Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

30 Menit Bersama Tank Leopard

Kompas.com - 24/11/2014, 14:50 WIB


KOMPAS.com - Rabu (19/11/2014) petang di Markas Komando Batalyon Kavaleri 8/2 Narasinga Wiratama di Kelurahan Beji, Kecamatan Beji, Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur. Beberapa tentara batalyon di bawah Komando Cadangan Strategis TNI Angkatan Darat itu menyalakan mesin tank Leopard, salah satu tank andalan TNI.

Mesin 20 tank Leopard yang berderet di garasi Markas Komando Batalyon Kavaleri (Yonkav) 8/2 itu lalu menderu bersama. Dua tank digerakkan keluar garasi.

"Jarang ada kesempatan tank Leopard keluar garasi. Jadi, ini peristiwa langka," kata Komandan Yonkav 8/2 Narasinga Wiratama Mayor (Kav) Valian Wicaksono Mahdi.

Sosok dua tank berwarna variasi hitam-hijau-coklat itu sontak mendominasi pelataran di muka garasi. Setelah beberapa menit mesin dipanaskan, tank Leopard berjalan mengitari markas, keluar dari kawasan garasi.

Jalannya tank Leopard sore itu terlihat berat, namun mantap. Maklum, berat kosong tank buatan Jerman tersebut mencapai 52 ton dengan kapasitas mesin 47.600 cc.

Namun, ternyata kecepatan maksimal tank Leopard, seperti dikatakan Valian, bisa mencapai 68 kilometer per jam. Adapun saat mundur, tank bisa melaju hingga 31 kilometer per jam. Jadi, Leopard yang berjalan pelan Rabu sore itu lebih karena tank ketika itu hanya untuk parade di tengah press tour wartawan Kementerian Pertahanan.

Perjalanan singkat tank Leopard, primadona baru persenjataan TNI, yang hanya sekitar 30 menit disambut hangat warga markas Yonkav. Beberapa anak yang baru saja selesai mengaji sore itu di masjid Yonkav berteriak-teriak gembira sembari melambaikan tangan. Anak-anak itu bahkan berlari mengikuti tank yang belum pernah dilihatnya. Sebagian anak yang naik sepeda juga mengayuh sepedanya mengiringi tank hingga kembali lagi masuk garasi.

Dongkrak kualitas

Valian mengatakan, pembelian tank Leopard yang nantinya sebanyak 41 unit mendongkrak standar persenjataan Republik Indonesia.

"Awalnya Indonesia hanya punya tank Scorpion yang tergolong tank ringan. Itu tank terbaik kita waktu itu. Setelah ada tank Leopard, artinya kita sudah punya tank berat atau heavy tank," ujarnya.

Sebagai perbandingan, tank Scorpion hanya bisa menembak musuh dalam jarak 2 kilometer. Akibatnya, bisa jadi sebelum mendekati musuh dalam rentang jarak tersebut, Scorpion sudah bisa ditaklukkan tank musuh yang lebih canggih. Sementara tank Leopard bisa menembak musuh dalam jarak 4 kilometer.

"Gerakan tank Leopard juga ditunjang stabilizer sehingga bisa menembak sembari berjalan. Selain itu, kualitas pelindung lapis baja dan aplikasi pelindung lain juga lebih baik daripada jenis tank lain," tambah Valian.

Lebih ringan

Yang juga menarik, tekanan jejak tank Leopard jika melintas di jalan raya lebih ringan ketimbang truk tronton. Dari penelitian tim Institut Teknologi Bandung, yang dikutip Valian, berat Leopard di jalan raya berkisar 8.908,0 newton per meter persegi. Adapun berat truk tronton di jalan raya mencapai lima kali lipatnya, yakni 44.285,71 newton per meter persegi.

Lebih ringannya tank Leopard di jalan raya dipengaruhi tekanan jejak yang merata karena model roda tank yang berlapis karet. Sementara truk tronton lebih berat karena terfokus di beberapa titik, dalam hal ini titik-titik ban truk berada.

