Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Golkar: Akbar Tandjung Hanya Butuh Perhatian

Kompas.com - 17/09/2013, 16:46 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Wakil Bendahara Umum DPP Partai Golkar Bambang Soesatyo menganggap seniornya, Akbar Tandjung, sedang membutuhkan perhatian. Hal itu dilontarkan Bambang menyusul wacana yang terus digulirkan Akbar terkait evaluasi pencalonan Aburizal "Ical" Bakrie sebagai calon presiden.

Bambang menjelaskan, keputusan Golkar mengusung Ical sebagai calon presiden untuk pemilu tahun depan telah bulat. Pencalonannya sesuai dengan hasil Rapat Pimpinan Nasional (Rapimnas) sebelumnya. Kalaupun ada usulan untuk mengevaluasi keputusan itu, lanjut Bambang, sifatnya hanya dinamika, tidak krusial dan menjadi tantangan di internal Golkar.

"Yang menginginkan adanya evaluasi hanya butuh perhatian. Mana tahu jelang Rapimnas sudah ada titik temu. Setelah ketemu dengan Ical, selesai," kata Bambang dalam jumpa pers yang digelar di ruang Fraksi Partai Golkar, di Gedung Parlemen, Jakarta, Selasa (17/9/2013).

Lebih jauh, anggota Komisi III DPR ini mengaku bersyukur partainya telah sejak awal menentukan calon presiden. Ia yakin, gejolak di internal akan lebih keras bila calon presiden yang akan diusung diputuskan terlambat.

KOMPAS/RIZA FATHONI Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie (kir) berbincang dengan Ketua Dewan Pertimbangan Pusat Partai Golkar Akbar Tandjung (kanan).

"Memang ada upaya memancing di air keruh, ada pertentangan besar di partai. Kita bersyukur memutus lebih dini. Bayangkan kalau belum ada calon, pertarungan akan makin keras," tandasnya.

Untuk diketahui, dalam sejumlah kesempatan, Akbar sering menyampaikan adanya wacana mengevaluasi kepemimpinan Ical dalam Rapimnas Golkar yang akan digelar pada Oktober nanti. Menurut Akbar, hasil evaluasi itu akan dijadikan bahan pemikiran, dan bahan diskusi di internal Golkar.

Akbar menuturkan, kader Golkar di daerah banyak yang mengeluhkan kepemimpinan Ical. Pasalnya, ada sejumlah janji Ical yang tidak dipenuhi dan kemudian sering dikeluhkan oleh kader-kader tersebut. Di antara janji tersebut, kata Akbar, adalah Dewan Pimpinan Pusat akan memberikan bantuan berupa dana abadi kepada kader di daerah. Namun begitu, realisasinya masih jauh dari harapan.

Semua keluhan itu didengar Akbar saat dirinya bertemu dengan para kader di berbagai daerah. Keluhan-keluhan dari kader Golkar di daerah ini, kata Akbar, akhirnya menjadi sandungan dari internal partai saat Ical maju sebagai calon presiden di periode 2014-2019. Semua menjadi semakin runyam karena Ical juga tersandung kasus semburan Lumpur Lapindo yang membuat elektabilitasnya stagnan.

Di luar itu, Akbar juga mengkritisi hasil Rapimnas sebelumnya yang memutuskan Ical sebagai calon presiden Golkar di tahun depan. Keputusan itu, kata Akbar, dapat dievaluasi karena diambil tanpa melibatkan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) II tingkat kabupaten dan kota.

Menanggapi itu, Sekretaris Jenderal DPP Partai Golkar, Idrus Marham, menyatakan keputusan Ical menjadi calon presiden telah sesuai AD-ART partainya. Secara tegas Idrus siap memberi perlawanan dan menantang Akbar untuk berorganisasi sesuai dengan AD-ART yang ada.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

Nasional
Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

Nasional
Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

Nasional
[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

[POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

Nasional
Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

Nasional
Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

Nasional
Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

Nasional
Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

Nasional
Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

Nasional
Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

Nasional
Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

Nasional
Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

Nasional
Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

Nasional
Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com