Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Soal Kuis Win-HT, Hanura Anggap Semua Acara "Setting"-an

Kompas.com - 11/12/2013, 13:27 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Dewan Pimpinan Pusat Partai Hanura Sarifuddin Sudding mengakui acara Kuis Kebangsaan yang ditayangkan oleh salah satu stasiun televisi swasta milik politisi Hanura, Hary Tanoesoedibjo, adalah acara setting-an. Namun, dia membantah acara itu sengaja di-setting hanya untuk kampanye bagi pasangan bakal calon presiden dan wakil presiden Partai Hanura Wiranto-Hary Tanoesoedibjo.

"Semua acara penuh dengan setting-an. Kuis juga oleh pihak penyelenggara memang didesain sedemikian rupa agar menarik," ucap Sudding di Kompleks Parlemen, Rabu (11/12/2013).

Sudding mengatakan, setting acara yang dimaksud adalah soal penelepon dalam kuis yang memang sudah disiapkan dari awal. Namun, ia menegaskan, penelepon itu benar-benar baru mengetahui pertanyaan setelah pembaca acara memberikan pertanyaan.

"Saya pernah mengisi acara itu 2-3 kali. Saya tidak tahu kalau ada yang sudah tahu jawabannya sebelum dikeluarkan pertanyaan. Tapi, pengalaman saya, penelepon baru tahu pertanyaan setelah saya kasih pertanyaan itu," katanya.

Ia mengakui beberapa politisi Partai Hanura kerap silih berganti mengisi acara itu. Apa kepentingannya?

"Yang pasti bukan kampanye, kami tidak sebut bahwa saya seorang caleg, atau Pak Wiranto seorang capres, hanya kata 'Win-HT', tidak ada yang dilanggar. Siapa saja juga bisa jadi tamu di acara itu, tidak hanya politisi Hanura," ujar Sudding.

Ia yakin bahwa Partai Hanura dan Wiranto-Hary Tanoe tak melanggar aturan apa pun. Sudding menjelaskan bakal capres dan cawapres dari Partai Hanura itu belum mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU).

"Berikan saya pasal apa, ayat berapa yang dilanggar?" tantang Sudding.

Saat ditanyakan lebih lanjut alasan penayangan Kuis Kebangsaan, menurutnya, kuis itu lebih bermuatan tentang wawasan.

"Kuis itu lebih mendidik, untuk semangat kebangsaan, dan memberikan pembelajaran," kata dia.

Kuis "setting"-an

Pengguna media sosial, termasuk Twitter dan Kaskus, ramai membicarakan Kuis Kebangsaan Win-HT, Selasa (10/12/2013). Kuis ini diduga telah diatur setelah beberapa peserta melontarkan jawaban sebelum pembawa acara mengajukan pertanyaan.

Kuis yang ditayangkan secara langsung di RCTI ini dikatakan bertujuan untuk menguji wawasan dan pengetahuan warga tentang Indonesia, baik sejarah, geografi, Pancasila, pengetahuan umum, maupun informasi terkini. Kuis ini disponsori oleh pasangan kandidat calon presiden-calon wakil presiden Wiranto-Hary Tanoesoedibjo yang diusung oleh Partai Hanura.

Setiap peserta diminta memekikkan kata kunci (password) kuis, yaitu "Bersih, Peduli, Tegas". Kata kunci ini merupakan salah satu jargon yang diusung Wiranto-Hary Tanoe. Setiap peserta yang mampu menjawab pertanyaan dengan benar mendapat hadiah, seperti kamera, dispenser, dan lainnya.

Dalam sebuah video yang diunggah di Twitter dan Kaskus, seorang warga bernama Syaifudin dari Trenggalek, Jawa Timur, melontarkan jawaban, "A. Istana Maimun." Padahal, Syaifudin belum memilih pertanyaan yang diajukan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem 'Mualaf Oposisi'

Refly Harun Anggap PKB dan Nasdem "Mualaf Oposisi"

Nasional
Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi 'King Maker'

Berharap Anies Tak Maju Pilkada, Refly Harun: Levelnya Harus Naik, Jadi "King Maker"

Nasional
Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Perkara Besar di Masa Jampidum Fadil Zumhana, Kasus Sambo dan Panji Gumilang

Nasional
Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Refly Harun: Anies Tak Punya Kontrol Terhadap Parpol di Koalisi Perubahan

Nasional
Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Verifikasi Bukti Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai, Warga Akan Didatangi Satu-satu

Nasional
Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Indonesia Dorong Pemberian Hak Istimewa ke Palestina di Sidang PBB

Nasional
Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Beban Melonjak, KPU Libatkan PPK dan PPS Verifikasi Dukungan Calon Kepala Daerah Nonpartai

Nasional
Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Peran Kritis Bea Cukai dalam Mendukung Kesejahteraan Ekonomi Negara

Nasional
Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Refly Harun Ungkap Bendera Nasdem Hampir Diturunkan Relawan Amin Setelah Paloh Ucapkan Selamat ke Prabowo

Nasional
UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

UU Pilkada Tak Izinkan Eks Gubernur Jadi Cawagub, Wacana Duet Anies-Ahok Buyar

Nasional
Jemaah Haji Tak Punya 'Smart Card' Terancam Deportasi dan Denda

Jemaah Haji Tak Punya "Smart Card" Terancam Deportasi dan Denda

Nasional
Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Sebelum Wafat, Jampidum Kejagung Sempat Dirawat di RSCM 2 Bulan

Nasional
Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal Dunia

Jampidum Kejagung Fadil Zumhana Meninggal Dunia

Nasional
Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, PKS: Kontrol Terhadap Pemerintah Wajib

Prabowo Minta Pemerintahannya Tak Diganggu, PKS: Kontrol Terhadap Pemerintah Wajib

Nasional
Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

Istri di Minahasa Dibunuh karena Mengigau, Komnas Perempuan Sebut Fenomena Femisida

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com