Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

KPU Minta Tambahan Anggaran untuk Pilkada Langsung

Kompas.com - 24/11/2014, 23:00 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Komisi Pemilihan Umum (KPU) minta Komisi II DPR menambah anggaran untuk kegiatan-kegiatan yang dilaksanakan selama penyelenggaraan pemilihan umum kepala daerah langsung di 196 kabupaten/kota dan delapan provinsi.

"Kami butuh tambahan anggaran untuk melaksanakan kewajiban atau tugas jika Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Nomor 1/2014 disetujui," kata Ketua KPU RI Husni Kamil Manik dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi II DPR di Gedung Nusantara II DPR, Jakarta, Senin (24/11/2014).

Dia menjelaskan, anggaran Pilkada dibiayai anggaran daerah. Namun, KPU sebagai penanggung jawab pesta demokrasi itu memiliki kewajiban menyukseskan kegiatan tersebut.

Husni mengatakan, anggaran perlu ditambah sekitar Rp 1,1 triliun. Angka ini juga untuk mendidik pemilih supaya tidak menumpuk dilakukan sepanjang tahun 2018 dan 2019. Bentuk kegiatan yang dilaksanakan seperti pendidikan pemilu kepada masyarakat, membuat program dalam menindaklanjuti e-voting atau voting elektronik yang akan diberlakukan 2019.

Program itu juga harus dikaji, kemudian didesain. Setelah itu menentukan peralatannya dan mengujinya sebelum dievaluasi. "Untuk melaksanakan kewajiban itu dibutuhkan anggaran, karena KPU sekarang tidak memiliki anggaran tersebut," katanya.

Terkait usulan penambahan anggaran tersebut, Wakil Ketua Komisi II DPR Ahmad Riza Patria mengatakan Komisi II DPR tidak pernah menghalang-halangi KPU mendapatkan anggaran. Namun, permintaan ini selalu terbentur dengan peraturan sehingga tidak dapat dianggarkan.

KPU, menurut Riza, sebaiknya menyisir satu per satu peraturan yang menghambat pengalokasian anggaran tersebut. "Pada prinsipnya kami mendukung sepanjang itu untuk peningkatan kinerja KPU. Namun harus mengedepankan prinsip-prinsip proporsional, efisiensi anggaran," katanya.

Ahmad Riza mengemukakan KPU juga harus mengevaluasi penyelenggaraan Pemilu Legislatif 2014 serta Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2014. Laporan evaluasi menyangkut hambatan dan solusi agar di kemudian hari dapat dilaksanakan pesta demokrasi secara maksimal. "Kami menunggu laporan evaluasi tersebut," kata dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

[POPULER NASIONAL] Menkopolhukam Pimpin Satgas Judi Online | PDI-P Minta KPK 'Gentle'

[POPULER NASIONAL] Menkopolhukam Pimpin Satgas Judi Online | PDI-P Minta KPK "Gentle"

Nasional
Tanggal 18 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 18 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Polisi Temukan Bahan Peledak Saat Tangkap Terduga Teroris di Karawang

Polisi Temukan Bahan Peledak Saat Tangkap Terduga Teroris di Karawang

Nasional
Polisi Tangkap Satu Terduga Teroris Pendukung ISIS dalam Penggerebekan di Karawang

Polisi Tangkap Satu Terduga Teroris Pendukung ISIS dalam Penggerebekan di Karawang

Nasional
BPIP: Kristianie Paskibraka Terbaik Maluku Dicoret karena Tak Lolos Syarat Kesehatan

BPIP: Kristianie Paskibraka Terbaik Maluku Dicoret karena Tak Lolos Syarat Kesehatan

Nasional
Sekjen Tegaskan Anies Tetap Harus Ikuti Aturan Main meski Didukung PKB Jakarta Jadi Cagub

Sekjen Tegaskan Anies Tetap Harus Ikuti Aturan Main meski Didukung PKB Jakarta Jadi Cagub

Nasional
PKB Tak Resisten Jika Anies dan Kaesang Bersatu di Pilkada Jakarta

PKB Tak Resisten Jika Anies dan Kaesang Bersatu di Pilkada Jakarta

Nasional
Ditanya Soal Berpasangan dengan Kaesang, Anies: Lebih Penting Bahas Kampung Bayam

Ditanya Soal Berpasangan dengan Kaesang, Anies: Lebih Penting Bahas Kampung Bayam

Nasional
Ashabul Kahfi dan Arteria Dahlan Lakukan Klarifikasi Terkait Isu Penangkapan oleh Askar Saudi

Ashabul Kahfi dan Arteria Dahlan Lakukan Klarifikasi Terkait Isu Penangkapan oleh Askar Saudi

Nasional
Timwas Haji DPR Ingin Imigrasi Perketat Pengawasan untuk Cegah Visa Haji Ilegal

Timwas Haji DPR Ingin Imigrasi Perketat Pengawasan untuk Cegah Visa Haji Ilegal

Nasional
Selain Faktor Kemanusian, Fahira Idris Sebut Pancasila Jadi Dasar Dukungan Indonesia untuk Palestina

Selain Faktor Kemanusian, Fahira Idris Sebut Pancasila Jadi Dasar Dukungan Indonesia untuk Palestina

Nasional
Kritik Pengalihan Tambahan Kuota Haji Reguler ke ONH Plus, Timwas Haji DPR: Apa Dasar Hukumnya?

Kritik Pengalihan Tambahan Kuota Haji Reguler ke ONH Plus, Timwas Haji DPR: Apa Dasar Hukumnya?

Nasional
Pelaku Judi 'Online' Dinilai Bisa Aji Mumpung jika Dapat Bansos

Pelaku Judi "Online" Dinilai Bisa Aji Mumpung jika Dapat Bansos

Nasional
Kemenag: Pemberangkatan Selesai, 553 Kloter Jemaah Haji Indonesia Tiba di Arafah

Kemenag: Pemberangkatan Selesai, 553 Kloter Jemaah Haji Indonesia Tiba di Arafah

Nasional
Pengamat Sebut Wacana Anies-Kaesang Hanya 'Gimmick' PSI, Risikonya Besar

Pengamat Sebut Wacana Anies-Kaesang Hanya "Gimmick" PSI, Risikonya Besar

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com