Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panglima Perang Bukit Matahari Berpulang

Kompas.com - 13/10/2014, 21:01 WIB
Catatan Kaki Jodhi Yudono

Seorang kawan mengabarkan kepada saya, seniman dan budayawan asal Bawomataluo, Nias, Hikayat Manao telahberpulang. Hikayat Manao, mengembuskan napas terakhir setelah dirawat di RS Stela Maris Telukdalam, Minggu (12/10/2014) pukul 15.10. Hikayat meninggal pada usia 56 tahun. Ia meninggalkan istri Munihati Manao dan empat orang anak.

Teringatlah saya pada pertemuan terakhir dengan beliau saat berlangsung Gelar Budaya Bawomataluo di pertengahan Mei 2011. Pada pertemuan itu, saya pun jadi tahu tentang sepak terjangnya. Sejak remaja dia sudah aktif sebagai pelompat batu. Kemudian, sebagai seorang seniman, beliau merivitalisasi kesenian leluhurnya yang dimodifikasi dengan kekinian, sehingga menjadi perbendaharaan khazanah budaya Nias, baik dalam ratusan lagu daerah ciptaannya maupun seni tari.

Selama ini, Hikayat Manaö memang dikenal sebagai seorang pencipta lagu-lagu Nias yang cukup produktif. Salah satu lagu yang cukup populer di masyarakat adalah lagu “Elefu”. Lagu mars Nias Selatan juga berjudul “Furai Tanö Raya” juga karya “Kafalo Zaluaya” ini.

Salah satu karyanya di bidang musik yang cukup terkenal adalah alat musik batu yang disebut “feta batu”. Alat musik temuannya ini telah membawanya tampil manggung di mana-mana, seperti di Bali, dan juga saat berduet dengan pemusik Iwan Fals di Gunungsitoli, 6 Juni 2010, pada Gelar Seni Budaya bertajuk “Nias Bangkit!” yang digelar Posko Delasiga (sekarang Yayasan Delasiga).

Hikayat Manaö alias Ama Gibson juga sudah melalang buana ke mancanegara untuk menampilkan hasil karyanya.

Tiga tahun sudah lewat, kangen juga dengan lelucon-lelucon ringannya. Tapi... ah, besok, Selasa 14 Oktober dia sudah dimakamkan. Seperti disampaikan Ariston, Kepala Desa Bawomataluo, forum orahua Minggu malam memutuskan, mendiang Hikayat Manaö akan dikebumikan pada hari Selasa, 14 Oktober 2014, dengan upacara adat khusus.

“Saat pemakaman Pak Hikayat akan ada upacara adat khusus sebagai bentuk penghormatan terakhir kepada beliau,” kata Ariston, seperti ditulis niasbangkit.com.

Selain sebagai seniman, Hikayat Manao juga dikenal sebagai Panglima Kafalo Zaluya—jabatan yang diberikan oleh para tetua adat di desanya. Saya masih ingat benar, vetapa diamenjadi bintang lapangan dalam "Pagelaran Budaya Bawomataluo 2011".

Niasbangkit.com mencatat, selama pergelaran berlangsung, Hikayat tampil siang, sore dan malam hari. Ia memimpin Tari Kolosal yang terkenal itu di acara pembukaan, bermain dalam berbagai atraksi pada acara lain. Usai tampil, para wartawan selalu mengerubutinya untuk meminta penjelasan tentang apa saja di balik sebuah pertunjukan yang baru dilakoninya. Malam hari, ia tampil dalam acara hiburan, bernyanyi bersama penduduk dan para tamu. “Praktis saya hanya tidur hanya beberapa jam sehari,” ujarnya kepada NBC di sela-sela pagelaran yang mempromosikan budaya dan hasil kerajinan Nias Selatan tersebut.

Tapi Hikayat senantiasa terlihat segar dan sangat hangat menerima siapa saja. Salah satu cara yang ditempuh anak ketiga dari 7 bersaudara pasangan T Ana Tona Manao dan Ibu Kaena Wau ini agar terus bersemangat adalah menjaga suasana tetap riang. “Hati yang riang adalah obat,” ujarnya.

Menangani budaya adalah kehidupannya sejak kembali ke desanya sejak 1986. Kegiatan yang membuatnya bahagia dan mampu mendefinisikan kebahagiaan. “Ukuran kebahagiaan bukan karena title, harta, tapi berakar dari hati,” ujarnya.

Menurutnya banyak tarian sakral sudah tidak lagi dipertontonkan, seperti Fadolohia, sebuah tarian ucapan syukur yang di masa kecilnya sering digelar usai panen. “Itu sebabnya, setiap penampilan kami mengikutsertakan tarian ini,” ujarnya.

Hikayat juga merasa terbeban untuk terus melestarikan dan mengembangkan tari dan budaya Nias. “Saya mempunyai beban moral untuk menurunkan nilai-nilai budaya agar generasi muda memiliki jati diri sebagai orang Nias,”ujarnya kepada NBC, usai menggelar tari kreasi gerakan Faluya Zanokhe di depan Omo Sebua 15 Mei 2011.

