Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Calon Hakim Agung Tak Mungkiri Berharap Fasilitas Lebih

Kompas.com - 23/01/2013, 05:14 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Di dalam uji kepatutan dan kelayakan seleksi calon hakim agung di Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), ada-ada saja pertanyaan yang dilontarkan para anggota Dewan. Kali ini, calon hakim agung Tumpak Situmorang yang mendapat pertanyaan soal motifnya menjadi calon hakim agung.

Berdasarkan catatan yang dimiliki Komisi Yudisial, Tumpak menuliskan ada dua alasan ikut seleksi kali ini. Pertama, Tumpak mengaku ingin menjadi hakim agung yang merupakan posisi tertinggi seorang hakim. Ia berhasrat untuk membenahi keterpurukan institusi kehakiman yang terus mendapatkan sorotan negatif dari masyarakat. Kedua, Tumpak tak menampik menjadi hakim agung akan bisa meningkatkan pendapatan dan fasilitas yang dimilikinya.

"Sebagai manusia biasa, tentu membutuhkan materi tapi bukan berlebihan, sesuai jabatan hakim agung," ucap Tumpak, Selasa (22/1/2013), saat ditanyakan salah seorang anggota Dewan soal motif keduanya itu.

Menurut Tumpak, motif keduanya itu sama sekali tidak bertentangan dengan motifnya yang pertama untuk membenahi institusi kehakiman. "Yang jelas diatur bahwa hakim agung adalah pejabat publik sehingga fasilitas dan gaji jelas lebih besar daripada hakim yang di bawahnya. Ini tidak bertolak belakang," kilah hakim pengadilan tinggi Makassar ini.

Tumpak melanjutkan, jika dipercaya sebagai hakim agung, maka ia tak akan mundur selangkah pun untuk mewujudkan komitmennya membenahi kehakiman. "Saya bersedia apabila saya menyimpang, saya bersedia mengundurkan diri dan siap diproses," imbuh Tumpak.

Hingga kini, Komisi III sudah melakukan uji kelayakan dan kepatutan terhadap 22 calon hakim agung. Rabu (23/1/2013), seleksi akan kembali dilanjutkan untuk dua calon hakim agung yang tersisa. Selanjutnya, Komisi III akan memilih delapan hakim agung baru.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Seorang WNI Meninggal Dunia Saat Mendaki Gunung Everest

Nasional
Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Kasus Korupsi SYL Rp 44,5 Miliar, Bukti Tumpulnya Pengawasan Kementerian

Nasional
Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Keterangan Istri Brigadir RAT Beda dari Polisi, Kompolnas Tagih Penjelasan ke Polda Sulut

Nasional
Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Jokowi: Selamat Hari Buruh, Setiap Pekerja adalah Pahlawan

Nasional
Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Pakai Dana Kementan untuk Pribadi dan Keluarga, Kasus Korupsi SYL Disebut Sangat Banal

Nasional
'Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?'

"Brigadir RAT Sudah Kawal Pengusaha 2 Tahun, Masa Atasan Tidak Tahu Apa-Apa?"

Nasional
Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Prabowo: Selamat Hari Buruh, Semoga Semua Pekerja Semakin Sejahtera

Nasional
Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Peringati Hari Buruh Internasional, Puan Tekankan Pentingnya Perlindungan dan Keadilan bagi Semua Buruh

Nasional
Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Pertamina Bina Medika IHC dan Singhealth Kolaborasi Tingkatkan Layanan Kesehatan

Nasional
Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Prabowo Diprediksi Tinggalkan Jokowi dan Pilih PDI-P Usai Dilantik Presiden

Nasional
Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: 'Skincare' Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Daftar Aliran Uang Kementan ke SYL dan Keluarga: "Skincare" Anak, Ultah Cucu, hingga Bulanan Istri

Nasional
Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Jokowi dan Mentan Amran Sulaiman Bersepeda Bareng di Mataram

Nasional
'Jokowi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P Berkoalisi dengan Prabowo'

"Jokowi Tembok Tebal yang Halangi PDI-P Berkoalisi dengan Prabowo"

Nasional
Projo Ungkap Kemungkinan Jokowi Akan Gabung Parpol Lain Setelah Tak Dianggap PDI-P

Projo Ungkap Kemungkinan Jokowi Akan Gabung Parpol Lain Setelah Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Jokowi Makan Mie Gacoan di NTB, Pesan Mi Level 0

Jokowi Makan Mie Gacoan di NTB, Pesan Mi Level 0

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com