Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sebab Kami Menyayangi Ibu Tri Rismaharini

Kompas.com - 17/02/2014, 19:48 WIB

Ketulusan dan teladan, itulah yang bisa kita tangkap dari Tri Rismaharini. Getaran yang dipancarkan dari ketulusan hati dan keteladanan Ibu Risma selama ini, menggerakkan sebagian besar pemirsa. Tanpa dikomando, para pemirsa pun turut menangis saat Ibu Risma menangis. Ikut tersenyum saat beliau tersenyum. Maka tak heran, jika pada hari itu Ibu Risma menjadi trending topic di jejaring sosial Twitter. Para pengguna media sosial itu pun berkicau menguatkan hati Risma dan memintanya tak mundur dari jabatan wali kota Surabaya lantaran rakyat di ibu kota Provinsi Jawa Timur itu masih membutuhkan kepemimpinan Risma. Bahkan Najwa Shihab sebagai pewawancara tak kuasa untuk "melibatkan" diri dengan segenap perasaan dan meminta Risma mengurungkan niatnya untuk mundur dari jabatan wali kota. Di Twitter ramai beredar kicauan dengan tagar #Saverisma.

"Ibu janji ya, enggak akan mundur sebagai wali kota Surabaya," pinta Najwa, sebuah permintaan yang tidak lazim dari seorang pewawancara (jurnalis) karena telah bertindak subyektif. Namun maklumlah, Najwa cuma manusia biasa, dan bisa jadi memang benar, Najwa menangkap keinginan yang tulus dari pemirsanya, terutama warga Jawa Timur yang menghendaki Risma tak mundur.

Risma menggeleng, dan dia tidak mau berjanji. Sebab katanya, dia takut berdosa jika melanggar janjinya. ”Nanti kalau saya dipanggil dan ditanya Tuhan dan saya tidak bisa menjawab, saya tidak akan masuk surga. Saya tidak mau tidak masuk surga!” ujar Risma.

Lalu Najwa pun mengingatkan Risma betapa rakyat Surabaya masih membutuhkan dirinya.

Saat disinggung mengenai rakyat itulah, air mata Risma meleleh. Kata-katanya lirih. Jika ada yang masih membuatnya bertahan pada jabatannya sebagai wali kota, ialah rakyat yang masih memerlukan kasih sayangnya sebagai seorang ibu, seorang wali kota. Ia mengaku, tugas yang diembannya sangat berat.

Maka Najwa pun bertanya, ”Masih tegakah Ibu mengundurkan diri sebagai wali kota, walaupun sudah menerima 51 penghargaan dan calon wali kota terbaik dunia? Apa yang saya harus katakan kepada warga Surabaya?”

Di dalam wawancara itu, selain membahas isu rencana pengunduran dirinya sebagai Wali Kota Surabaya, Risma juga menuturkan kisah anak-anak yang menjadi pekerja seks komersial di kawasan Dolly, Surabaya. Ia terisak. Bahkan tak mampu menjawab pertanyaan Najwa selanjutnya.

Menjelang akhir tayangan, Najwa kembali menanyakan niatnya untuk mundur. Berulang kali air mata Risma menetes, ia menangis. Terutama, ketika ditanya, apakah ia masih berkeinginan kuat untuk mundur, sementara banyak masyarakat kecil yang berharap kepadanya?

"Itu yang saya pikirkan. Saya cari mereka satu-satu. Anak yatim kami berikan makan tiga kali sehari, lansia, anak miskin bisa sekolah, anak miskin pandai kami berikan beasiswa. Bahkan, ada yang dikirim ke Malaysia untuk S-1 sampai S-3. Saya cari satu-satu. Saya minta ke lurah untuk mencari, saya nitip ke warga. Itu yang saya pikirkan. Itu saja yang jadi pertimbangan saya. Kalau yang lain, saya bisa ngatasin," papar Risma.

Risma mengaku, ada sejumlah risiko terkait jabatannya. Ancaman pernah diterima anaknya. Namun, ia mengaku ikhlas jika sesuatu terjadi padanya karena apa yang dilakukannya selama menjabat sebagai wali kota Surabaya.

"Saya sudah ikhlas kalau itu terjadi pada saya. semua hanya titipan, tinggal Tuhan kapan ambilnya. Itu rahasia Ilahi. Saya tidak tahu nanti sore, besok. Saya sudah sampaikan, itu risiko (ke keluarga). Waktu saya nyalon kan keluarga saya tidak ikhlas. Tapi, saya enggak ngira kalau jadi. Setelah jadi, saya jalani saja takdir Tuhan," katanya.

Ketika pertanyaan kembali mengarah pada keinginannya mundur, air mata Risma kembali menetes. Ini yang disampaikannya kepada para warga Surabaya.

"Saya selama ini sudah berikan yang terbaik untuk warga Surabaya. Semua yang saya miliki sudah saya berikan. Saya tidak punya apa-apa lagi, semua sudah saya berikan, ilmu saya, pikiran saya, bahkan kadang anak saya pun tidak terlalu saya urusi. Tapi, saya percaya, kalau saya urusi warga Surabaya, anak saya diurusi Tuhan. Saya sudah berikan semuanya, jadi saya mohon maaf," katanya dengan berurai air mata.
***

Wikipedia mencatat, perempuan bernama Ir Tri Rismaharini, MT, atau terkadang ditulis Tri Risma Harini lahir di Surabaya, Jawa Timur, 20 Oktober 1961 dan menjabat Wali Kota Surabaya sejak 28 September 2010.

Sebelum terpilih menjadi wali kota, Risma pernah menjabat Kepala Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) dan Kepala Badan Perencanaan Kota Surabaya hingga tahun 2010.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 14 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Soal Prabowo Tak Ingin Diganggu Pemerintahannya, Zulhas: Beliau Prioritaskan Bangsa

Nasional
Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Kemendesa PDTT Apresiasi Konsistensi Pertamina Dukung Percepatan Pertumbuhan Ekonomi Masyarakat Wilayah Transmigrasi

Nasional
Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Pospek Kinerja Membaik, Bank Mandiri Raih Peringkat AAA dengan Outlook Stabil dari Fitch Ratings

Nasional
Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

Nasional
Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi 'King Maker'

Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi "King Maker"

Nasional
Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Nasional
Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Nasional
Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Nasional
Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Nasional
Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Nasional
Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Nasional
Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Nasional
UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

Nasional
Jemaah Haji Tak Punya 'Smart Card' Terancam Deportasi dan Denda

Jemaah Haji Tak Punya "Smart Card" Terancam Deportasi dan Denda

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com