Kepala Bidang Pemberitaan Kementerian Pertahanan Kolonel (Kal) Anton Santosa menambahkan, "Ketika Indonesia hanya punya tank ringan seperti Scorpion, kita tidak diperhitungkan, bahkan di ASEAN."

Maklum, ketika itu, negara-negara ASEAN lain sudah punya tank berat. Malaysia,
misalnya, sudah punya tank PT-91 produk Polandia. Sementara Vietnam dan Myanmar memiliki armada tank berat buatan Rusia.

"Waktu itu, sebelum kita punya Leopard, Indonesia hanya sejajar dengan Timor Leste dan Filipina," kata Anton. (ADI PRINANTYO)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

MUI Minta Satgas Judi Online Bertindak Tanpa Pandang Bulu

MUI Minta Satgas Judi Online Bertindak Tanpa Pandang Bulu

Nasional
Tolak Wacana Penjudi Online Diberi Bansos, MUI: Berjudi Pilihan Hidup Pelaku

Tolak Wacana Penjudi Online Diberi Bansos, MUI: Berjudi Pilihan Hidup Pelaku

Nasional
MUI Keberatan Wacana Penjudi Online Diberi Bansos

MUI Keberatan Wacana Penjudi Online Diberi Bansos

Nasional
[POPULER NASIONAL] Menkopolhukam Pimpin Satgas Judi Online | PDI-P Minta KPK 'Gentle'

[POPULER NASIONAL] Menkopolhukam Pimpin Satgas Judi Online | PDI-P Minta KPK "Gentle"

Nasional
Tanggal 18 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 18 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Polisi Temukan Bahan Peledak Saat Tangkap Terduga Teroris di Karawang

Polisi Temukan Bahan Peledak Saat Tangkap Terduga Teroris di Karawang

Nasional
Polisi Tangkap Satu Terduga Teroris Pendukung ISIS dalam Penggerebekan di Karawang

Polisi Tangkap Satu Terduga Teroris Pendukung ISIS dalam Penggerebekan di Karawang

Nasional
BPIP: Kristianie Paskibraka Terbaik Maluku Dicoret karena Tak Lolos Syarat Kesehatan

BPIP: Kristianie Paskibraka Terbaik Maluku Dicoret karena Tak Lolos Syarat Kesehatan

Nasional
Sekjen Tegaskan Anies Tetap Harus Ikuti Aturan Main meski Didukung PKB Jakarta Jadi Cagub

Sekjen Tegaskan Anies Tetap Harus Ikuti Aturan Main meski Didukung PKB Jakarta Jadi Cagub

Nasional
PKB Tak Resisten Jika Anies dan Kaesang Bersatu di Pilkada Jakarta

PKB Tak Resisten Jika Anies dan Kaesang Bersatu di Pilkada Jakarta

Nasional
Ditanya Soal Berpasangan dengan Kaesang, Anies: Lebih Penting Bahas Kampung Bayam

Ditanya Soal Berpasangan dengan Kaesang, Anies: Lebih Penting Bahas Kampung Bayam

Nasional
Ashabul Kahfi dan Arteria Dahlan Lakukan Klarifikasi Terkait Isu Penangkapan oleh Askar Saudi

Ashabul Kahfi dan Arteria Dahlan Lakukan Klarifikasi Terkait Isu Penangkapan oleh Askar Saudi

Nasional
Timwas Haji DPR Ingin Imigrasi Perketat Pengawasan untuk Cegah Visa Haji Ilegal

Timwas Haji DPR Ingin Imigrasi Perketat Pengawasan untuk Cegah Visa Haji Ilegal

Nasional
Selain Faktor Kemanusian, Fahira Idris Sebut Pancasila Jadi Dasar Dukungan Indonesia untuk Palestina

Selain Faktor Kemanusian, Fahira Idris Sebut Pancasila Jadi Dasar Dukungan Indonesia untuk Palestina

Nasional
Kritik Pengalihan Tambahan Kuota Haji Reguler ke ONH Plus, Timwas Haji DPR: Apa Dasar Hukumnya?

Kritik Pengalihan Tambahan Kuota Haji Reguler ke ONH Plus, Timwas Haji DPR: Apa Dasar Hukumnya?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com