Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bangkitlah Bangsaku!

Kompas.com - 04/12/2012, 11:54 WIB

J KRISTIADI

Refleksi adalah kemampuan kodrati manusia yang tidak dimiliki oleh makhluk nonmanusia. Manusia yang tidak memanfaatkan anugerah Tuhan tersebut berarti merendahkan diri sebagai insan submanusia. Kemampuan berkontemplasi itu pulalah yang membuat manusia mencapai peradaban tinggi. Manusia yang tidak mau bermenung akan menjalani hidup sekadar rutin mudah terjebak perbuatan sesat dan menyengsarakan orang lain.

Bertafakur biasanya dilakukan saat akan mengambil keputusan sangat penting. Tahun depan semakin dekat dengan Pemilu 2014. Dalam kehidupan bangsa dan negara, masyarakat, terutama elite politik, sebaiknya mempergunakan momen tersebut untuk mencari terobosan guna membongkar akumulasi kejumudan perilaku politik negara. Tanpa bangkitnya semua komponen bangsa aktif mengambil bagian terobosan politik, pemilu mendatang hanya menjadi rute yang menghasilkan penguasa republik yang semakin tidak peduli kepada rakyat.

Gejala itu tampak dari perilaku politik para elite dalam kurun waktu setahun terakhir. Eskalasi pertarungan kepentingan politik kekuasaan sangat meningkat dengan cepat. Perburuan kekuasaan dilakukan dengan politik fantasi (citra) yang mengandalkan popularitas semu, bukan produk otentik. Misalnya, rancangan regulasi yang dapat menyelesaikan persoalan ketenagakerjaan secara mendasar tidak pernah disentuh. Akibatnya, buruh dan pengusaha merasa sama-sama dirugikan. Konon, investor pun ragu-ragu berinvestasi. Demikian pula kebijakan subsidi bahan bakar minyak yang justru hanya menguntungkan orang kaya dan membuat rakyat menderita tetap dipertahankan.

Limbah politik imaji juga tampak dari sikap negara yang mengesankan ”ogah-ogahan” mengatasi konflik horizontal yang eskalasinya terbentang secara sporadis dari Provinsi Aceh hingga Papua. Penyebab konflik sangat beragam, mulai dari sentimen primordial, ekonomi, ketidakadilan, perburuhan, ataupun agenda politik. Sikap abai juga diberlakukan terhadap masyarakat di sepanjang wilayah perbatasan yang semakin termarjinalkan. Ungkapan petinggi negara bahwa perbatasan adalah halaman depan negara hanya retorika kosong. Kunjungan pejabat negara di daerah tersebut tidak membuahkan apa pun. Artinya, negara melemahkan ketahanan negara di depan mata.

Peristiwa yang lebih membuat rontok martabat negara adalah terbongkarnya skandal dugaan pemalsuan vonis oleh hakim Mahkamah Agung terhadap gembong narkotika. Lembaga yang seharusnya jadi benteng terakhir rakyat kecil mendapatkan keadilan telah melakukan tindakan yang sangat tidak terpuji.

Kemandekan negara juga disebabkan para politisi, terutama anggota parlemen, semakin kesengsem melakukan akrobat politik dengan memanfaatkan daya jangkau penetrasi mereka dalam hampir semua cabang kekuasaan. Mereka sangat leluasa menggoreng isu-isu yang dapat merugikan kepentingannya. Praktik tersebut, antara lain, adalah

rencana merevisi pasal kewenangan penyadapan oleh Komisi Pemberantasan Korupsi dalam Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2002.

Masyarakat percaya manuver mereka karena ketentuan itu dapat menjebloskan para koruptor kakap dari birokrasi dan parlemen. Agenda yang senapas adalah rencana mempergunakan hak interpelasi terhadap kasus Bank Century. Dalam perspektif desentralisasi, regulasi pemekaran daerah otonom lebih didorong nafsu berkuasa daripada upaya serius mewujudkan kesejahteraan rakyat.

