Menurut siswa berkacamata ini, surel yang ditujukan kepada UGM tidak pernah direncanakan. Tsaqif mengaku hanya ingin mencari keadilan terkait materi soal yang diterima oleh kawan-kawan seangkatannya yang mengikuti UN 2015.
"Saya lihat di lingkungan sekolah saya, semua pada jujur. Kasihan kami semua sudah belajar, menghabiskan uang dan waktu. Saya tidak mau diam saja melihat ini semua. Ibaratnya, kami tahu, tetapi diam, dan anggap tidak terjadi apa-apa."
Muhammad Tsaqif ibarat seekor kelinci manis di antara kawanan serigala yang buas dan jelek rupa. Perjuangan Tsaqif, protes Tsaqif, seperti tak berarti apa-apa. Jangankan Tsaqif yang berkata-kata, suara Pak Presiden kita saja dianggap seperti angin lalu. Padahal, sejak jauh hari Presiden Joko Widodo sudah menekankan bahwa pemerintah bersikap total untuk memerangi kecurangan dan kebocoran pada ujian nasional. Bahkan, dia meminta semua pihak untuk melaporkan kebocoran dan kecurangan yang terjadi.
Jokowi menyatakan, perang terhadap kecurangan dan bocornya soal ini digaungkan karena pemerintah menerapkan indeks integritas yang hanya berlaku pada era pemerintahannya.
"Dari awal sudah disampaikan bahwa kita total memerangi kecurangan dan kebocoran. Laporkan kebocoran dan kecurangan karena kita ada target indeks integritas tadi," ungkap Jokowi.
Jika tak mau disebut sebagai bangsa pembangkang, entah dari jenis keledai yang mana lagi kita ini, yang terperosok di lubang yang sama, di lubang itu-itu juga.
@JodhiY
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.