Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Reshuffle" Cuma Bumbu Penyedap

Kompas.com - 25/09/2011, 09:32 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Wacana reshuflfe yang bergulir belakangan ini dinilai sebagai wacana yang tidak serius, dan sekadar menjadi bumbu penyedap dalam koalisi partai politik yang hambar. Wacana itu hanya jadi alat untuk merekatkan kembali parpol-parpol koalisi.

"Tidak ada yang serius dalam wacana reshuffle ini. Saya tidak percaya akan ada reshuffle. Kalaupun ada, itu tidak akan mengubah apapun karena r eshufle pasti dilakukan dengan mendahulukan aspirasi politik. Presiden kita itu lebih takut kepada koalisi daripada aspirasi publik," kata staf pengajaf Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada (UGM), Zaenal Arifin Mochtar, ketika berbincang dengan Kompas , Sabtu (24/9/2011) malam.

Banyak pihak memang berharap, agar reshuffle kabinet dilakukan dengan mengedepakan kepentingan yang lebih besar dan demi penyelamatan Indonesia. Reshuffle diharapkan bukan hanya didasarkan untuk kepentingan sesaat partai politik.

Menurut Zaenal, merombak kabinet adalah persoalan keberanian. Dalam sistem presidensil, peran koalisi memang penting. Namun, perekat utama sebenarnya bukanlah koalisi tetapi figur kepemimpinan.

"Orang sering membicarakan soal koalisi ini. Sering dikatakan pemerintahan menjadi tidak efektif karena dihalangi koalisi. Ini ilusi. Seakan-akan kita mengatakan bahwa SBY (Presiden Susilo Bambang Yudhoyono) orang baik, Demokrat juga baik dan mau menjalankan pemerintahan sesuai dengan UUD tetapi dihalangi parpol lain. Faktanya kan tidak begitu," ungkap Zaenal.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com