Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

ICW Khawatir KPK Jadi "Komisi Pelindung Koruptor"

Kompas.com - 19/12/2015, 13:39 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Aktivis Indonesia Corruption Watch Emerson Yuntho pesimistis dengan lima pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi jilid IV hasil pilihan Komisi III DPR. Dia melihat, para pimpinan yang terpilih tidak mempunyai rekam jejak dan komitmen yang baik dalam pemberantasan korupsi.

"Saya khawatir KPK bukan lagi Komisi Pemberantasan Korupsi, tetapi Komisi Pelindung Koruptor," kata Emerson dalam sebuah diskusi di Jakarta, Sabtu (19/12/2015).

Emerson mencontohkan staf ahli Kepala Badan Intelijen Negara Saut Situmorang. Menurut dia, memang sulit melihat rekam jejak dan komitmen Saut dari latar belakang profesinya. Namun, tidak berpihaknya Saut terhadap komitmen pemberantasan korupsi setidaknya dapat dilihat dari sikapnya yang hendak membuat KPK 80 persen fokus kepada pencegahan.

"Para koruptor kan lebih senang dicegah daripada ditangkap," kata Emerson.

Selain itu, ada pula Inspektur Jenderal Basaria Panjaitan, perwira tinggi Polri yang dijagokan Wakapolri Budi Gunawan. Budi sendiri sebelumnya pernah ditetapkan sebagai tersangka gratifikasi dan kepemilikan rekening gendut oleh KPK, sebelum dinyatakan tak bersalah oleh pengadilan.

"Ke depannya bisa saja dia justru melindungi kasus rekening gendut perwira polisi," ucap dia.

Selain itu, Emerson juga menyoroti bagaimana Basaria baru menyerahkan laporan harta kekayaan penyelenggara negara (LHKPN) menjelang fit and proper test.

Sementara itu, KPK bertugas mengimbau para penyelenggara negara untuk secara periodik menyerahkan laporan LHKPN. Pimpinan terpilih KPK lain yang disoroti Emerson adalah Alexander Marwata.

Emerson mengingatkan bagaimana Alex yang dulunya hakim ad hoc Pengadilan Tindak Pidana Korupsi ini kerap mengajukan dissenting opinion atau beda pendapat saat memvonis koruptor, misalnya menilai mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah tidak bersalah.

Alexander mengatakan bahwa pendapat berbeda yang dimilikinya itu karena tidak ingin putusan diambil berdasarkan opini yang berkembang di masyarakat atau media massa.

Saat putusan pegawai Direktorat Jenderal Pajak Dhana Widyatmika, Alex juga kembali mengajukan dissenting opinion dan memutusnya tak bersalah.

"Jangan-jangan nanti dia juga minta kasus distop karena menyatakan si A tak bersalah," kritik Emerson.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Gerindra Sebut Jokowi Justru Dorong Prabowo untuk Bertemu Megawati

Nasional
Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Tak Cemas Lawan Kandidat Lain pada Pilkada Jatim, Khofifah: Kenapa Khawatir?

Nasional
Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Khofifah Tolak Tawaran Jadi Menteri Kabinet Prabowo-Gibran, Pilih Maju Pilkada Jatim

Nasional
Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Soal Duetnya pada Pilkada Jatim, Khofifah: Saya Nyaman dan Produktif dengan Mas Emil

Nasional
Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Pertamina Goes To Campus, Langkah Kolaborasi Pertamina Hadapi Trilema Energi

Nasional
Respons Luhut Soal Orang 'Toxic', Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Respons Luhut Soal Orang "Toxic", Golkar Klaim Menterinya Punya Karya Nyata

Nasional
Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Ditanya Soal Progres Pertemuan Prabowo-Megawati, Gerindra: Keduanya Mengerti Kapan Harus Bertemu

Nasional
Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Gerindra Tangkap Sinyal PKS Ingin Bertemu Prabowo, tapi Perlu Waktu

Nasional
Mencegah 'Presidential Club' Rasa Koalisi Pemerintah

Mencegah "Presidential Club" Rasa Koalisi Pemerintah

Nasional
Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasdem-PKB Gabung Prabowo, Zulhas Singgung Pernah Dicap Murtad dan Pengkhianat

Nasional
Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Pengamat HI Harap Menlu Kabinet Prabowo Paham Geopolitik, Bukan Cuma Ekonomi

Nasional
PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

PDI-P Harap MPR Tak Lantik Prabowo-Gibran, Gerindra: MK Telah Ambil Keputusan

Nasional
Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang 'Toxic' di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Sepakat dengan Luhut, Golkar: Orang "Toxic" di Pemerintahan Bahaya untuk Rakyat

Nasional
Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Warung Madura, Etos Kerja, dan Strategi Adaptasi

Nasional
BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com