Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

PKB Minta Penundaan Pembahasan RUU Pilkada

Kompas.com - 13/09/2014, 07:53 WIB


JAKARTA, KOMPAS.com - Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) menawarkan penundaan pembahasan Rancangan Undang-Undang Pemilihan Kepala Daerah (RUU Pilkada) hingga suasana lebih kondusif.

"Dalam kondisi yang saling bersikeras sekarang sebaiknya pembahasan RUU Pilkada tidak perlu dipaksakan, kita tunda dulu, moratorium dulu," kata Ketua Fraksi PKB DPR Marwan Jafar usai berbicara dalam diskusi publik "Prospek Kualitas Demokrasi di Indonesia pasca-Pilpres 2014" yang diselenggarakan IPNU di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (12/9/2014), seperti dikutip Antara.

Marwan mengakui pembahasan RUU Pilkada, terutama terkait mekanisme pemilihan kepala daerah dengan opsi dipilih langsung oleh rakyat atau dipilih oleh DPRD, lebih alot dari pembahasan RUU yang lain.

"Selama ini, sealot apapun suatu RUU masih bisa dicarikan titik temu, tetapi untuk RUU Pilkada ini sangat sulit," kata dia.

Marwan mengaku khawatir jika pembahasan RUU Pilkada dipaksakan untuk terus dilakukan akan mengganggu situasi politik yang sudah kondusif pascapemilu presiden dan menodai kesuksesan pemilu legislatif dan pemilu presiden yang telah diikuti rakyat dengan sangat bergairah.

"Nanti kalau sudah dingin, bisa berpikir jernih, kita lanjutkan lagi pembahasan RUU ini," katanya.

Ia mengakui bahwa suasana psikologis dalam pembahasan RUU Pilkada masih terpengaruh oleh sisa-sisa persaingan dalam pemilu presiden lalu, dan itu dinilainya kurang menguntungkan dalam upaya merumuskan regulasi strategis seperti pilkada.

Fraksi-fraksi di DPR terbelah dalam menentukan mekanisme pemilihan kepala daerah. Fraksi PDIP, PKB, dan Hanura yang dalam pilpres lalu mengusung Joko Widodo-Jusuf Kalla memilih pilkada tetap dilaksanakan secara langsung.

Sementara Fraksi Demokrat, Golkar, Gerindra, PKS, PAN, dan PPP yang tergabung dalam Koalisi Merah Putih pengusung Prabowo-Hatta memilih pilkada oleh DPRD.

Marwan menegaskan bahwa PKB tidak akan bergeser dari pilihannya karena pilkada langsung merupakan aspirasi rakyat sebagai buah dari reformasi. Menurut dia, demokrasi akan mengalami kemunduran jika kembali ke mekanisme pilkada oleh DPRD.

"Kita akan kehilangan sumber-sumber pemimpin alternatif jika pilkada dilakukan oleh DPRD, dan siapa bisa menjamin kalau pilkada tidak langsung tidak terjadi politik uang," kata dia.

Menurut dia, untuk memperkecil ekses negatif pemilu langsung, harus dilakukan revisi menyeluruh paket undang-undang politik, tidak bisa parsial.

Ditanya apakah PKB akan "walk out" jika RUU Pilkada dipaksakan untuk disahkan, dengan diplomatis Marwan menyatakan, pihaknya belum berpikir ke arah itu. Saat ini, kata dia, FPKB terus melakukan lobi-lobi politik untuk melunakkan fraksi-fraksi yang bersikukuh memilih pilkada tidak langsung, meski menurut dia bukan pekerjaan yang gampang.

Disinggung tentang Munas NU tahun 2012 yang merekomendasikan pilkada oleh DPRD, Marwan menyatakan, dengan pilihannya itu bukan berarti PKB tidak menghargai "induknya".

