dia terima.

Kompas TV Apa Kabar Antasari Azhar - AIMAN eps 51 bagian 2

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Nasional
Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com