Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 20/10/2015, 19:00 WIB

Lunturnya cinta bangsa bukan hanya ditandai enggannya mengadakan upacara bendera dan ketidakmauan menyanyikan lagu "Indonesia Raya", melainkan justru terjadi melalui perilaku korup yang sudah mewabah dari pejabat tingkat atas sampai rakyat di tingkat bawah. Korupsi telah melukai rasa keadilan masyarakat dan menyingkirkan warga negara untuk menikmati hak-hak melalui layanan negara.

Wawasan Pancasila

Semangat cinta bangsa untuk melawan korupsi dan melawan kecenderungan mengganti ideologi Pancasila dengan agama hanya mungkin apabila setiap warga negara mengenyam proses pendidikan yang berkeadilan dan berwawasan Pancasila sejak dini. Kita pertama-tama terlahir di bumi pertiwi Indonesia ini sebagai warga negara Indonesia yang memiliki keyakinan agama dan kepercayaan tertentu. Setiap warga negara mestinya merasa menjadi warga negara Indonesia sebagai prioritas ketimbang afiliasi mereka pada komunitas religius, etnis, atau partai tertentu.

Ketidakadilan sosial di bidang hukum, ekonomi, dan politik telah melahirkan bermacam penyimpangan kehidupan bernegara. Keadilan sudah berubah menjadi komoditas, siapa punya uang siapa yang menang. Politik bisa dimanipulasi atas nama demokrasi dan kepentingan rakyat.

Kekeliruan kebijakan ekonomi yang tak berpihak kepada perlindungan terhadap tanah, air, dan udara bangsa telah melahirkan penjarahan kekayaan alam besar-besaran, melahirkan eksploitasi rakus yang merusak ekosistem dan biodiversitas yang seharusnya jadi kekayaan bangsa. Lemahnya penegakan hukum berkelindan dengan keinginan korup dan memanfaatkan jabatan demi memperkaya diri dan kelompok.

Tiga persoalan di atas tak dapat ditaklukkan dengan memaksa mencetak warga negara yang bersedia membela bangsa secara instan.

Pendidikan karakter spartan memang menarik dan bisa memberikan spirit pengorbanan bagi bangsa sebagai bentuk etika tertinggi yang bisa diraih manusia. Sayangnya, zaman berubah dan kita pun ikut berubah. Pendidikan karakter ala Sparta hanya aktual bila kita ambil spiritnya dan akan efektif bila kita lakukan lewat proses pendidikan warga negara yang utuh dan komprehensif.

Doni Koesoema A
Pemerhati Pendidikan dan Pengajar di Universitas Multimedia Nusantara, Jakarta

Versi cetak artikel ini terbit di harian Kompas edisi 20 Oktober 2015, di halaman 7 dengan judul "Pendidikan Karakter Spartan".

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

Nasional
5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

Nasional
Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Deretan Mobil Mewah yang Disita di Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

Nasional
[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

[POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

Nasional
Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

Nasional
Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Kejagung Tetapkan Kadis ESDM Babel dan 4 Orang Lainnya Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Masuk Bursa Gubernur DKI, Risma Mengaku Takut dan Tak Punya Uang

Nasional
Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Sambut PKB dalam Barisan Pendukung Prabowo-Gibran, PAN: Itu CLBK

Nasional
Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Dewas KPK Minta Keterangan SYL dalam Dugaan Pelanggaran Etik Nurul Ghufron

Nasional
Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Soal Jatah Menteri PSI, Sekjen: Kami Tahu Ukuran Baju, Tahu Kapasitas

Nasional
Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Cinta Bumi, PIS Sukses Tekan Emisi 25.445 Ton Setara CO2

Nasional
Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Menpan-RB Anas Bertemu Wapres Ma’ruf Amin Bahas Penguatan Kelembagaan KNEKS

Nasional
Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Banyak Caleg Muda Terpilih di DPR Terindikasi Dinasti Politik, Pengamat: Kaderisasi Partai Cuma Kamuflase

Nasional
PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

PKB Sebut Pertemuan Cak Imin dan Prabowo Tak Bahas Bagi-bagi Kursi Menteri

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com