Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Siapa Sosok Paling Dibenci di Demokrat? Mungkin Nazaruddin...

Kompas.com - 14/12/2012, 11:42 WIB

KOMPAS.com — Jika ada pertanyaan, siapa sosok yang paling dibenci atau disesalkan kehadirannya di Partai Demokrat oleh kader partai itu, mungkin jawabnya adalah Muhammad Nazaruddin. Pria kelahiran Trenggalek, Jawa Timur, 26 Agustus 1978, ini telah menyulitkan Demokrat 1,5 tahun terakhir.

Anggota Dewan Pembina Demokrat, Melani Leimena Suharli, Senin (10/12/2012), di Kompleks Parlemen, Jakarta, mengatakan, Nazaruddin masuk ke partai (Demokrat) itu suatu musibah besar.

Ini karena sejumlah kasus korupsi yang melibatkan dan dibuka oleh mantan Bendahara Umum Partai Demokrat itu menyulitkan sejumlah kader partai yang didirikan yang hingga kini dibina Susilo Bambang Yudhoyono ini.

Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum pernah menyebut Nazaruddin membuat cerita fiksi dan berbohong. Hal itu disampaikan Anas saat Nazaruddin mulai "berceloteh", misalnya seputar keterlibatan rekannya di Demokrat dalam dugaan kasus korupsi pembangunan wisma atlet untuk SEA Games di Palembang atau pembangunan kompleks olahraga terpadu di Hambalang, Bogor.

Namun, seiring berjalannya waktu, ocehan Nazaruddin diketahui banyak yang benar dan membuat sejumlah kader Demokrat bolak-balik ke Komisi Pemberantasan Korupsi untuk memberikan keterangan. Mereka antara lain Anas, Saan Mustopa (Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat), Ignatius Mulyono (Ketua Badan Legislasi DPR dari Fraksi Demokrat), hingga Mirwan Amir (mantan Wakil Ketua Badan Anggaran DPR dari Fraksi Demokrat).

Angelina bahkan jadi terdakwa. Putri Indonesia 2011 itu diberhentikan dari jabatannya sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Demokrat dan diberhentikan sementara dari DPR.

Andi Mallarangeng memutuskan mundur dari jabatannya sebagai Sekretaris Dewan Pembina Demokrat serta Menteri Pemuda dan Olahraga. Andi, doktor ilmu politik dari Northern Illinois University, Amerika Serikat, mengambil keputusan itu setelah dinyatakan sebagai tersangka oleh KPK.

Di saat yang sama, elektabilitas Partai Demokrat yang memenangkan Pemilu Legislatif 2009 dengan perolehan suara sekitar 21 persen disinyalir turun hingga sekitar 10 persen.

Namun, Ketua Demokrat Sutan Bathoegana di ruang media DPR pada 27 November 2012 mengatakan, tetap ada berkah, setidaknya dua, yang dapat dipetik dari kasus Nazaruddin.

Pertama, kasus Nazaruddin menjadi pelajaran penting tentang perlunya kehati-hatian dalam merekrut dan menempatkan kader, terutama di posisi penting partai. "Kedua, kasus Nazaruddin membuat sejumlah kader Demokrat lebih rajin beribadah, pergi ke masjid atau gereja. Sejak Nazaruddin jadi buron dan mulai menyebut sejumlah nama, banyak yang khawatir namanya disebut. Meski tidak terlibat dan tidak tahu apa-apa, repot juga kalau tiba-tiba namanya disebut Nazaruddin," ujar Sutan.

Berkah memang bisa datang dari mana saja. (M Hernowo)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Sahroni Ungkap Anak SYL Indira Chunda Tak Pernah Aktif di DPR

    Sahroni Ungkap Anak SYL Indira Chunda Tak Pernah Aktif di DPR

    Nasional
    Kemenag Imbau Jemaah Haji Indonesia Pakai Jasa Pendorong Kursi Roda Resmi di Masjidil Haram

    Kemenag Imbau Jemaah Haji Indonesia Pakai Jasa Pendorong Kursi Roda Resmi di Masjidil Haram

    Nasional
    Mahasiswa Kritik Kenaikan UKT: Persempit Kesempatan Rakyat Bersekolah hingga Perguruan Tinggi

    Mahasiswa Kritik Kenaikan UKT: Persempit Kesempatan Rakyat Bersekolah hingga Perguruan Tinggi

    Nasional
    Tak Ada Jalan Pintas, Hasto: Politik Harus Belajar dari Olahraga

    Tak Ada Jalan Pintas, Hasto: Politik Harus Belajar dari Olahraga

    Nasional
    Megawati hingga Puan Bakal Pidato Politik di Hari Pertama Rakernas PDI-P

    Megawati hingga Puan Bakal Pidato Politik di Hari Pertama Rakernas PDI-P

    Nasional
    Kunjungi Lokasi Bencana Banjir Bandang di Agam, Zulhas Temui Pengungsi dan Berikan Sejumlah Bantuan

    Kunjungi Lokasi Bencana Banjir Bandang di Agam, Zulhas Temui Pengungsi dan Berikan Sejumlah Bantuan

    Nasional
    Diterima Hasto, Pawai Obor Api Abadi dari Mrapen sampai di Jakarta Jelang Rakernas PDI-P

    Diterima Hasto, Pawai Obor Api Abadi dari Mrapen sampai di Jakarta Jelang Rakernas PDI-P

    Nasional
    Sahroni Pastikan Hadiri Sidang SYL untuk Diperiksa Sebagai Saksi

    Sahroni Pastikan Hadiri Sidang SYL untuk Diperiksa Sebagai Saksi

    Nasional
    LPSK Sebut Masih Telaah Permohonan Perlindungan Saksi Fakta Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

    LPSK Sebut Masih Telaah Permohonan Perlindungan Saksi Fakta Kasus Pembunuhan Vina Cirebon

    Nasional
    Ketua BKSAP Perkuat Komitmen Parlemen Anti-Korupsi dan Dorong Demokrasi Lingkungan di Asia Tenggara

    Ketua BKSAP Perkuat Komitmen Parlemen Anti-Korupsi dan Dorong Demokrasi Lingkungan di Asia Tenggara

    Nasional
    Pasal-pasal di RUU Penyiaran Dinilai Berupaya Mengendalikan dan Melemahkan Pers

    Pasal-pasal di RUU Penyiaran Dinilai Berupaya Mengendalikan dan Melemahkan Pers

    Nasional
    Korban Meninggal akibat Banjir Lahar di Sumbar Kembali Bertambah, Total 62 Orang

    Korban Meninggal akibat Banjir Lahar di Sumbar Kembali Bertambah, Total 62 Orang

    Nasional
    Indonesia Dukung Pembentukan Global Water Fund di World Water Forum Ke-10

    Indonesia Dukung Pembentukan Global Water Fund di World Water Forum Ke-10

    Nasional
    Waisak 2024, Puan Ajak Masyarakat Tebar Kebajikan dan Pererat Kerukunan

    Waisak 2024, Puan Ajak Masyarakat Tebar Kebajikan dan Pererat Kerukunan

    Nasional
    Jokowi Ucapkan Selamat Hari Raya Waisak, Harap Kedamaian Selalu Menyertai

    Jokowi Ucapkan Selamat Hari Raya Waisak, Harap Kedamaian Selalu Menyertai

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com