Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Lembaga Survei Jangan Tendensius

Kompas.com - 22/10/2013, 18:22 WIB
Sandro Gatra

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com -
Lingkaran Survei Indonesia (LSI) dinilai tidak berhak menghilangkan tokoh-tokoh yang selama ini masuk dalam bursa calon presiden 2014. Jika tokoh tertentu dihilangkan, maka akan muncul penilaian tendensius untuk kepentingan calon tertentu.

"Survei harusnya memberi peluang bagi semua nama yang sudah disebut. Bukan hak lembaga survei untuk mengeliminir. Saya lihat itu (LSI) survei yang memiliki aroma tendensius," kata Direktur Eksekutif The Political Literacy Institute Gun Gun Heryanto saat diskusi Meneropong Independensi Survei Politik di Jakarta, Selasa (22/10/2013).

Kompas/Hendra A Setyawan Pendiri Lingkaran Survei Indonesia, Denny JA mengumumkan hasil survei yang dilakukan LSI terkait pemilih partai politik di Jakarta, Minggu (12/6). Partai Demokrat mengalami penurunan jumlah pemilih dari 20,5 persen (Januari 2011), menjadi 15,5 persen. Penurunan pemilih partai pemenang pemilu 2009 tersebut disebabkan terjadinya kasus yang menimpa mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, M Nazaruddin. Partai Golkar menjadi partai dengan jumlah pemilih terbanyak.


Hal itu dikatakan Gun Gun menyikapi rilis LSI yang mengabaikan dua bakal capres terkuat untuk saat ini, yakni Joko Widodo alias Jokowi dan Prabowo Subianto. LSI membuat indeks capres 2014 dengan tiga variabel, yakni capres yang dicalonkan tiga partai terbesar, capres yang menjadi struktur partai, dan capres hasil konvensi Demokrat.

Gun Gun mengatakan, semestinya LSI mengkomparasikan tokoh-tokoh yang sudah lebih dulu muncul dalam survei pilpres seperti Prabowo dengan tokoh baru. Jika belakangan nama-nama lama dihilangkan, maka dapat menimbulkan kecurigaan publik bahwa ada kepentingan tertentu dari survei tersebut.

Gun Gun menilai terlalu prematur jika LSI menyebut Jokowi sebagai capres wacana. Pasalnya, proses politik masih terus berjalan. Bisa jadi, kata dia, belum ditetapkannya Jokowi sebagai bakal capres oleh PDI Perjuangan bagian dari strategi politik.

Begitu pula dengan sikap LSI yang menghilangkan Prabowo hanya karena elektabilitas Partai Gerindra tidak berada di tiga besar. Gun Gun mengatakan, LSI mesti melihat pemilu 2004 . Ketika itu, suara Partai Demokrat di pemilu legislatif hanya sekitar 7 persen. Namun, dengan koalisi, Susilo Bambang Yudhoyono dapat memenangkan Pilpres 2014.

Pengajar ilmu politik di UIN Syarif Hidayatullah itu melihat ada upaya LSI untuk mengelola isu bahwa Aburizal Bakrie alias Ical juga merupakan kandidat capres yang diperhitungkan. Langkah itu dilakukan setelah semakin tingginya elektabilitas Jokowi dan Prabowo.

Jika sudah terbentuk konstruksi sosial yang solid terhadap dua orang itu, lanjutnya, maka akan sulit untuk mengalahkan di dunia nyata. Seperti ketika menjelang pilpres 2009, SBY dikonstruksikan sulit dikalahkan. Nyatanya, SBY menang satu putaran.

"Ini sama, kalau pemilu dilakukan sekarang, Jokowi yang menang," pungkas Gun Gun.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

KIP: Indeks Keterbukaan Informasi Publik Kita Sedang-sedang Saja

Nasional
Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Digelar di Bali Selama 8 Hari, Ini Rangkaian Kegiatan World Water Forum 2024

Nasional
Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Golkar Resmi Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

Nasional
Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Fahira Idris: Jika Ingin Indonesia Jadi Negara Maju, Kuatkan Industri Buku

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com