Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

'Presiden Langgar Komitmen Tak Intervensi Proses Hukum'

Kompas.com - 06/02/2013, 16:05 WIB
Aditya Revianur

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Permintaan Presiden agar Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) segera memperjelas status Anas Urbaningrum terkait kasus dugaan korupsi Hambalang, dinilai sebagai pelanggaran komitmen. Sebelumnya, dalam kasus berbeda, Presiden berulang kali menyatakan tidak akan mengintervensi proses hukum.

"Seorang Presiden meminta, itu sudah intervensi. Presiden harus konsisten," kecam mantan Wakil Ketua KPK Erry Riyana Hardjapamekas, dalam diskusi di Jakarta, Rabu (6/2/2013). Menurut dia, Presiden seharusnya tak boleh mengintervensi KPK, karena peraturan-perundangan sudah jelas menyatakan KPK adalah lembaga negara yang independen dan superbody.

"Kita jangan mendesak KPK, karena itu bisa dikatakan intervensi. Kita hanya bisa berharap pada KPK, itu bangus," ujar Erry. KPK, imbuh dia, tidak dapat menetapkan seseorang menjadi tersangka, bila hanya berdasarkan ukuran opini publik.

Lagi pula, KPK menetapkan seseorang menjadi tersangka harus benar-benar berdasarkan alat bukti yang cukup. Karena KPK tak seperti polisi dan kejaksaan yang dapat menghentikan penyidikan. Penetapan tersangka oleh KPK hanya dapat dilakukan ketika sudah pada tahap penyidikan.

Presiden SBY sebagai Ketua Dewan Pembina Demokrat, dalam jumpa pers dari Jeddah, mengatakan kemerosotan elektabilitas Partai Demokrat antara lain merupakan akibat sejumlah kadernya berurusan dengan KPK. Menurut SBY, timbul kegusaran di internal partainya karena ada kesan penanganan kasus terkait kadernya dibiarkan berlarut-larut. "Sudah hampir dua tahun dibiarkan tak menentu," kata SBY.

Karenanya, SBY meminta KPK menjalankan tugas sebaik-baiknya, tidak boleh tebang pilih. Menurut SBY, penyelesaian kasus yang terkatung-katung di KPK memberi dampak kemerosotan terhadap posisi Partai Demokrat. "Apalagi ada media tertentu yang terus-menerus memberitakannya," lanjut dia.

Presiden meminta KPK segera menuntaskan berbagai kasus secara tepat dan jelas. "Jika salah katakan salah, jika benar katakan benar. Termasuk kasus Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum yang mendapat sorotan luas masyarakat, tetapi KPK belum menentukan putusannya," tutur dia.

Berita terkait dapat pula dibaca dalam topik Demokrat "Terjun" Bebas

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Ibu Negara Beli Batik dan Gelang di UMKM Mitra Binaan Pertamina

    Ibu Negara Beli Batik dan Gelang di UMKM Mitra Binaan Pertamina

    Nasional
    GWK Jadi Lokasi Jamuan Makan Malam WWF Ke-10, Luhut: Sudah Siap Menyambut Para Tamu

    GWK Jadi Lokasi Jamuan Makan Malam WWF Ke-10, Luhut: Sudah Siap Menyambut Para Tamu

    Nasional
    Hujan Kritik ke DPR dalam Sepekan karena Pembahasan 3 Aturan: RUU MK, Penyiaran, dan Kementerian

    Hujan Kritik ke DPR dalam Sepekan karena Pembahasan 3 Aturan: RUU MK, Penyiaran, dan Kementerian

    Nasional
    Yusril Ihza Mahendra Mundur dari Ketum PBB, Digantikan Fahri Bachmid

    Yusril Ihza Mahendra Mundur dari Ketum PBB, Digantikan Fahri Bachmid

    Nasional
    PDI-P Dianggap Tak Solid, Suara Megawati dan Puan Disinyalir Berbeda

    PDI-P Dianggap Tak Solid, Suara Megawati dan Puan Disinyalir Berbeda

    Nasional
    Jokowi Disebut Titipkan 4 Nama ke Kabinet Prabowo, Ada Bahlil hingga Erick Thohir

    Jokowi Disebut Titipkan 4 Nama ke Kabinet Prabowo, Ada Bahlil hingga Erick Thohir

    Nasional
    Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

    Akan Mundur dari PBB, Yusril Disebut Bakal Terlibat Pemerintahan Prabowo

    Nasional
    Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

    Yusril Bakal Mundur dari Ketum PBB demi Regenerasi

    Nasional
    Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

    Hendak Mundur dari Ketum PBB, Yusril Disebut Ingin Ada di Luar Partai

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

    [POPULER NASIONAL] Anies Dikritik karena Ingin Rehat | Revisi UU Kementerian Negara Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

    Nasional
    Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 22 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

    Veteran Perang Jadi Jemaah Haji Tertua, Berangkat di Usia 110 Tahun

    Nasional
    Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

    Salim Said Meninggal Dunia, PWI: Indonesia Kehilangan Tokoh Pers Besar

    Nasional
    Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri 'Drone AI' Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

    Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri "Drone AI" Militer Untuk Cegah Kebocoran Data

    Nasional
    Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

    Tokoh Pers Salim Said Meninggal Dunia

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com