"Waktu Munas NU dulu kita aktif mengikuti. Kami memahami rekomendasi Munas NU itu sebagai seruan moral, dan memang ranah NU di situ. Kami sebagai partai politik tentu menyikapi RUU ini dalam konteks realitas politik," kata Marwan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Idul Adha 2024, Ma'ruf Amin Ajak Umat Islam Tingkatkan Kepedulian Sosial dan Saling Bantu

Idul Adha 2024, Ma'ruf Amin Ajak Umat Islam Tingkatkan Kepedulian Sosial dan Saling Bantu

Nasional
Jokowi, Megawati, hingga Prabowo Sumbang Hewan Kurban ke Masjid Istiqlal

Jokowi, Megawati, hingga Prabowo Sumbang Hewan Kurban ke Masjid Istiqlal

Nasional
KIM Disebut Setuju Usung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta, Golkar: Lihat Perkembangan Elektabilitasnya

KIM Disebut Setuju Usung Ridwan Kamil di Pilkada Jakarta, Golkar: Lihat Perkembangan Elektabilitasnya

Nasional
Isu Perombakan Kabinet Jokowi, Sandiaga: Saya Siap Di-'reshuffle' Kapan Pun

Isu Perombakan Kabinet Jokowi, Sandiaga: Saya Siap Di-"reshuffle" Kapan Pun

Nasional
Hadiri Lion Dance Exhibition, Zita Anjani Senang Barongsai Bertahan dan Lestari di Ibu Kota

Hadiri Lion Dance Exhibition, Zita Anjani Senang Barongsai Bertahan dan Lestari di Ibu Kota

Nasional
Timwas Haji DPR Ajak Masyarakat Doakan Keselamatan Jemaah Haji dan Perdamaian Palestina

Timwas Haji DPR Ajak Masyarakat Doakan Keselamatan Jemaah Haji dan Perdamaian Palestina

Nasional
5 Perbaikan Layanan Haji 2024 untuk Jemaah Indonesia: 'Fast Track' hingga Fasilitas buat Lansia

5 Perbaikan Layanan Haji 2024 untuk Jemaah Indonesia: "Fast Track" hingga Fasilitas buat Lansia

Nasional
Timwas Haji DPR Ingatkan Panitia di Arab Saudi untuk Selalu Awasi Pergerakan Jemaah

Timwas Haji DPR Ingatkan Panitia di Arab Saudi untuk Selalu Awasi Pergerakan Jemaah

Nasional
Safenet Nilai Pemblokiran X/Twitter Bukan Solusi Hentikan Konten Pornografi

Safenet Nilai Pemblokiran X/Twitter Bukan Solusi Hentikan Konten Pornografi

Nasional
Pastikan Keamanan Pasokan Energi, Komut dan Dirut Pertamina Turun Langsung Cek Kesiapan di Lapangan

Pastikan Keamanan Pasokan Energi, Komut dan Dirut Pertamina Turun Langsung Cek Kesiapan di Lapangan

Nasional
Bersikeras Usung Ridwan Kamil di Jawa Barat, Golkar: Di Jakarta Surveinya Justru Nomor 3

Bersikeras Usung Ridwan Kamil di Jawa Barat, Golkar: Di Jakarta Surveinya Justru Nomor 3

Nasional
Soal Tawaran Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Sandiaga: Lebih Berhak Pihak yang Berkeringat

Soal Tawaran Masuk Kabinet Prabowo-Gibran, Sandiaga: Lebih Berhak Pihak yang Berkeringat

Nasional
PPP Tak Lolos Parlemen, Sandiaga: Saya Sudah Dievaluasi

PPP Tak Lolos Parlemen, Sandiaga: Saya Sudah Dievaluasi

Nasional
Respons Menko PMK, Komisi VIII DPR: Memberi Bansos Tidak Hentikan Kebiasaan Berjudi

Respons Menko PMK, Komisi VIII DPR: Memberi Bansos Tidak Hentikan Kebiasaan Berjudi

Nasional
Eks Penyidik Sebut KPK Tak Mungkin Asal-asalan Sita HP Hasto PDI-P

Eks Penyidik Sebut KPK Tak Mungkin Asal-asalan Sita HP Hasto PDI-P

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com