Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dituduh Sembunyikan Hasil Survei, Ini Kata CSIS

Kompas.com - 28/06/2014, 16:49 WIB
Rahmat Fiansyah

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Tulisan salah satu media asal Australia, The Sydney Morning Herald menyebutkan, Center Strategic and International Studies (CSIS) menjadi salah satu lembaga survei yang terlambat memublikasi atau bahkan diam, terkait pergeseran dukungan kandidat dalam pemilu presiden 2014. Menanggapi hal tersebut, peneliti CSIS, Philips Jusario Vermonte membantah berita yang beredar secara tidak langsung di media-media Indonesia tersebut.

"Enggak. Kita enggak sengaja menyembunyikan (hasil survei). Tapi memang belum dirilis saja," kata dia kepada Kompas.com di Jakarta, Sabtu (28/6/2014).

Philip mengatakan, lembaganya memang melakukan survei terkait peta dukungan antara Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan Joko Widodo dan Jusuf Kalla. Dia pun menyebut, berdasarkan survei tersebut, pasangan Jokowi-JK masih unggul tipis atas pasangan Prabowo-Hatta.

"Dan itu saya kira konsisten dengan survei-survei lain," ujar Philips.

Philips pun menjelaskan, alasan mengapa CSIS belum mempublikasikan hasil survei tersebut adalah karena lembaganya baru melakukan survei sebanyak satu kali. Ia beralasan satu kali survei belum memperlihatkan tren dukungan kepada kandidat.

"Kalau kita tampilkan kita tidak bisa melihat trennya dan mungkin jadi tidak adil bagi salah satu calon baik Pak Jokowi-JK maupun Pak Prabowo-Hatta. Tapi kalau memang kami melakukan satu kali survei lagi, kita bisa rilis surveinya," ucap dia.

Philips menambahkan survei yang dilakukan oleh CSIS berbeda dengan survei yang dilakukan lembaga lain. Demi akurasi, kata dia, CSIS juga melakukan survei dengan melakukan oversampling di beberapa provinsi yang strategis dalam menentukan kemenangan kandidat.

"Ini kami perlu waktu untuk lebih banyak waktu untuk menganalisis, melihat, dan seterusnya," tandas Philips.

Sebelumnya, Sydney Morning Herald mengeluarkan tulisan berjudul "The Silence of the Polls as Prabowo pulls ahead in Jakarta race". Tulisan itu mempertanyakan lembaga-lembaga survei di Indonesia yang terlambat memublikasi atau diam ketika terjadi pergeseran dukungan dalam pemilu presiden 2014.

Tiga dari lima lembaga yang dikutip dalam tulisan tersebut adalah lembaga-lembaga survei yang kredibel. Mereka adalah CSIS, Saiful Mujani Research and Consulting, dan Indikator, yang mendapati dukungan Prabowo-Hatta dan Jokowi-JK berkejaran.

Ketua Tim Kampanye Nasional Prabowo-Hatta, Mahfud MD juga merujuk pemberitaan di media Australia tersebut. Dia menyebut beberapa lembaga survei menyembunyikan hasil survei karena elektabilitas Prabowo-Hatta unggul dibanding Jokowi-JK.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Video Viral Bule Hina IKN Ternyata Direkam di Bogor

Video Viral Bule Hina IKN Ternyata Direkam di Bogor

Nasional
Pertamina Luncurkan 'Gerbang Biru Ciliwung' untuk Kembangkan Ekosistem Sungai

Pertamina Luncurkan "Gerbang Biru Ciliwung" untuk Kembangkan Ekosistem Sungai

Nasional
Kriminolog Nilai Penjudi Online Mesti Dipandang sebagai Pelaku Pidana

Kriminolog Nilai Penjudi Online Mesti Dipandang sebagai Pelaku Pidana

Nasional
Harun Masiku Nyaris Diringkus di 2021, tapi Gagal Akibat KPK Ribut Internal

Harun Masiku Nyaris Diringkus di 2021, tapi Gagal Akibat KPK Ribut Internal

Nasional
Satgas Pangan Polri Awasi Impor Gula yang Masuk ke Tanjung Priok Jelang Idul Adha 2024

Satgas Pangan Polri Awasi Impor Gula yang Masuk ke Tanjung Priok Jelang Idul Adha 2024

Nasional
Eks Penyidik KPK Curiga Harun Masiku Tak Akan Ditangkap, Cuma Jadi Bahan 'Bargain'

Eks Penyidik KPK Curiga Harun Masiku Tak Akan Ditangkap, Cuma Jadi Bahan "Bargain"

Nasional
Sosiolog: Penjudi Online Bisa Disebut Korban, tapi Tak Perlu Diberi Bansos

Sosiolog: Penjudi Online Bisa Disebut Korban, tapi Tak Perlu Diberi Bansos

Nasional
KPK Hampir Tangkap Harun Masiku yang Nyamar Jadi Guru di Luar Negeri, tapi Gagal karena TWK

KPK Hampir Tangkap Harun Masiku yang Nyamar Jadi Guru di Luar Negeri, tapi Gagal karena TWK

Nasional
Minta Kemenag Antisipasi Masalah Saat Puncak Haji, Timwas Haji DPR: Pekerjaan Kita Belum Selesai

Minta Kemenag Antisipasi Masalah Saat Puncak Haji, Timwas Haji DPR: Pekerjaan Kita Belum Selesai

Nasional
Timwas Haji DPR RI Minta Kemenag Pastikan Ketersediaan Air dan Prioritaskan Lansia Selama Puncak Haji

Timwas Haji DPR RI Minta Kemenag Pastikan Ketersediaan Air dan Prioritaskan Lansia Selama Puncak Haji

Nasional
Timwas Haji DPR Minta Oknum Travel Haji yang Rugikan Jemaah Diberi Sanksi Tegas

Timwas Haji DPR Minta Oknum Travel Haji yang Rugikan Jemaah Diberi Sanksi Tegas

Nasional
Kontroversi Usulan Bansos untuk 'Korban' Judi Online

Kontroversi Usulan Bansos untuk "Korban" Judi Online

Nasional
Tenda Haji Jemaah Indonesia di Arafah Sempit, Kemenag Diminta Beri Penjelasan

Tenda Haji Jemaah Indonesia di Arafah Sempit, Kemenag Diminta Beri Penjelasan

Nasional
MUI Minta Satgas Judi Online Bertindak Tanpa Pandang Bulu

MUI Minta Satgas Judi Online Bertindak Tanpa Pandang Bulu

Nasional
Tolak Wacana Penjudi Online Diberi Bansos, MUI: Berjudi Pilihan Hidup Pelaku

Tolak Wacana Penjudi Online Diberi Bansos, MUI: Berjudi Pilihan Hidup Pelaku

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com