Menurut Yulianis, tenaga pemasar di perusahaan-perusahaan Nazaruddin biasa mendapatkan proyek pemerintah yang dibahas di DPR. Yulianis mengistilahkan upaya mendapatkan proyek pemerintah tersebut dengan istilah ”menggiring proyek”.
Untuk urusan menggiring proyek tersebut, menurut Yulianis, ada aliran dana dari Grup Permai kepada anggota DPR. Untuk menggiring proyek wisma atlet, misalnya, Grup Permai mengeluarkan hingga Rp 6 miliar yang antara lain diberikan kepada politikus Partai Demokrat, Angelina Sondakh, dan politikus PDI-P, I Wayan Koster.
”Pengajuannya ada ke Pak Wafid, ada ke Pak Paul Nelwan, ada Angelina Sondakh, dan Wayan Koster. Saya tak bisa memilah antara Angelina dan Wayan. Angkanya tak disebut per orang. Jadi ditulis, untuk Bu Angelina Sondakh/Wayan Koster Rp 2 miliar dan Rp 3 miliar. Ada di laporan pembukuan. Saya laporkan kepada Pak Nazar. Setiap mau mengeluarkan uang, saya izin dulu kepada Pak Nazar,” katanya.
Yulianis menuturkan, Nazaruddin marah karena nilai proyek Kemenpora yang keluar hanya Rp 200 miliar, sementara Grup Permai telah mengeluarkan uang hingga Rp 20 miliar. Nazaruddin marah kepada Direktur Marketing PT Anak Negeri Mindo Rosalina Manulang, terpidana dalam kasus suap wisma atlet.
Kepada Yulianis, Nazaruddin memerintahkan agar meminta fee 21 persen dari nilai proyek wisma atlet yang dikerjakan PT Duta Graha Indah (DGI). Namun, PT DGI ternyata hanya sanggup membayar 13 persen dari nilai proyek Kemenpora.
Dalam persidangan juga terungkap, PT DGI paling tidak memiliki 10 proyek yang dikerjakan pada tahun 2010 atas bantuan Grup Permai sehingga mereka membayar fee kepada perusahaan milik Nazaruddin. ”Itu belum yang tahun 2009,” kata Yulianis.
Wayan Koster membantah
Ketika dikonfirmasi Kompas, anggota Komisi X DPR, Wayan Koster, membantah keterangan Yulianis yang menyebutkan, dia menerima uang dalam kasus wisma atlet. Anggota Badan Anggaran DPR ini menyatakan siap memberikan keterangan kepada Komisi Pemberantasan Korupsi.
”Saya tidak pernah mengenal dan berhubungan dengan Yulianis serta Mindo Rosalina Manulang. Saya juga tidak pernah membicarakan proyek pembangunan wisma atlet dengan Nazaruddin,” kata Wayan Koster.
Wayan Koster menuturkan, dirinya pernah dimintai keterangan KPK tentang mekanisme pembahasan anggaran untuk SEA Games, di mana pembangunan wisma atlet ada di dalamnya. ”Saya juga ditanya, apakah pernah menerima uang dari Nazaruddin atau stafnya? Saat itu saya jawab dengan tegas, tidak pernah,” ujarnya.
Sementara itu, salah seorang kuasa hukum Anas Urbaningrum, Carrel Ticualu, mengatakan, keterangan Yulianis bahwa ada uang mengalir ke Kongres Partai Demokrat pernah disampaikan. ”Uang itu mungkin ada, tetapi tidak terpakai,” katanya.
Dalam Kongres Partai Demokrat, menurut Carrel, banyak sumbangan uang dari simpatisan, termasuk kepada tim sukses setiap calon ketua. ”Sumbangan itu untuk biaya politik, seperti akomodasi kader-kader partai dari daerah,” katanya.
Terkait keterangan Yulianis bahwa Anas secara pribadi juga menerima uang, Carrel tidak tahu persis. ”Kalau saya tanya kepada Anas, Anas mengatakan, silakan dibuktikan,” katanya.
Sebagai calon ketua atau ”pengantin”, kata Carrel, Anas tidak tahu hal-hal yang teknis terkait penerimaan dan pengeluaran uang di kongres. (BIL/NWO/FER)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.