Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dua WNI Dieksekusi Mati, Ketua DPR Minta Menlu dan Dubes Proaktif

Kompas.com - 17/04/2015, 11:58 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
- Ketua DPR Setya Novanto menyesalkan eksekusi mati terhadap dua tenaga kerja Indonesia di Arab Saudi. Siti Zaenab dan Karni binti Medi Tarsim dieksekusi mati pada Selasa (14/4/2015) dan Kamis (16/4/2015). (Baca: Konjen RI Sempat Temui Karni di Madinah, tetapi Tak Ada Informasi soal Eksekusi Mati)

Setya meminta pemerintah Indonesia lebih tanggap terhadap masalah hukum yang menjerat WNI di negara lain.

"Kita ingin tetap pemerintah betul-betul proaktif. Menteri Luar Negeri harusnya bisa menghubungi pihak-pihgak kedutaan. Apa pun yang berkaitan dengan Saudi Arabia sangat mengecewakan," kata dia, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta, Jumat (17/4/2015).

Pemerintah seharusnya tak perlu menunggu pemberitahuan dari Arab Saudi terkait eksekusi terhadap WNI. Menurut dia, sejak awal pemerintah seharusnya bisa mengetahui dan mendata, siapa saja TKI yang terancam hukuman mati. Dengan demikian, bantuan hukum bisa diberikan sejak dini. (Baca: Kemenlu: Pembunuhan yang Dilakukan Karni Sadis, Keluarga Korban Tak Mau Memaafkan)

"Kita harapkan pemerintah evaluasi dan segera hukuman mati ini diinventarisasi," kata Wakil Ketua Umum Partai Golkar ini.

Ke depannya, ia berharap tak ada lagi TKI yang menjalani eksekusi mati di negeri orang, apalagi jika tanpa pemberitahuan dari negara yang bersangkutan.

"Karena menyangkut masalah nyawa seseorang, ini kita harus jalankan dengan sebaik-baiknya. Kita minta pemerintah evaluasi," ujarnya.

Pada Kamis (16/4/2015), Pemerintah Arab Saudi mengeksekusi mati TKI Indonesia bernama Karni Bt Medi Tarsim. Eksekusi terhadap wanita asal Brebes tersebut dilakukan tanpa pemberitahuan resmi kepada Pemerintah Indonesia dan keluarganya. Eksekusi Karni ini dilakukan sehari setelah Arab Saudi mengeksekusi mati TKI Siti Zaenab.

Sudah berupaya meminta pengampunan

Dalam jumpa pers di Kementerian Luar Negeri pada Kamis kemarin, Juru Bicara Kemenlu Arrmanatha Nasir mengatakan, Konsulat Jenderal RI sempat menemui Karni di penjara Madinah, pada Rabu (15/4/2015) lalu. Namun, dalam pertemuan itu, tidak ada informasi mengenai pelaksanaan eksekusi mati, baik dari Karni maupun otoritas penjara. (Baca: TKI Kembali Dieksekusi Mati di Arab Saudi)

"Konsulat Jenderal RI sudah ke Madinah untuk bertemu Karni di penjara. Dalam pertemuan itu, Konsulat tidak menerima indikasi, baik dari Karni maupun otoritas penjara, mengenai hukuman mati," ujar Arrmanatha.

Ada pun kunjungan yang dilakukan Konsulat Jenderal RI untuk menemui Karni ialah karena mengetahui Karni akan segera dieksekusi dalam waktu dekat, menyusul eksekusi terhadap Siti. Kemenlu RI menyatakan kekecewaannya terhadap Pemerintah Arab Saudi yang tidak memberikan pemberitahuan mengenai eksekusi Karni.

Menurut Arrmanatha, berbagai upaya telah dilakukan untuk memohonkan pengampunan bagi Karni. Namun, tindakan pembunuhan yang dilakukan Karni tergolong sadis sehingga keluarga korban tak mau memaafkan. Ia membunuh anak majikannya yang berusia 4 tahun. Hukum di Arab menyatakan bahwa yang berhak membatalkan eksekusi mati adalah keluarga korban sebagai ahli waris.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

PAN Lempar Kode Minta Jatah Menteri Lebih ke Prabowo, Siapkan Eko Patrio hingga Yandri Susanto

PAN Lempar Kode Minta Jatah Menteri Lebih ke Prabowo, Siapkan Eko Patrio hingga Yandri Susanto

Nasional
Kaitkan Ide Penambahan Kementerian dengan Bangun Koalisi Besar, BRIN: Mengajak Pasti Ada Bonusnya

Kaitkan Ide Penambahan Kementerian dengan Bangun Koalisi Besar, BRIN: Mengajak Pasti Ada Bonusnya

Nasional
Membedah Usulan Penambahan Kementerian dari Kajian APTHN-HAN, Ada 2 Opsi

Membedah Usulan Penambahan Kementerian dari Kajian APTHN-HAN, Ada 2 Opsi

Nasional
Zulhas: Indonesia Negara Besar, Kalau Perlu Kementerian Diperbanyak

Zulhas: Indonesia Negara Besar, Kalau Perlu Kementerian Diperbanyak

Nasional
Menag Cek Kesiapan Hotel dan Dapur Jemaah Haji di Madinah

Menag Cek Kesiapan Hotel dan Dapur Jemaah Haji di Madinah

Nasional
Usung Bima Arya atau Desy Ratnasari di Pilkada Jabar, PAN Yakin Ridwan Kamil Maju di Jakarta

Usung Bima Arya atau Desy Ratnasari di Pilkada Jabar, PAN Yakin Ridwan Kamil Maju di Jakarta

Nasional
[POPULER NASIONAL] Mahfud Singgung soal Kolusi Tanggapi Ide Penambahan Kementerian | Ganjar Disarankan Buat Ormas

[POPULER NASIONAL] Mahfud Singgung soal Kolusi Tanggapi Ide Penambahan Kementerian | Ganjar Disarankan Buat Ormas

Nasional
Zulhas Sebut Kader PAN yang Siap Jadi Menteri, Ada Yandri Susanto dan Eddy Soeparno

Zulhas Sebut Kader PAN yang Siap Jadi Menteri, Ada Yandri Susanto dan Eddy Soeparno

Nasional
Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

Prabowo: Bung Karno Milik Seluruh Rakyat, Ada yang Ngaku-ngaku Seolah Milik Satu Partai

Nasional
Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

Jelang Munas Golkar, Soksi Nyatakan Dukung Airlangga Jadi Ketum Lagi

Nasional
Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

Prabowo: Kalau Tak Mau Kerja Sama, Jangan Ganggu, Kami Mau Kerja...

Nasional
PAN Doa Dapat Banyak Jatah Menteri, Prabowo: Masuk Itu Barang

PAN Doa Dapat Banyak Jatah Menteri, Prabowo: Masuk Itu Barang

Nasional
KPK Cegah Pengusaha Muhaimin Syarif ke Luar Negeri Terkait Kasus Gubernur Malut

KPK Cegah Pengusaha Muhaimin Syarif ke Luar Negeri Terkait Kasus Gubernur Malut

Nasional
Zulhas: Banyak yang Salah Sangka Prabowo Menang karena Bansos, Keliru...

Zulhas: Banyak yang Salah Sangka Prabowo Menang karena Bansos, Keliru...

Nasional
Seluruh DPW PAN Dorong Zulhas Maju Jadi Ketua Umum Lagi

Seluruh DPW PAN Dorong Zulhas Maju Jadi Ketua Umum Lagi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com