Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Wakil Ketua MK Yakin Tak Ada Lagi Hakim Konstitusi Terjerat Kasus

Kompas.com - 29/11/2013, 14:56 WIB
Sabrina Asril

Penulis


SEMARANG, KOMPAS.com — Kasus suap yang melibatkan Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar seakan menjadi pelajaran berharga bagi delapan hakim konstitusi yang tersisa. Wakil Ketua MK Arief Hidayat mengatakan, setelah kasus ini mencuat, para hakim konstitusi sudah berbicara dari hati ke hati tentang kemungkinan hakim lain yang terlibat.

"Setelah Ketua MK tertangkap tangan, berdelapan bertemu di kantor MK. Kami saling terbuka, apa di antara kita masih ada yang kena," kenang Arief dalam acara diskusi yang digelar Satjipto Rahardjo Institute di Semarang, Jawa Tengah, Jumat (29/11/2013).

Arief mengungkapkan, para hakim konstitusi pun mencurahkan pengakuannya masing-masing. Dari situ, Arief berkeyakinan bahwa kasus Akil adalah yang terakhir kali terjadi.

"Kami semua berkesimpulan tidak semua hakim terlibat, apalagi saya," kata Arief. Hakim konstitusi yang ditunjuk dari pemerintah ini mengaku tidak pernah berhubungan dengan pihak-pihak yang beperkara. Dia mengaku hanya melayani para mahasiswa yang berhasrat menimba ilmu. "Kalau yang berperkara tidak pernah menghubungi," ujarnya.

Menjadi hakim konstitusi bukanlah perkara mudah. Arief mengakui bahwa setelah menjadi hakim konstitusi dan memeriksa berbagai kasus pilkada, matanya terbuka. Dia menemukan banyaknya pelanggaran yang terjadi. Namun, persoalannya, ketika calon kepala daerah itu sudah jadi, mereka seolah lupa dengan masyarakat.

"Itulah bedanya pilkada sama pil KB. Kalau pilkada setelah jadi, lupa. Kalau pil KB, setelah lupa, jadi," seloroh Guru Besar Universitas Diponegoro ini.

Seperti diberitakan, Akil Mochtar tertangkap tangan menerima suap terkait sengketa Pilkada Lebak dan Pilkada Gunung Mas. Atas kasus ini, Akil diberhentikan secara tidak hormat oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Setelah ditelusuri Komisi Pemberantasan Korupsi, diduga ada perkara pilkada lain yang diatur oleh Akil. Dari tindakannya ini, Akil diduga memperkaya diri dan melakukan tindak pidana pencucian uang melalui sebuah perusahaan, CV RS, di Kalimantan Barat. Perusahaan itu tercatat di Pemerintah Kota Pontianak dan diatasnamakan istri Akil, Ratu Rita Akil.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com