Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Prihatin Kondisi Penegakan Hukum, PPI Jerman Kirim Surat Terbuka kepada Jokowi

Kompas.com - 06/03/2015, 10:28 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com- Mahasiswa yang tergabung dalam Perhimpunan Pelajar Indonesia di Jerman (PPI Jerman) menyampaikan keprihatinan atas situasi politik dan kekisruhan pemberantasan korupsi di Indonesia. Keprihatinan itu disampaikan lewat surat terbuka kepada Presiden Joko Widodo.

"Situasi politik di Indonesia semakin kritis," kata Ketua PPI Jerman Hartono Sugih seperti dikutip Antara.

Menurut Sugih, mahasiswa-mahasiswa di Jerman sebetulnya sudah banyak membahas situasi kisruh Komisi Pemberantasan Korupsi dengan Polri serta Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok dengan DPRD DKI.

"Tetapi kami hingga belakangan ini masih menunggu perkembangan yang tepat sambil mempelajari situasinya lebih jauh karena kompleksitasnya cukup tinggi. Kami tidak ingin tergesa-gesa membuat pernyataan atau mengeluarkan pendapat yang khawatirnya justru isinya tidak valid," jelas Sugih.

Dalam surat terbuka tersebut, PPI Jerman ingin menyuarakan pandangan mereka kepada Presiden Jokowi terkait kompleksitas pemberantasan korupsi yang sedang berkembang belakangan ini. Diharapkan dapat memberikan dukungan moril dalam tindakan nyata pemberantasan korupsi.

Mereka menilai situasi politik di Indonesia saat ini sedang dalam puncak kerumitannya. Perjanjian-perjanjian belakang layar yang telah dibuat oleh para politisi, penegak hukum dan pengambil kebijakan telah berkontribusi besar terhadap masalah yang ada saat ini.

Untuk menyelesaikannya, PPI Jerman menaruh harapan besar kepada pemimpin tertinggi di negara ini agar menggunakan kapasitasnya demi kemajuan pemberantasan korupsi di Indonesia.

"Kami ingin memberikan dukungan moral kepada pegiat antikorupsi di Indonesia, baik itu yang memposisikan diri sebagai aktivis maupun pengambil kebijakan," ujar Sugih.

"Tujuannya juga sebagai bahan pembelajaran demokrasi dan politik bagi teman-teman di PPI se-Jerman," tambahnya.

Selain itu, mereka juga ingin menyampaikan beberapa poin kepada para pemegang kuasa di lembaga-lembaga negara. Poin-poin tersebut adalah:

1. Kami pelajar Indonesia di Jerman ingin anda menjaga independensi dan tetap pro-rakyat.

2. Kami menuntut transparansi lembaga-lembaga eksekutif, legislatif dan yudikatif untuk mencegah penyelewengan oleh oknum pejabat. Sebagai fungsi pengawasan, publik harus dapat mengakses langsung anggaran belanja pemerintah pusat maupun daerah yang bukan rahasia negara.

3. Melihat kondisi penegakan hukum yang karut-marut, kami juga menuntut agar lembaga penegak hukum di Indonesia tidak terlibat konflik kepentingan dengan elite politik.

4. Kami mengapresiasi keberanian dan usaha Bapak karena telah memilih orang-orang yang berintegritas, profesional dan bersih di bawah kepemimpinan anda. Kami harap keberanian ini akan terus Bapak pertahankan untuk jabatan- jabatan lainnya di bawah hak prerogatif anda sebagai Presiden RI.

5. Demi mewujudkan Nawa Cita poin ke-4, kami meminta Presiden untuk menjauhkan lembaga penegak hukum dari korupsi.

6. Kami mendukung segala upaya memperkuat pemberantasan korupsi di Indonesia.

Menurut kami bukan hanya #SaveKPK dan #SaveAhok yang perlu dilakukan, tetapi juga #SavePolri. Untuk mengakomodir ketiga permasalahan ini, maka kami merangkumnya dalam sebuah wadah bertajuk #SaveIndonesia.

Kiranya Tuhan memberikan perlindungan, kebijaksanaan, serta keberanian. Semoga Pak Joko Widodo sudi mendengarkan dan melihat ini sebagai bentuk harapan akan terwujudnya Indonesia yang lebih baik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Nasional
Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Nasional
Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com