"Ketika dikenalkan dengan suatu aliran pemikiran dan gerakan tertentu, (orang yang awam dalam hal agama) tidak menolak dan mudah menerima," kata Saleh dalam keterangannya, Rabu (13/1/2016).
Ia menjelaskan, untuk kalangan mahasiswa, Gafatar diduga merekrut dengan metode halaqah, yakni pertemuan terbatas atau sekadar pengajian-pengajian kecil. Selain itu, perekrutan juga dilakukan melalui kerja-kerja sosial yang dapat menarik simpati.
(Baca: Gafatar Membubarkan Diri karena Aksi Sosialnya Sering Ditolak Masyarakat)
Sementara itu, bagi mereka yang berasal dari kalangan profesional dan memiliki tingkat kematangan intelektual serta mapan secara finansial, yang menjadi sasaran ialah yang memiliki pamahaman agama yang lemah.
"Bahkan, lebih dari itu, rela meninggalkan keluarga untuk menjalankan misi organisasi," ujarnya.
Selain itu, lanjut politisi Partai Amanat Nasional (PAN) ini, tidak menutup kemungkinan Gafatar juga menyasar orang-orang yang memiliki ekonomi lemah, tidak memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap.
Metode yang digunakan dapat saja dengan mengajak untuk mengisi waktu luang.
(Baca: MUI: Moshaddeq yang Merupakan Nabi Palsu Tercatat sebagai Pembina Gafatar)
"Tetapi, pada tingkat tertentu, kemudian justru menjadi kegiatan utama, bahkan menjadi modus eksistensinya," kata dia.
Untuk mewaspadai gerakan kelompok ini, Saleh mengimbau agar masyarakat dapat berkoordinasi dengan aparat penegak hukum apabila melihat adanya perubahan yang terjadi di sekitar lingkungan mereka.
"Sebetulnya, masyarakat paling tahu tentang perubahan yang ada di sekitarnya. Masyarakatlah semestinya ujung tombak dalam menjaga lingkungannya. Jika ada yang dinilai aneh dan menyimpang, itu bisa langsung dilaporkan kepada pihak berwenang," ujarnya.