Kepala BPS Suryamin, di Jakarta, Kamis (2/1/2014), menuturkan, ada kenaikan 0,08 poin dibanding tahun lalu. "Jumlah yang tadinya mengatakan boleh, sekarang berubah menjadi tidak boleh (korupsi). Mungkin ini dampak dari banyaknya yang diciduk, makanya mereka takut juga," ujar Suryamin.
IPAK memiliki empat kelas, dari skala 0 hingga 5. Suryamin memaparkan, nilai indeks 0-1,25 menunjukkan orang sangat permisif terhadap korupsi. Sementara nilai indeks 1,26-2,50 menunjukkan kategori orang permisif.
"Nilai indeks 2,51-3,75 artinya orang itu antikorupsi. Misalnya, ibu-ibu rumah tangga mulai bertanya, dari mana uang yang dibawa pulang oleh suaminya," kata Suryamin.
Sementara itu, indeks 3,76-5,00 menunjukkan orang sangat antikorupsi. Survei yang dilakukan oleh BPS bersama Bappenas ini juga menunjukkan IPAK, baik di urban maupun di rural, sama-sama meningkat.
Suryamin mengatakan, IPAK 2013 untuk masyarakat yang tinggal di wilayah perkotaan tercatat di level 3,71, atau naik dari tahun 2012 sebesar 3,66. Untuk masyarakat yang tinggal di pedesaan tercatat 3,55, sedangkan tahun sebelumnya hanya 3,46.
"Yang menarik, ternyata pendidikan berpengaruh cukup kuat pada semangat antikorupsi. Semakin tinggi pendidikan, semakin tinggi IPAK," ujar Suryamin.
Indikator tunggal yang dikumpulkan mencakup pendapat dan pengalaman terhadap kebiasaan di masyarakat berhubungan dengan layanan publik dalam hal perilaku penyuapan (bribery), pemerasan (extortion), dan nepotisme.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.