Tarian kreasi dari gerakan Faluya Zanokhe ini dimainkan 20 orang pemuda, 6 orang remaja dan sekitar 98 anak-anak yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Di dalam tarian itu Hikayat menyelipkan dua buah lagu ciptaaannya sendiri yakni Famaedo Dano (julukan kebesaran Bawomataluo) dan Mameasu yang berarti berburu. Dua lagu itu masing-masing menggambarkan nilai-nilai persatuan sebagai sebuah kekuatan. “Bersatu mengepung musuh, bersatu dalam berburu,” ujarnya

Hikayat tidak hanya dikenal di desanya, tetapi aktivitasnya sudah merambah jauh ke luar dari pulau Nias. Dia akrab dengan para wartawan. Ayah empat orang anak ini dikenal sebagai orang yang mudah diajak diskusi dan selalu bersemangat saat berbicara tentang budaya Nias. Siap memberi penjelasan, kapan saja diperlukan, apakah bertemu langsung atau melalui telepon. Tak heran kalau komentar-komentarnya tentang budaya Nias senantiasa menghiasi media cetak atau televisi.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Jemaah Haji Asal Padang Meninggal, Jatuh Saat Tawaf Putaran Ketujuh

Jemaah Haji Asal Padang Meninggal, Jatuh Saat Tawaf Putaran Ketujuh

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Bentuk Kementerian Khusus Mengurus Program Makan Bergizi Gratis

Prabowo Pertimbangkan Bentuk Kementerian Khusus Mengurus Program Makan Bergizi Gratis

Nasional
Densus 88 Kuntit JAM Pidsus, Hari-hari Penuh Tanya

Densus 88 Kuntit JAM Pidsus, Hari-hari Penuh Tanya

Nasional
Cegah Dehindrasi, Jemaah Haji Indonesia Diimbau Terbiasa Minum Oralit

Cegah Dehindrasi, Jemaah Haji Indonesia Diimbau Terbiasa Minum Oralit

Nasional
Tema Hari Lansia Nasional 2024 dan Sejarahnya

Tema Hari Lansia Nasional 2024 dan Sejarahnya

Nasional
Poin-poin Pidato Megawati di Rakernas PDI-P, Bicara Kecurangan Pemilu sampai Kritik Revisi UU MK

Poin-poin Pidato Megawati di Rakernas PDI-P, Bicara Kecurangan Pemilu sampai Kritik Revisi UU MK

Nasional
Pidato Megawati Kritisi Jokowi, Istana: Presiden Tak Menanggapi, Itu untuk Internal Parpol

Pidato Megawati Kritisi Jokowi, Istana: Presiden Tak Menanggapi, Itu untuk Internal Parpol

Nasional
Kader PDI-P Teriakkan Nama Jokowi, Saat Megawati Bertanya Penyebab Kondisi MK Seperti Saat Ini

Kader PDI-P Teriakkan Nama Jokowi, Saat Megawati Bertanya Penyebab Kondisi MK Seperti Saat Ini

Nasional
Megawati Singgung Pemimpin Otoriter Populis, Hukum Jadi Pembenar Ambisi Kekuasaan

Megawati Singgung Pemimpin Otoriter Populis, Hukum Jadi Pembenar Ambisi Kekuasaan

Nasional
Persilakan Rakyat Kritik Pemerintahannya, Prabowo: Tapi yang Obyektif

Persilakan Rakyat Kritik Pemerintahannya, Prabowo: Tapi yang Obyektif

Nasional
Garuda Indonesia Minta Maaf Usai Mesin Pesawat Pengangkut Jemaah Haji Rusak 2 Kali

Garuda Indonesia Minta Maaf Usai Mesin Pesawat Pengangkut Jemaah Haji Rusak 2 Kali

Nasional
Kembangkan Layanan Digital, Presiden Jokowi Akan Buka SPBE Summit 2024 dan Luncurkan GovTech Indonesia

Kembangkan Layanan Digital, Presiden Jokowi Akan Buka SPBE Summit 2024 dan Luncurkan GovTech Indonesia

Nasional
Pidato Megawati di Rakernas Dinilai Jadi Isyarat PDI-P Bakal Jadi Oposisi Prabowo

Pidato Megawati di Rakernas Dinilai Jadi Isyarat PDI-P Bakal Jadi Oposisi Prabowo

Nasional
Ketika Megawati Ungkap Isi Curhatnya pada Andika Perkasa soal TNI...

Ketika Megawati Ungkap Isi Curhatnya pada Andika Perkasa soal TNI...

Nasional
Jokowi Bagikan Sembako di Yogyakarta Saat PDI-P Gelar Rakernas di Jakarta

Jokowi Bagikan Sembako di Yogyakarta Saat PDI-P Gelar Rakernas di Jakarta

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com