Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ritual Agung Bernama Pulang Kampung

Kompas.com - 13/07/2015, 12:20 WIB

Pernah pada suatu masa, keluarga saya tinggal di sebuah perkebunan, lalu di perkampungan yang tandus. Keduanya di Kabupaten Cilacap. Kini, keluarga saya menetap di kota kecil bernama Wangon, Kabupaten Banyumas. Sebuah kota yang mendadak ramai tiap kali Lebaran tiba, lantaran berada di persimpangan jalan menuju Bandung, Cilacap, Yogyakarta, dan Tegal.

Di Wangon itulah kini ibu saya menghabiskan masa tuanya bersama beberapa adik yang tinggal di sekitar rumah ibu. Kiriman putra-putri dan uang pensiunan sebagai kepala sekolah dasar cukuplah bagi ibu untuk belanja sehari-hari, menyumbang orang hajatan, iuran RT, membayar pajak bumi dan bangunan, membayar listrik, telepon dan PAM, membeli jajanan untuk cucu-cucunya, serta pergi ke dokter apabila rematiknya kambuh.

Maka, jutaan warga republik ini, pada Lebaran kali ini pun, bagai semut yang merayap memenuhi jalur pantura dan jalur-jalur lainnya di negeri ini, baik lewat udara, darat, maupun laut, menuju lubang tempat awal keberangkatan berada: kampung!

Jalan berjejal, sengatan matahari, kemacetan berjam-jam, tak menyurutkan "semut-semut" yang sedang mencari jalan pulang ke rumah. Bahkan, sekian di antara mereka sedemikian abainya dengan keselamatan jiwa sendiri. Lihatlah, mereka yang berkendara motor dengan bawaan yang melimpah. Tak jarang mereka juga membawa serta anak kecil yang harus siap merasakan sabetan udara pantura yang panas kala siang, dingin pada waktu malam, dan tentu pula penuh jelaga polusi lantaran ribuan kendaraan merayap di sana saban detiknya.

Ya, ya… kampung, pada akhirnya memang tak lagi menunjuk pada sebuah tempat terpencil yang jauh dari peradaban metropolitan. Tak ada listrik, telepon, dan televisi. Cuma ada suara jengkerik dan belalang kala malam, atau lenguhan kerbau pada waktu siang.

Kampung kini telah berubah menjadi sebuah terminologi tempat kaum urban berangkat mencari kehidupan di kota-kota besar sekaligus tempat kembali buat tetirah dan bersilaturahim dengan sanak famili serta buat mengukur kesuksesan atau kegagalan.

Untunglah saya memiliki ibu yang tak pernah bertanya tentang berapa kini gaji saya, apa saja yang telah saya miliki selama tinggal di Jakarta. Ibu sudah cukup berbahagia jika tiap Lebaran saya bisa pulang. Kesehatan saya sekeluarga ketika bertemu ibu, kata beliau, sudah cukup membahagiakan hati.

Begitu saya tiba di rumah beliau, biasanya ibu berdiri di muka pintu dengan tangan terbuka, siap menyambut saya sekeluarga.

Ibu tak banyak bertanya. Beliau segera memeluk saya dengan sepenuh cinta. Demikianlah adanya tiap kali Lebaran datang, ibu dan kami anak-anaknya senantiasa digulung oleh gelombang keharuan yang datang dari samudra kasih sayang sepanjang waktu.

Di hadapan ibu, saya seperti menyaksikan segala perbuatan yang selama ini saya lakukan kepada ibu. Bagai jarum-jarum yang jatuh ke atas lantai, kesalahan-kesalahan saya bergemerincingan memenuhi hati saya.

Saya tahu, ibu tak berharap apa-apa dari saya. Namun rasanya, saya belum berbuat apa pun untuk membahagiakan ibu. Padahal ibu….

Seperti juga ibu Anda wahai kawan-kawan, dia adalah mata air kasih sayang yang mengaliri jiwa-jiwa kita sepanjang hayat.

Ah, maafkan saya, telah melibatkan Anda dalam keharuan mengenang ibu dan kampung saya. Begitulah, selama berada di kampung, saya biasanya juga merasa menjadi kanak-kanak kembali. Saya ketemu dengan teman-teman di kala sekolah dasar, bertemu dengan guru-guru saya yang kini telah sepuh. Sambil mengudap kacang bawang, kue nastar, dan wajik kiriman Bude Ar di ruang tamu, saya mengenang masa kanak-kanak bersama mereka.

Seperti daunan mangga di halaman rumah ibu yang rontok ke bumi tiap waktu, begitulah usia, berguguran dimakan zaman. Tiap kali selesai shalat Id, ketika para tetangga dan saudara datang ke rumah ibu untuk bersalaman, mendadak kami menyadari betapa kami tak lagi muda. Bapak saya telah mendahului kami semua menghadap Ilahi. Demikian halnya Pak Guru Paryono, para tetangga yang dulu turut mewarnai hidup kami, serta beberapa tetangga dan saudara, mereka telah banyak yang pergi lebih dahulu, berpulang.

Hmm… saya benar-benar bersyukur bahwa saya memiliki kampung yang menjadi akar tunggang yang menopang daun dan dahan kehidupan saya yang terus tumbuh bersama waktu.

Di luar urusan keluarga, teman, dan kerabat, saya juga pernah mendapatkan kehangatan dan keindahan dari para tetangga yang bergotong royong membangun rumah, suasana pengajian di mushala, kesenian kuda lumping, lengger, sintren, angguk, padi yang menguning di sawah dan tegalan, serta tentu saja kehidupan satwa dan rimbunnya pepohonan yang dulu mengepung kampung.

Selamat pulang kampung wahai kawan-kawan. Jaga keluarga kalian di jalan supaya selamat sampai tujuan, dan selamat pula saat arus balik seusai Lebaran nanti.

@JodhiY

keluarga saya
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 23 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 23 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 19 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 18 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Di Sidang SYL, Saksi Akui Ada Pembelian Keris Emas Rp 105 Juta Pakai Anggaran Kementan

Nasional
Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Dede Yusuf Minta Pemerintah Perketat Akses Anak terhadap Gim Daring

Nasional
Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Mesin Pesawat Angkut Jemaah Haji Rusak, Kemenag Minta Garuda Profesional

Nasional
Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Anggota Fraksi PKS Tolak Presiden Bebas Tentukan Jumlah Menteri: Nanti Semaunya Urus Negara

Nasional
Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Usai Operasi di Laut Merah, Kapal Perang Belanda Tromp F-803 Merapat di Jakarta

Nasional
Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Kriteria KRIS, Kemenkes: Maksimal 4 Bed Per Ruang Rawat Inap

Nasional
Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Soroti DPT Pilkada 2024, Bawaslu: Pernah Kejadian Orang Meninggal Bisa Memilih

Nasional
Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Direktorat Kementan Siapkan Rp 30 Juta Tiap Bulan untuk Keperluan SYL

Nasional
Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Setuju Sistem Pemilu Didesain Ulang, Mendagri: Pilpres dan Pileg Dipisah

Nasional
Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Menko Airlangga: Kewajiban Sertifikasi Halal Usaha Menengah dan Besar Tetap Berlaku 17 Oktober

Nasional
Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Serius Transisi Energi, Pertamina Gandeng KNOC dan ExxonMobil Kembangkan CCS

Nasional
Bawaslu Akui Kesulitan Awasi 'Serangan Fajar', Ini Sebabnya

Bawaslu Akui Kesulitan Awasi "Serangan Fajar", Ini Sebabnya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com