Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pendidikan Kita dan Keledai Dungu

Kompas.com - 29/06/2015, 23:01 WIB

"Hellooo... apa kabar Pak Menteri Anis yang ganteng," Bu Ameng berkata kemayu.

"Sisa-sia dah anak kita belajar mati-matian kalau masa depannya cuma dipertaruhkan oleh empat soal," ibu yang lain bersuara.

"Mau sampai kapan kita akan begini?"

"Tahu akan begini kejadiannya, anak guwe mending ambil kejar paket, terus pas ujian beli jawaban soal deh."

"Kenapa sih enggak balik kayak dulu aja? Masuk SMP dan SMA pakai tes. Kecurangan memang masih ada, tetapi setidaknya bisa diminimalkan."

"Sikaaaattttt...," Ibu Aminah yang tak tahu lagi harus bicara apa mengakhiri obrolan ibu-ibu itu dengan satu kata provokatif yang panjang dan menggelegar.

Ya, ya.... Kisah kecurangan di seputar ujian nasional bukanlah barang baru. Tahun ini seperti mengulang tahun-tahun sebelumnya, pun tahun sebelumnya seperti mengulang tahun sebelum-sebelumnya juga. Entah keledai dungu macam apa kita ini karena selalu terperosok pada lubang yang sama, lubang yang itu-itu juga.

Pun pada ujian nasional tingkat SMA, kecurangan tak kalah ganasnya. Sekretaris Jenderal Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI) Retno Listyarti membeberkan beberapa pola kecurangan yang berhasil terpantau oleh FSGI selama pelaksanaan ujian nasional untuk sekolah menengah atas dan sederajat sejak Senin, 13 April, hingga Rabu, 15 April 2015.

Retno menjelaskan, di Jawa Timur, khususnya Mojokerto dan Lamongan, ada laporan jual beli kunci jawaban UN. Harga kunci jawaban mencapai Rp 14 juta. "Para siswa saweran rata-rata sebesar Rp 50.000," kata Retno saat dihubungi Rabu, 15 April 2015.

Selain di Jawa Timur, di DKI Jakarta pun terjadi jual beli kunci jawaban antara Rp 14 juta dan Rp 21 juta. Para siswa juga dikoordinasikan untuk patungan antara Rp 50.000 dan Rp 100.000.

Seorang guru juga melapor telah berhasil mengunduh 30 jenis soal ujian nasional untuk jurusan IPA dari dunia maya. Soal yang bocor adalah Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, Fisika, Biologi, dan Kimia. Dari 30 berkas dalam bentuk PDF itu, sang pelapor mengaku berhasil mengunduh sebanyak 25 berkas soal.

Menurut Retno, soal yang diunduh ternyata sama persis untuk wilayah Pemalang, Bandung, dan Jakarta. "Di Jakarta, beberapa soal sama, dibedakan angkanya saja. Kesamaannya mencapai 50 persen," katanya.

Modus lain dari kecurangan itu, siswa mencontek dengan menggunakan ponsel dan sobekan kecil. Ini terjadi di beberapa daerah, seperti Bekasi, Bogor, Bandung, Lamongan, dan Jakarta. Retno mengatakan, masih ada kecurangan yang dilakukan, dengan melibatkan tim sukses di sekolah ataupun dinas pendidikan setempat.

Tentu, di antara yang curang, ada juga yang berlaku jujur. Namun seperti kata pepatah di negeri ini, "kalau jujur, malah akan hancur". Itulah yang dialami oleh Muhammad Tsaqif Wismadi, siswa kelas III di SMA 3 Yogyakarta yang mendapat puluhan ancaman sehabis dia menulis surat elektronik (surel) yang ditujukan ke Universitas Gadjah Mada (UGM) terkait bocornya materi soal Ujian Nasional (UN) 2015.

"Setelah saya mengirim surat itu dan tersebar di media sosial, ancaman banyak datang melalui Line dan Whatsapp, dari yang menanyakan alamat rumah sampai akan mengirim bom molotov ke rumah saya. Saya diam. Tidak saya tanggapi," kata Tsaqif seusai menerima pin "Berani Jujur Hebat" dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pada Rabu, 22 April 2015.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili di Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
'Presidential Club' Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

"Presidential Club" Ide Prabowo: Dianggap Cemerlang, tapi Diprediksi Sulit Satukan Jokowi-Megawati

Nasional
[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

[POPULER NASIONAL] Masinton Sebut Gibran Gimik | Projo Nilai PDI-P Baperan dan Tak Dewasa Berpolitik

Nasional
Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 8 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com