Pesawat AirAsia Indonesia QZ8501 rute Surabaya-Singapura dilaporkan hilang kontak dari pusat pengendali lalu lintas udara pada Minggu (28/12/2014). Pesawat QZ8501 berjenis Airbus A320-200 dengan registrasi PK-AXC membawa 155 penumpang terdiri atas 137 orang dewasa, 17 anak-anak, dan satu bayi. Selain itu, juga terdapat dua pilot, empat awak kabin dan satu teknisi.
Tim gabungan pencarian dan penyelamatan mulai mendapatkan titik terang setelah menemukan serpihan pesawat dan jenazah sejak Selasa (31/12/2014). Badan SAR Nasional telah mengonfirmasi bahwa yang ditemukan adalah serpihan pesawat AirAsia dan jenazah penumpangnya.
Sejak itu, sedikit demi sedikit upaya tim gabungan pencarian dan penyelamatan menemukan jenazah dan serpihan lain dari badan pesawat.
Total telah ada 51 jenazah penumpang yang ditemukan. Kotak hitam, yang berisi rekaman data penerbangan dan rekaman percakapan di kokpit antara pilot dan kopilot, juga telah ditemukan lengkap.
Banyak dugaan mengenai penyebab kecelakaan tersebut. Dari komunikasi terakhir antara pilot dengan pengendali lalu lintas udara, diketahui bahwa pilot meminta untuk berbelok arah ke kiri dan mengubah ketinggian.
Kuat dugaan pilot berusaha menghindari awan "cummulonimbus" yang memang merupakan momok bagi setiap penerbangan. Pasalnya, tekanan udara di dalam awan bisa menyebabkan pesawat kehilangan daya angkat bahkan kerusakan fatal. Kendati demikian, hanya hasil investigasi Komite Nasional Kecelakaan Transportasi (KNKT) yang bisa menjawab pertanyaan mengenai penyebab kecelakaan tersebut.
Libatkan banyak pihak
Proses pencarian dan evakuasi korban dan badan pesawat di perairan Selat Karimata dan Laut Jawa melibatkan banyak pihak dari dalam dan luar negeri. Dari dalam negeri, ada banyak pihak yang terlibat dan mengerahkan kapal-kapal untuk melakukan pencarian seperti Badan SAR Nasional, TNI Angkatan Laut, TNI Angkatan Udara, Ditjen Perhubungan Laut Kementerian Perhubungan, Polisi Perairan, dan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT).
Banyak pula pihak-pihak yang terlibat di darat seperti PT Pelindo III Cabang Kumai, Pangkalan Udara Iskandar Pangkalan Bun, RSUD Sultan Imanuddin Kotawaringan Barat, RS Bhayangkara Polda Jatim, tim identifikasi, bahkan masyarakat umum yang membuka posko dan memberikan suplai logistik kepada tim relawan.
Dari luar negeri juga ada beberapa negara terlibat seperti Amerika Serikat, Rusia, Jepang, Singapura, dan Tiongkok. Amerika Serikat mengerahkan kapal USS Sampson, sedangkan Rusia menerjunkan tim penyelam. Jepang juga mengerahkan dua kapal perang JS Ohnami dan JS Takanami.
Semuanya berupaya untuk menemukan korban sebanyak mungkin dan badan pesawat tanpa memandang perbedaan bangsa dan negara dan mengesampingkan ego kelembagaan.
Penggunaan teknologi
Deputi Kepala Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Ridwan Djamaluddin mengatakan pihaknya menggunakan beberapa peralatan berteknologi tinggi untuk mencari lokasi badan pesawat di dalam laut.
"Ada beberapa peralatan yang digunakan antara lain 'side scan sonar', 'multi beam echo sounder', 'magneto meter' dan 'pinger locater'," katanya.