Pencermatan tersebut menegaskan politik tahun 2012 sarat dengan akrobat dan hegemoni politik citra. Praktik politik jauh dari wilayah refleksi yang memuliakan kodrat manusia. Praktik politik kekuasaan semakin jauh dari wilayah pemaknaan politik sebagai wilayah yang memerdekakan rakyat dari kesengsaraan. Politisi telanjur kecanduan memeluk kepalsuan daripada menghadapi kenyataan. Elite politik semakin terisolasi di wilayah nyaman dan jauh dari suara rintihan masyarakat.

Karena itu, hampir dapat dipastikan tahun depan ranah politik akan didominasi pertarungan ”hidup atau mati” politisi dalam perburuan kekuasaan. Politik akan semakin gaduh dan memekakkan telinga oleh janji- janji petualang politik yang tuli terhadap suara nurani publik. Ketergesaan mereguk kekuasaan juga tampak dalam bursa pencalonan presiden yang asal tubruk tanpa menilai rekam jejak yang bersangkutan.

Namun, skenario gelap tersebut dapat dicegah kalau bangsa Indonesia memanfaatkan Pemilu 2014 sebagai kesempatan untuk melakukan terobosan politik. Pengalaman selama ini membuktikan, kekuatan demokratis masyarakat mempunyai tingkat efektivitas tinggi untuk menekan negara. Misalnya, kegigihan rakyat membela KPK dalam kasus simulator SIM. Masyarakat berhasil meyakinkan Presiden bahwa KPK yang berhak memeriksa kasus tersebut, bukan Polri.

Demikian pula prakarsa masyarakat menawarkan kandidat presiden dalam Pemilu 2014 agar sumber calon tidak didominasi oleh parpol juga mendapat tanggapan positif masyarakat. Kalau upaya itu mendapat dukungan publik, masyarakat akan mempunyai lebih banyak pilihan. Saringan untuk menjaring tokoh-tokoh tersebut dilakukan berdasarkan rekam jejak dan kriteria integritas, kapabilitas, dan akseptabilitas mereka.

Urgensi tersebut dirasakan mendesak karena pasca-Pemilu Presiden 2014 agar diperoleh pemimpin nasional yang realistis serta berani menghadapi risiko dalam mencari solusi yang tepat. Bukan pemimpin yang seperti burung unta, menyusupkan kepalanya di semak kalau menghadapi bahaya. Bangkitlah bangsaku untuk masa depan yang gemilang.

J Kristiadi, Peneliti Senior CSIS

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

    Istana Disebut Belum Terima Draf Revisi UU Kementerian Negara

    Nasional
    Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

    Grace dan Juri Jadi Stafsus, Ngabalin Sebut Murni karena Kebutuhan Jokowi

    Nasional
    Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

    Revisi UU Kementerian Disetujui, RUU Perampasan Aset Hilang

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | 'Crazy Rich' di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

    [POPULER NASIONAL] Babak Baru Kasus Vina Cirebon | "Crazy Rich" di Antara 21 Tersangka Korupsi Timah

    Nasional
    Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 21 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

    Kemendikbud Sebut Kuliah Bersifat Tersier, Pimpinan Komisi X: Tidak Semestinya Disampaikan

    Nasional
    Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

    Wapres Minta Alumni Tebuireng Bangun Konsep Besar Pembangunan Umat

    Nasional
    Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

    Khofifah-Emil Dardak Mohon Doa Menang Pilkada Jatim 2024 Usai Didukung Demokrat-Golkar

    Nasional
    Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

    Pertamina Raih Penghargaan di InaBuyer 2024, Kado untuk Kebangkitan UMKM

    Nasional
    Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

    Soal Isu Raffi Ahmad Maju Pilkada 2024, Airlangga: Bisa OTW ke Jateng dan Jakarta, Kan Dia MC

    Nasional
    Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

    Cegah MERS-CoV Masuk Indonesia, Kemenkes Akan Pantau Kepulangan Jemaah Haji

    Nasional
    Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

    Dari 372 Badan Publik, KIP Sebut Hanya 122 yang Informatif

    Nasional
    Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

    Jemaah Haji Indonesia Kembali Wafat di Madinah, Jumlah Meninggal Dunia Menjadi 4 Orang

    Nasional
    Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

    Hari Keenam Penerbangan, 34.181 Jemaah Haji tiba di Madinah

    Nasional
    Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

    Jokowi Bahas Masalah Kenaikan UKT Bersama Menteri Pekan Depan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com